Rasanya lelah―bercampur marah―lantaran kamu tetap menarik paksa ketika tumit rasanya sudah mulai memerah. Semua rengekan, bahkan cubitan di lengan, kamu hiraukan. Bukannya sebal karena perbuatanku yang brutal, kamu malah tersenyum kian lebar.
Mendadak, aku melempar tanya, "Kenapa bersikukuh mengajakku terus berjalan, sih, Kak?"
Lantas, kamu menjawab dengan senyum ceria, "Hanya ingin tahu, sejauh mana kamu sanggup berjalan di sampingku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Yooniverse
Short StoryTeruntuk kamu, impian kecilku yang selalu ingin mewujud dalam kenyataan, terima kasih karena telah menjadi sumber kekuatan yang paling besar.