Tengah malam di Kemang

57 2 5
                                    

Hingar bingar Kemang malam itu menemani Kikan dengan sekaleng soda yang masih dingin.

Pandangannya mengarah pada orang-orang yang keluar-masuk klub di seberang sana. Kikan juga sesekali mengipas-ngipas tangannya, mengusir asap rokok yang bersumber dari cewek di meja sebelahnya.

Sekarang pandangannya beralih ke cewek itu dan empat orang lainnya. Sepertinya mereka baru keluar dari klub di seberang sana. Karena salah satu dari mereka ada yang kelihatan hampir tumbang.

Kapan ya Kikan bisa sebebas itu? Kapan Kikan punya keberanian untuk melakukan hal-hal yang dilarang seperti merokok, mabok, punya tato, atau lompat-lompat di klub?

"By, ayo. Aku udah selesai."

Nah, ini Ata. Nama lengkapnya Athallah Manaf Shaharyar. Tapi walaupun namanya religius banget, orangnya ngga sama sekali.

Ata ini pacar Kikan. Kurang lebih mereka sudah 2 tahun pacaran. Ya ada sih, putus-nyambung. Tapi pada akhirnya, mereka balikan lagi.

"Tumben cepet? Biasanya sampe setengah dua."

Dan untuk menambah uang sakunya selama kuliah, Ata mengubah hobinya bermain bass menjadi kerja paruh waktu di kafe.

"Sekarang shift aku dari jam sembilan sampe jam dua belas."

"Oh yaudah, aku ke toilet dulu bentar."

Ata mengangguk, lalu meraih kaleng soda punya Kikan dan meneguknya sampai habis. Kemudian laki-laki itu mencoba melemparnya ke tempat sampah, tapi gagal. Jadi Ata memungut lagi kaleng itu dan dibuang dengan benar.

Sambil menunggu, Ata duduk di bangku yang tadi ditempati Kikan. Memperhatikan orang-orang di sekelilingnya. Termasuk cewek yang hampir tumbang tapi tetap memaksakan ngobrol dengan teman-temannya dan cewek yang merokok di sebelahnya.

Ata kenal dua cewek itu. Yang hampir tumbang adalah teman sebangkunya selama kelas 8 sekaligus ciuman pertamanya. Yang merokok adalah cewek pertama yang Ata ajak ke klub dan tanpa sadar, Ata sudah mengajaknya ke hotel juga.

Tapi mereka tidak menyadari keberadaan Ata. Atau pura-pura tidak sadar?

"Yuk."

Kikan sudah kembali dari toilet. Berdiri di hadapan Ata sambil menguncir rambutnya.

Persetan dengan masa-masa di kala itu. Di hadapannya sekarang ada perempuan yang telah menariknya dari lingkaran setan yang Ata kira takkan pernah bisa lepas. Entah apa jadinya Ata sekarang kalau dulu mereka tidak bertemu.

"Kamu ga bawa jaket?"

"Engga. Kan tadi aku ke sini naik GrabCar."

Ata berdiri, melepas jaketnya dan memberikannya pada Kikan.

"Untung aku pake baju dobel, By."

"Hehehe. Makasih."

"Hmm."

Ata merangkul Kikan dan melangkah menuju parkiran.

"Eh ceu, itu Ata bukan? Mirip banget sama Ata. Ganteng... Eh lupa gue! Maaf ya ceu, kayaknya bukan Ata deh bukan bukan."

"Santai aja, gapapa. Itu emang Ata kok. Dari tadi gue udah liat."

"Trus kok lo ga respon apa-apa? Biasanya udah heboh kalo liat mantan."

"Sssttt! Ih bego banget sih ceu. Gak peka."

"Hahaha. Gapapa kok. Beneran. Soalnya, Ata itu beda. Brengsek, tapi gimana ya? Ya brengsek. Because he got that power to makes himself unforgettable. I hate him, but also miss him. So, yup. He's permanent. And that girl must be lucky as heck to have him."

Kala ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang