My type

39 2 5
                                    

"Heh, anak dajjal. Bangun. Disuruh nyokap sekolah kalo engga, ga dapet duit jajan sampe bulan depan."

Kemal langsung menyingkap selimutnya secepat kilat dan duduk di tepi kasur. Kepalanya masih terlalu pusing untuk berdiri.

"Suram banget sih hidup lo, dek."

"Bacot. Pergi sana."

"Heh! Gatau diri banget. Mending lo liat tuh udah jam berapa!"

"Bangsat, setengah 7. Tai lu, Kikan! Kok gua ga dibangunin tadi-tadi!!!"

Sementara Kemal mengambil seribu langkah menuju kamar mandi, Kikan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya.

"Beneran anak dajjal kayaknya."

✧ ✧ ✧

Jalanan ibu kota yang cukup padat diterabas Kemal. Vario yang ia kendarai meliak-liuk menyalip kendaraan-kendaraan yang lalu-lalang sampai tidak jarang Kemal mendengar sumpah serapah dan bunyi klakson panjang.

Demi uang jajan yang walaupun sudah SMA, masih dikasihnya kalau masuk aja.

Sampai akhirnya Kemal tiba di sekolah. Untung masih telat 10 menitan, jadi Kemal masih bisa nego.

Sebenarnya, Kemal bisa banget bolos. Tapi kali ini, demi absen yang sebelumnya sudah terlalu banyak huruf A.

Ya, enggak apa-apalah masuk. Sekali-sekali jadi anak rajin. Lagipula UAS sudah selesai, sekarang tinggal saatnya remedial dan menunggu hari pembagian rapot. Jadi ya, palingan Kemal kerjanya cuma tidur di belakang kelas atau genjreng-genjreng gitar di depan kelas kayak sekarang ini.

Tapi Kemal ngga ikut mainin gitar walaupun dia sebenernya bisa. Nontonin aja cukup.

"Eh ini siapa, Mal?"

"Yang mana?"

"Yang baju biru."

"Oh itu kakak gue. Kikan."

"Sebelahnya siapa nih? Cakep juga."

"Yah kayak gitu mah cewek hits. Sulit deketinnya. Tapi tipe gue sih."

"Hahahaha. Cewe gua sih sederhana aja."

"Hah? Lu udah punya cewe?"

"Engga pacaran. Soalnya, dia bukan sulit, tapi takkan tergapai."

Kemal berdiri sambil membenarkan celananya yang agak longgar. Karena telat, Kemal sampai lupa pakai gesper.

"Mau ke mana lu? Kalo kantin gua nitip Aqua."

"Air kencing gua aja lu minum gimana? Gua mau ke toilet."

"Yee, anjing."

Baru beberapa langkah, ponsel Kemal yang berada di kantung celananya bergetar.

Mine
is calling...

"Kenapa, Kikan?"

Kala ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang