Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah jam 10 malam. Charessa sedang terduduk di kursi meja belajarnya, dengan buku, pulpen dan susu cokelat hangat di mejanya itu.
Tugasnya ini dikumpul lusa, namun ia kerjakan malam ini dengan alasan belum mengantuk. Tugasnya tak banyak, maka dari itu dia memilih untuk mengerjakannya larut malam seperti ini.
Tinggal satu paragraf lagi, Charessa berusaha membuatnya sesantai mungkin. Namun tak lama setelah itu, konsentrasinya terbuyarkan oleh suara telefonnya yang berdering. Ternyata ada panggilan masuk dari Adel. Charessa menekan tombol berwarna hijau dan mengaktifkan mode speaker.
"hallo? kenapa Del?"
"halo Cha, sibuk ga?"
"masih nugas nih, kenapa?"
Adel sempat terdiam, hingga Charessa mengulang pertanyaannya yang tadi.
"ah? ini, tadi Adimas bales story gue yang kita fotoan di mall tadi"
Charessa terkejut, namun ia berusaha untuk tetap tenang, setenang mungkin.
"dia bilang apa?"
"bukan apa apa sih, dia cuma nanya 'kalian tadi ke mall?' gitu"
"trus lo jawab apa?"
"gue cuma jawab 'iya, kenapa?' trus dia cuma jawab 'oh' gitu doang. gila, ga merasa bersalah banget sih tu anak"
"bentar dulu, Del. gue mau beres beres dulu, nanti gue telefon lagi deh, ya?"
"bener ya? awas loh kalo lo tinggal molor"
"iya, udah dulu ya, byee Adel cantikk"
piip
Charessa pun menutup panggilannya sepihak. Jujur saja, ia sudah berusaha melupakan apa yang ia lihat di mall tadi semenjak pulang dari sana. Pikirannya kalut, tiba tiba berjuta pertanyaan terlintas begitu saja dibenak Charessa.
"ayolah, jangan mencari masalah. hari ini adalah hari ulang tahunnya" titah Charessa untuk dirinya sendiri.
Setelah merapikan semuanya, Charessa mengambil ponselnya dan berbaring diatas ranjang kamarnya itu.
Ponselnya kembali berdering. Charessa rasa itu adalah Adel, jadi tanpa pikir panjang ia langsung menekan tombol berwarna hijau itu.
"halo, Del? maaf lama, tadi gue nyuci—"
"Chaca?"
Ada apa? Orang diseberang sana hanya memanggil namanya, lantas apa yang membuat Charessa terdiam seperti ini?
Hanya Adimas yang memanggil Charessa dengan sebutan 'Chaca'.
"Halo? Chaca?"
Lamunan Charessa terbuyarkan setelah mendengar namanya dipanggil oleh orang—lelaki itu, yang tak lain adalah Adimas.
"eh? udah pulang?"
Jika menanyakan sejuta pertanyaan dalam benak Charessa itu akan memperburuk keadaan, maka mengikuti alurnya adalah satu satunya jalan.
"udah nih, capek banget aku"
Oh, sungguh? Sudah jelas Charessa melihatnya bersama 2 temannya yang sudah tentu Charessa tau siapa mereka, berjalan jalan di mall itu hingga Charessa memilih pulang sore, mereka masih berada disana.
Sampai detik ini Charessa masih berusaha untuk berpikir dari sisi baiknya, walau kemungkinannya hanya 0,01 dari 100%
Bagaimana jika kenyataannya memang tidak baik? Pertanyaan di benak Charessa bertambah banyak, dan membuatnya linglung.
"Chaca? kenapa diem aja daritadi?"
"eh? gimana kuliahnya?"
"gimana apanya? kaya biasanya, tapi bosen seharian full di kampus"
Hahaha, dusta yang menarik.
"Ohh"
Nafsu Charessa untuk menceritakan banyak hal, sudah musnah. Rasanya bibir itu kelu untuk berbicara segala hal, memangnya pria itu peduli?
Charessa melirik jam digital di kamarnya, sudah jam 11:11pm. Waktu yang cantik, bukan?
"It's 11:11pm, make your wish"
"ah iya, udh larut banget"
"yaudah, i wish—"
"Sstt! dalam hati, Dim"
"Hehe yaudah"
Charessa menunggu Adimas dengan harapannya, begitu juga Charessa mengucapkan harapannya malam ini.
Bagaimanapun akhirnya, semoga tak ada pihak yang tersakiti nanti.
"Chaca!"
Panggilan pria di seberang sana kembali membuat Charessa tersentak. Suaranya keras bukan main. Charessa menjawabnya dengan dehaman saja.
"tumben kamu diem aja, ga cerewet. kamu sakit? atau capek? atau lagi ada masalah?"
Sepertinya Adimas sudah terbiasa dengan Charessa yang banyak omong, bukan pendiam layaknya sekarang.
"aku udah ngantuk, aku tidur duluan boleh?"
"oh iya udah hampir tengah malem, yaudah tidur duluan aja, aku juga maunya tidur abis telfonan sama kamu. good night, seyeng. have a nice dream"
Apa itu? Kenapa sekarang dia yang banyak omong? Sudahlah, Charessa lelah ber-teori. Jangan lupakan nada bicaranya tadi yang membuat Charessa sempat tertawa, bahkan Charessa yakin Adimas mendengarnya.
Sebesar apapun rasa kesal Charessa pada Adimas, pria itu selalu memiliki 1001 cara untuk membuat hati Charessa luluh kembali.
"good night juga, sayangnya Chaca. jangan begadang ya, jaga kesehatan"
Charessa kembali menutup panggilan itu sepihak, tak mau dengar apa lagi yang dikatakan orang itu.