5. Broken

614 75 4
                                    


-👼🌞

"Adim!"

"apa?"

"jelek!"

Charessa menjulurkan lidahnya pada Adimas, namun Adimas malah menarik pipi Charessa gemas.

"kamu kok ngeselin sih sekarang?"

"ya gapapa Adimas gabakal ngebuang aku"

"loh pede banget, emang kenapa?"

"kan Adimas bucinnya Charessa"

Charessa kemudian tertawa, dengan Adimas yang sudah kesal dengan ejekan Charessa sedari tadi.

Charessa berhenti tertawa lalu menyamankan posisinya pada bahu Adimas dan mengeratkan genggamannya pada tangan Adimas.

"Adim!"

Adimas tak menjawabnya, tapi tangannya masih dimainkan oleh Charessa.

"ih kok ga jawab sih?"

"kalo tujuanmu mau ngejek aku lagi aku gamau denger"

Charessa kembali tertawa terbahak bahak.

"ngga ih"

"terus apa?"

"kata Hazel aku tuh mirip sama Tante"

Adimas menoleh kearah Charessa dengan tatapan heran, lalu kembali fokus ke depan.

"tante? tante girang?"

"ya Mamamu lah Adimas!"

Sekarang yang tertawa adalah Adimas.

"tau gak kenapa aku nembak kamu?"

Charessa menggeleng pelan, ya karena selama satu tahun dua bulan itu ia tak pernah menanyakannya sama sekali.

"kamu cantiknya ngademin kaya mama aku-AKH"

Charessa mencubit tangan Adimas pelan, itu hanya Adimas yang berlebihan.

"gombal lagi aku tendang ya"

"ih itu kan kenyataan, cek foto keluargaku deh di Dashboard."

Charessa bangkit dari bahu Adimas lalu membuka Dashboard mobil Adimas semangat.

Dan iya, terpampang jelas foto Ibu dan Ayah Adimas serta Adimas yang berdiri diantara mereka. Pakaian formal yang mereka gunakan semakin membuat foto itu indah.

Itu membuat rasa iri dalam hati Charesaa muncul

"Tante Yuanita cantik banget, Om Mahendra juga ganteng"

Adimas gemas melihat Charessa yang terlalu fokus dengan foto itu.

"tapi anaknya kok.."

Adimas menghentikan mobilnya karena lampu merah. Ia pun menarik Charessa lalu pura pura mencekiknya.

"kok apa?" tanya Adimas dingin.

"ganteng ih ganteng!! belum juga selesai ngomong"

Charessa membenahkan posisinya karena Adimas sudah kembali fokus menyetir.

Hanya terdengar suara mobil di sisa perjalanan mereka menuju apartemen Charessa. Charessa masih fokus dengan foto keluarga itu.

Bahkan Charessa tak sadar bahwa mobil Adimas sudah terparkir sejak tadi. Adimas menatap Charessa heran.

"Cha, kamu gapapa kan? udah sampe nih"

Charessa tersentak, lalu melihat sekelilingnya. Benar, mereka sudah sampai di parkiran apartemen Charessa.

"ah makasi Adim! mau mampir nggak?"

Adimas menggeleng pelan lalu tersenyum, membuat Charessa ikut tersenyum.

Baru saja Charessa ingin keluar, Adimas kembali memanggil namanya, membuat Charessa mengurungkan niatnya.

"kamu gapapa kan?"

"engga kok" Charessa menggeleng untuk meyakinkan Adimas.

"udah ya? keburu sore nanti kamu pulangnya"
Charessa melanjutkan.

Adimas mengangguk dengan tak ikhlas, ia mengeratkan genggamannya pada tangan Charessa.

"kalo ada apa apa, telefon aku ya?"

Charessa mengangguk lalu melepaskan tautan tangan mereka, dan pergi keluar mobil Adimas. Tak lupa ia melambaikan tangannya lalu masuk ke apartemennya.

-👼🌞

"halo kak Yasmine?"

".."

"gimana kabar ayah sama bunda?"

".."

"sejak kapan?"

".."

"kak Yasmine, aku pulang aja ya?"

".."

"tapi aku kangen Bunda"

".."

"video call aja kak, please"

"..."

"janji ya?"

".."

"yaudah kak, titip salam buat Bunda sama Ayah, selamat malam"

"..."

Charessa menutup telefonnya. Ia menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya dan menangis.

Bagaimana tidak? Ia baru saja diberi kabar bahwa bundanya jatuh sakit dan ayahnya malah asik mabuk dengan minuman keras.

Ia ingin sekali pulang dan merawat bundanya disana. Ia sudah cukup merasa seperti anak yang berdosa karena sibuk berpacaran dan tidak memperdulikan orang tuanya.

Ia menangis dengan keras di apartemennya sendiri, hanya dengan ini ia bisa menenangkan dirinya. Ia tak bisa terus terusan bergantung pada Adimas, bukan begitu?

Ia menangis terlalu keras sampai mengacuhkan panggilan tak terjawab seseorang. Orang itu menelpon Charessa berkali kali.

Ketika tangisan Charessa mulai mereda, ia baru menyadari ada banyak panggilan tak terjawab dari Adimas. Ia lebih memilih untuk mematikan telefonnya dan pergi tidur.

Kemudian ia teringat, minggu depan adalah libur semester, dan ia memutuskan untuk pulang nanti, ia sangat merindukan ibunya.

-fairysun diary-
kalo aku ganti pake semi-baku gapapa kan? rasanya kaku pake bahasa baku :/
btw ada yang bisa nebak siapa papa dan mamanya Adimas?

cek cobaa hehe:3

fairysun diary • chaewon sunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang