Without You
by : boku_rhy-san
just a normal people who like pairing Levi and Eren
another mind that blow to be written-abaikan saja kalimat diatas-
selamat me-reading_----------_---------_-------_------_------_-----_-----_
Hari pernikahan yang di jadwalkan hampir tiba, sekitar tiga hari lagi, semua orang sibuk mempersiapkan segalanya, tidak terkecuali calon pengantin wanita, Mikasa Ackerman. Setelah melihat laporan perkembangan mengenai pesta pernikahannya, Mikasa menyandarkan tubuhnya ke kursi kerja kebanggaannya.
"Apa kau masih belum berniat menampakkan diri? Haruskah kurelakan dirimu untuknya? Apakah aku terlalu kejam padamu? Apakah aku tidak berhak memilikimu? Ne, kau yang disana, aku merindukanmu, bisa bisa nya kau meninggalkanku di dunia ini, taukah kau aku ini sangat sangat mencintaimu, jika aku tau mengambilnya darimu bisa membuatku kehilangan dirimu di dunia ini, sejak awal aku tidak akan merebutnya, seperti katamu, sekalipun harus terluka, asal kau bahagia aku rela, amat sangat rela, tapi setidaknya tolong, setidaknya disaat saat terakhirmu, aku ada disisimu, mencurahkan isi hatiku padamu, agar kau tau, selain dirinya, ada orang lain yang amat sangat mencintaimu, lebih dari apapun di dunia ini, ne Eren, tega sekali kau meninggalkanku, mati begitu saja, tanpa salam perpisahan, sebegitu bencinya kah kau padaku?" Mikasa berbicara dalam keheningan. Tanpa Mikasa sadari, Levi yang sedang berkunjung sudah berdiri mematung di pintu ruangan kerja Mikasa. Levi yang mendengar gumaman Mikasa terpancing emosi dan berjalan kearah Mikasa dengan langkah kasar, Mikasa yang mendengar langkah kaki langsung duduk tegap dan terkesiap melihat calon suaminya ada dihadapannya."Apa maksudmu Mikasa, apa maksud ucapan mu barusan!!!!!" Levi menggeram marah. Mikasa yang tadi sempat terkejut langsung kembali ke mode poker nya.
"Apa ya Levi-san? Oh ya, usahakan untuk mengetuk pintu, disana ada pintu untuk diketuk" ujar Mikasa sembari menunjuk daun pintu di belakang Levi. Levi hanya mendecih.
"Tch, wanita sinting" setelah mengatakan itu, Levi berjalan kearah pintu dan pergi dari ruangan yang seperti neraka itu. Mikasa memandang punggung Levi yang semakin lama semakin menghilang.
"Apa yang kau lihat dari pria sombong itu Eren? Dibanding dia, aku jauh lebih bisa melindungimu, menjagamu, melakukan apapun untukmu, aku mohon Eren, beri aku kesempatan untuk memperbaiki segalanya, aku ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu, bagaimana bisa dengan mudahnya kau memutuskan untuk mengakhiri hidupmu tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi, Eren, onegai, hiks" -Mikasa menangis tersedu sedu.
.
.
.Keesokan harinya ketika Mikasa hendak pergi ke tempat kerjanya, ia dihadang oleh sepasang manusia yang dikenalnya, Mikasa hendak mengacuhkan mereka namun salah seorang dari mereka menahan pergelangan tangannya.
"Berhentilah sejenak, kita perlu bicara Mikasa" -Armin.
"Tidak perlu, aku tidak ada urusan dengan kalian" -Mikasa.
"Ada jika ini berhubungan dengan Jaeger" -Annie, Mikasa langsung terdiam dan menarik kerah Annie sepersekian detik setelah Annie menyebut nama Jaeger.
"Apa benar yang kudengar? Eren meninggal?" -Mikasa.
"Ternyata kabarnya cukup deras juga, padahal kami berusaha menutupi kabar itu" -Armin.
"Apa maksudmu?" -Levi. Semua terkejut karena tiba tiba ada Levi disana, Armin yang sudah terlajur bicara, mau tidak mau harus membicarakannya didepan Levi juga, toh bagus, mereka berdua jadi mendengar apa yang akan Armin katakan.
Mereka memilih berbicara di cafe terdekat, karena ini mungkin agak cukup panjang. Dan Armin memulai kisahnya.
"Bisa kutanyakan 1 hal pada masing masing dari kalian? Tapi kuharap kalian jawab sejujur jujurnya" -Armin. Semua mengangguk, Annie hanya mendengarkan. Toh dia sudah tau juga.
"Bagaimana Eren dimata kalian, dan bagaimana perasaan kalian terhadapnya?" -Armin.
"Sudah jelas dia kekasihku, bagian mana yang harus kalian kurang jelas" -Levi.
"Tapi kau memilikinya tanpa status yang jelas Levi-san" -Annie.
"Sudah kuputuskan sejak aku detik pertama aku bersamanya, dia milikku, aku kekasihnya, siapapun tidak berhak memisahkan kami" -Levi.
"Tapi kau tidak berusaha mencarinya Levi-san" -Annie memotong ucapan Levi.
"Aku mencarinya, sampai ke sudut terkecil kota ini aku mencarinya namun tetap saja tidak bisa kutemukan" -Levi.
"Levi-san benar, kami sudah mencarinya, bahkan ke seluruh rute penerbangan baik dalam maupun luar kota maupun negeri, aku bahkan tidak bisa melacak keberadaannya" -Jean, semua menatap Jean yang tiba tiba datang menghampiri.
"Maafkan saya Levi-san, saya tidak bermaksud mencampuri urusan anda, namun melihat bagaimana teman teman kekasih anda memojokkan anda seperti itu tanpa tau kebenarannya, saya pun geram melihatnya, jadi mulai dari sini biarkan saya yang berbicara" -Jean. Levi yang mendengarnya hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Jika kalian fikir tuan muda diam saja dan tidak melakukan apapun, atau berusaha mencari tuan Eren seperti yang kalian maksudkan, kalian salah besar, bahkan tuan muda rela diam tanpa membuka mulut sama sekali tentang tuan muda Eren, sekalipun dihajar berkali kali oleh ajudan tuan besar Kenny, beliau meminta tuan muda berpisah dengan tuan muda Eren, tapi tuan Levi tidak menuruti," "Ta-" -Annie "Tapi yang kalian maksud adalah pertunangan dan pernikahan tuan Levi dengan nona Mikasa bukan? Kalian salah paham. Bagaimana saya menjelaskan ini tuan muda?" -Jean menatap kearah Levi, seolah meminta persetujuan, Levi hanya diam mematung fikirannya melayang jauh tanpa arah. Jean yang melihat tuannya hanya bisa menghela nafas.
"Tuan muda tidak setuju, tuan muda menolak, tapi tuan besar tidak menerima alasan apapun, lalu, nona Mikasa menyetujui dengan alasan menuruti apa kata orang tua nona Mikasa, lalu, sejauh yang saya lihat dari tuan muda, hidupnya bagai raga tanpa nyawa, abu abu, tuan muda jadi lebih kasar dari sebelumnya, keras kepala, dan bertangan dingin, terlebih setelah mendengar kabar kematian tuan muda Eren, tuan muda seperti mayat hidup, jika kalian melihat keadaan tuan muda Revaille saat itu, mungkin kalian tidak akan mengenali siapa orang yang berdiri dihadapanmu, tuan muda sangat pucat, berhari hari melewatkan makannya, setiap hari hanya memandang wajah tuan muda Eren yang terpatri indah dimeja kerjanya, setiap hari ia bekerja 3 kali lipat lebih cepat dari biasanya, hanya agar waktu untuk memandang wajah tuan muda Eren lebih lama, dan itu membuat saya hampir frustasi. Bagian mana yang tidak perduli dengan hubungannya? Saya tanya kepada kalian, bagian mananya?" -Jean menghela nafas kasar.
"Mikasa, bagaimana denganmu?" -Armin.
"Aku? Apa yang harus kukatakan? Aku hanya menuruti apa kata orangtuaku, itu saja" -Mikasa.
"Meskipun kau tidak mendapatkan Eren?" -Armin, Mikasa terkejut bukan main.
"A-apa maksudmu Armin?" -Mikasa.
"Tidak perlu berpura, aku sudah tau, sejak kau masuk kampus yang sama kau sudah jatuh hati dengan Eren bukan?, namun setelah tau jika Eren dekat dengan Levi-san kau berusaha dekat sebagai teman, namun tetap saja perlakuanmu terhadap Eren tidak membuat Eren merasa kau sangat mengistimewakan dirinya, Karen Eren sudah jatuh kedalam pelukan seorang Levi-san. Saat kau mengetahuinya, saat itu pula orang tuamu menjodohkanmu dengan Levi-san, benar bukan?" -Armin.
"Bagaimana kau bisa tau sejauh itu?" -Mikasa.
"Kau meremehkan kekasihku" -Annie.
"Tch" -Levi.
"Sa~ kalau begitu, kali ini biarkan aku yang mulai berbicara mengenai seseorang yang berhaga untuk kalian itu" -Armin.
"Apa?" -Mikasa "APA!!" -Levi.
.
.
.tbc
Edit : 16-11-2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Without You_
Fanfictionstory yang niatnya sad end tapi saya bukan tipe orang yang suka sesedihan pokoknya tentang mereka yang begitulah 'ketika cinta menyapa, maka sambutlah ia dengan tangan terbuka, jika kau sakit karena cinta, bukan cinta yang salah, hanya saja kau keli...