Manakala gemericik hujan semakin reda, kamu duduk di sampingku sambil menatap jauh ke luar jendela. Tak ada obrolan yang tercipta, tampaknya kami berdua terlalu sibuk dengan pikiran yang berkelana. Langit tengah berkilat-kilat begitu kamu menyandarkan kepala di bahuku secara tiba-tiba, merangkul pinggangku begitu saja, lalu melepas hela berat ke udara. Masih belum bersuara, namun sikapmu sudah menunjukkan segalanya.
Lelah, tentu saja.
"Kubuatkan teh hangat, ya?"
Kamu menggeleng, menyahut lemah, "Tidak perlu, kamu saja sudah hangat, kok."
"Ya sudah, peluk aku saja sepanjang malam."
"Ya, tidak akan kulepaskan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Yooniverse
Short StoryTeruntuk kamu, impian kecilku yang selalu ingin mewujud dalam kenyataan, terima kasih karena telah menjadi sumber kekuatan yang paling besar.