|7|

32 14 2
                                    

Superficial love - Ruth B.

Happy reading:)

×××


Andra termenung dibawah cahaya rembulan di malam hari. Freya.. Freya..Freya.

Bagaimana mungkin? Bahkan Andra tak menyangka akan hal ini. Ah, memikirkan nya membuat pusing saja. Lebih baik  klik bintang sebelum membaca tak akan membuat kalian pusing kok. Ehehe.

×××

Tin..tin.

"Astaghfir, iya tunggu!" seru Freya. Saat membuka pintu, tampaklah seorang lelaki yang sedang merapihkan rambutnya di kaca motor.

Freya terus memperhatikan cowok itu, saat cowok itu sadar, "Eh ukhti, berangkat bareng yuk?" tawar Andra. Freya yang memang sudah siap sebenarnya ingin mengiyakan ajakan itu, tetapi ia belum sarapan dan malas untuk sarapan di kantin.

Andra yang melihat Freya termenung, "belum sarapan? Sarapan di kantin aja yuk," Freya menggeleng, "Enggak, gue sarapan dirumah aja, lo duluan."

Andra menolaknya, "Enggak. Ukhti harus berangkat sama Andra, udah sana sarapan. Andra tunggu sini." Freya menghela nafas dan mengangguk mengiyakan, ia tau Andra tak bisa ditolak. Keras kepala.

Setelah sarapan Freya berpamitan pada Reva, "Ma, Reya berangkat dulu ya. Udah ditungguin tuh di depan." Reva mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. "Ditungguin sama siapa? Sisil?"

"Bukan, sama temen."

"Udah ya ma, Reya udah telat nih. Assalamualaikum." tambah Freya dan segera bersalaman dengan Reva, karena penasaran Reva pun mengintip dari jendela, disana ia melihat anaknya sedang memukuli cowok yang pernah menjenguk Freya, Reva terkekeh melihat wajah cowok itu, dan memilih untuk membiarkan mereka seperti itu.

Disisi lain, Andra yang bingung. Kenapa Freya memukulinya? Padahal ia berniat baik membawakan helm untuknya.

"Ukhtii kenapa mukulin Andra sih?" Freya menatap Andra tajam.

"Ya lo salah, kenapa bawain helm yang berbulu kayak gini?!" Andra mengernyit heran, apa yang salah?

"Ya salah lah, ini helm ada foto gue yang di edit make kumis, make janggut juga, kesel lah gue!" Jawab Freya seolah tahu tentang kebingungan Andra. Mendengar jawaban Freya, membuat Andra tergelak.

"Hahaha. Ya udah mangap atuh," ucap Andra diselingi tawanya yang belum mereda. "Ya udah mau berangkat gak? Udah telat loh kita." Tanya Andra.

Tanpa mengatakan satu kata pun, Freya segera naik ke motor matic  Andra, dan Andra segera melaju kan motornya meninggalkan halaman rumah Freya.

×××

Ck. Decakan itu terus keluar dari mulut Freya, pasalnya ia punya janji dengan Noni mau membeli novel keluaran terbaru, saat sampai dirumahnya ternyata Noni sedang pergi ke pasar menemani ibunya belanja.

"Kayak anak ilang kan gue. Sendirian, mana sepi banget lagi rumah si rempong!" Keluh Freya.

"Kuota gue pake abis segala lagi. Nyebelin banget hari ini!" Tambah nya.

Karena tak mempunyai kuota, tak ada pilihan lain selain membaca wattpad. Saat sebelum masuk konflik, tiba-tiba Freya dikagetkan oleh klakson mobil, yang tak lain adalah mobil Noni.

Noni turun dari mobilnya dan segera menghampiri Freya, "Yaampun Freyaaa maafin ane yaaa," Freya pun mengangguk maklum, sebenarnya ia ingin memarahi Noni, tapi disana masih ada mama Noni, mana berani?

Setelah berpamitan, mereka bergegas menuju toko buku terkenal di kota mereka. Dan tak diduga-duga, ia bertemu dengan.. si rese itu!

Freya pun berusaha untuk menutupi muka nya dengan berpura-pura membaca buku, tetapi karena tak teliti sehingga buku itu terbalik dan ia ditertawakan oleh Noni.

"Woy Freya baca buku kok kebolak sih," ejek Noni, "kebalik pe'a!" Noni tertawa kencang, sehingga mengundang tatapan penuh tanya dari Andra yang posisi nya tak jauh dari Freya.

"Eh, ukhti? Noni belanda? Ngapain disini?" Tanya Andra ramah. "Heh! Asal aja ganti nama ane!" Ucap Noni garang, Andra tak mempedulikan ucapan Noni dan lebih memilih mengajak Freya bicara.

"Ukhti," panggil Andra. "Apaan?" Tanya Freya tanpa mengalihkan pandangan nya dari novel yang sedang ia baca, "kayak nya kita jodoh deh, dimana-mana ketemu mulu." Andra mengembangkan senyumnya,

"kalo kita ketemu lagi selain di sekolah, Andra jamin kita jodoh, iya gak Noni belanda?"

×××

"Nif, pesan go-food kek." Hanif yang mendengar ucapan kakaknya pun memutar mata jengah, tak urung ia pun menuruti permintaan kakaknya.

"Mesen apaan?"

"Martabak Red Velvet di toko yang terkenal itu loh." Jawab Freya antusias.

"Ha? Red velet? Pelet kali ah!"

"Red Velvet pe'a!"

Hanif hanya mengangguk, lalu saat hendak memesan Hanif bertanya kembali, "woy kak, tadi apa nama martabak nya? Red pelet ya?"

Sabar.. sabar.. untung adek gue!

"Red velvet Hanif yang ganteng..." Freya tersenyum menahan kesal. "Oh, ok."

"Udah geura, gue laper nih!" Hanif mendelik, "sabar kek! Pantes bang ekhem, gak peka-peka."

"Berisik!"

"Yeu sewot aja lo."

"Udah pesen belum? Lama amat."

"Sabar kakak ku yang jelek."

"Hah, apaan nif?"

"Ini, si mamang nya udah jalan. Udah di depan gang rumah."

"Geura tangguan di hareup."

"Yoi ma broh!" Freya langsung loncat dan berlari ke pintu depan untuk menunggu driver go-food.

Yang ditunggu telah tiba, martabak Red velvet nya diantar oleh driver go-food yang memakai masker dan helm fullface, tidak seperti driver go-food seperti biasanya.

Lamunan Freya tersadar, "mba, ini pesanan nya, sudah di bayar pakai go-pay ya." Tunggu, seperti nya ia kenal suara ini...

"Andra?" Tanya Freya ragu.

"Ukhti, benar kan tadi kata Andra di toko buku, kalau kita ketemu lagi kita jodoh." Andra tersenyum girang, "nah sekarang karena kita ketemu lagi, berarti kita..













...jodoh!"

×× Why Him? ××

Hai hai, Assalamualaikum!
Update egen:)
Vote komen yaaaa. Makaziii:>

Viraa.

Why Him? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang