N - Seve

1.2K 78 17
                                    

Without You_

by :boku_rhy-san
just a normal people wwho like pairing Levi and Eren
another mind blow to be written

-abaikan saja kalimat diatas-
Selamat me-reading
--------------------_---------------------_-------------------

DORR!!!

Terdengar suara tembakkan yang memekakkan telinga, semua terkejut, terlebih melihat darah yang terciprat kearah mereka. Dan saat mereka menoleh, sesosok manusia sudah terbaring membujur dipangkuan seseorang lainnya.

"KEJAR REINER DAN BUNUH DIA SAMPAI MATI. BAWAKAN KEPALANYA KEHADAPANKU!!!!!!!" teriak Levi. Mikasa dan Jean langsung lari mengejar penembak yang tidak lain dan tidak bukan adalah Reiner sendiri.

"Levi, cepat bawa dia ke rumah sakit!" Armin berteriak panik, sosok yang begitu penting bagi hidupnya sedang diambang kematian. Levi tanpa aba aba langsung menggendong korban penembakkan itu, sedang Armin sibuk menelfon seseorang.

"Pergi cari Reiner Braun, seret dia kehadapanku dalam keadaaan hidup atau mati sekalipun aku tidak perduli, kabari Hange-san dan keluarga besar Arlerto, temukan rumah sakit terbaik yang pernah ada. Kutunggu dalam lima menit kabar darimu" setelah menelfon, Armin langsung mengikuti kemana Levi pergi.

.
.
.

Lorong  lorong yang dibatasi pilar pilar kokoh menjadi saksi bisu seberapa panik seorang Revaille Ackerman dan Armin Arlerto, berlari menyusuri lorong sepanjang rumah sakit bersama beberapa dokter dan perawat yang tengah membawa seseorang dengan brankar menuju UGD. Setelah sampai keruangan yang dituju Revaille masih sempat sempatnya berdebat dengan dokter hanya karena perkara ia ingin masuk ke ruangan itu untuk ikut andil dalam proses pemeriksaan. Armin sampai kerepotan karena hal tersebut.

"Tenanglah Levi-san, tenang" Armin.

"T-tapi d-dia ke-ka-sih-ku, bagaimana aku bisa tenang?!! Beritahu aku, bagaimana aku bisa tenang Arlerto? Bagaimana?" Levi menarik kerah baju Armin, Armin hanya bisa menunduk sedih, Annie ingin sekali menghajar Levi karena berlaku seenaknya terhadap Armin, namun Armin menahannya dengan gelengan kepala. Ia tidak tau pasti bagaimana Eren bisa tertembak, karena posisinya ada didepan Eren dan Levi.

"Levi-san, bagaimana ia bisa?" -Armin.

"Dia, aku tidak tau, hanya saja dia menggenggam erat tanganku lebih dari biasanya, dan tidak lama suara itu muncul dan ia membalikkan tubuhnya menghadapku dan membelakangi kalian dan ia jatuh berlumuran darah dihadapanku"

"Apa alasan Eren membelakangimu?" -Armin.

"Menghindari Reiner menembak Levi" -Annie.

"Bagaimana bisa? Apakah ia dibelakang kita? Sejak kapan?" Armin.

"Sejak Eren datang, Reiner sudah mengikutinya dari awal" -Annie.

"Bagaimana kau tau?" -Armin.

"Tidak mungkin Reiner bisa menodongkan pistolnya begitu saja dengan alasan berpapasan tidak sengaja bukan? Lagipula jika hanya kebetulan, itu namanya cari mati, terlebih kita semua ada disini, jadi dia pasti sudah menduga akan seperti ini, jadi dia pasti juga akan tau konsekuensi yang akan dia terima setelah ini" -Annie.

"Bawa dia, hidup atau mati aku tidak perduli" -Levi.

"Percayakan itu pada kami" -Armin, Annie.

Setelah mengatakan itu, Armin dan Annie meninggalkan Levi sendirian di depan ruang operasi. Sepertinya keadaanya memburuk, dilihat dari seberapa sering ia melihat perawat yang keluar masuk membawa alat ini alat itu yang ia tidak kenal sama sekali. Perasaannya tidak tenang, rasanya baru sebentar ia melihat senyum Eren yang ia rindukan selama ini, baru sebentar ia menggenggam tangannya, baru sebentar ia menghirup udara bebasnya, baru sebentar ia mendengar suara Eren, setidaknya sekalipun tidak seberisik dulu, ia sudah cukup senang mendengar suaranya, tapi bukan berati hanya sebentar, bukan, bukan itu yang ia harapkan. Ia berharap lebih dari ini, lebih, lebih indah dari sebelumnya, ia berharap setelah semua masalah ini, ia dan Eren bisa hidup dengan damai dan tenang tanpa ada gangguan apapun.

Without You_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang