"Apa tidak rindu?"
Sebaris kalimat yang kuterima kala pertama kali menginjak ubin rumah, sudah sanggup membuatku tersenyum hingga pipiku memerah. Kamu cemberut, memicingkan mata tajam yang bahkan tidak membuatku merasa takut. Ayolah, itu malah terlihat sangat menggemaskan, tidak bisakah bersikap yang lebih cocok dengan figurmu selama ini, Tampan? Tetapi, kamu mana peduli? Jika sudah seperti ini, hanya aku yang kemudian tidak tahan sampai-sampai harus berlari dan memberimu pelukan kencang sekali. Ya, bagaimana ya, kamu adalah alasanku kembali untuk menulis lagi cerita kehidupan kita yang sempat terjeda begitu lama, berdebu, dan nyaris terlupakan dari memori.
"Rindu, kok, sangat malah."
"Kalau begitu, sini, cium di pipi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yooniverse
Cerita PendekTeruntuk kamu, impian kecilku yang selalu ingin mewujud dalam kenyataan, terima kasih karena telah menjadi sumber kekuatan yang paling besar.