--------------------------------------------------------
Teman?
Apa artinya?
Apa kau hanya menganggapku teman? Kau merasa nyaman saat bersamaku dengan status kita sebagai teman. Bisakah jika aku berharap lebih dari itu?
Aku berdecak dalam hati, rasanya aku begitu serakah. Kini kau bisa melirikku, kau berhenti bukan untuk menghampiri, namun hanya sekedar melirik. Ya, mungkin kini kau melihatku, namun hanya sebatas teman. Kau merasa senang, aku juga. Hanya saja kadar rasa nyaman dan bahagiamu tidak sama takarannya dengan apa yang aku rasakan. Aku begitu bahagia saat kau melirik saja sedikit di titik yang selalu membuatku nyaman untuk berdiam diri. Cinta bisa datang kapan saja, tanpa kita harapakan kehadirannya, tapi cinta tidak pernah bisa kepada siapa dia memilih untuk pelabuhan rasanya. Kini rasa cinta itu menempati relung hatiku yang terdalam, aku tidak tahu entah sejak kapan rasa ini hadir, tumbuh dan berkembang semakin besar tanpa aku harus merawatnya dengan baik, ia tumbuh liar dalam hatiku tanpa bisa aku cegah. Aku tidak tahu. Cinta memang indah, cinta membuat hidup kita berwarna. Ada dua persepsi tentang cinta, cinta dapat membuatmu bahagia, namun jangan munafik jika cinta juga membuatmu sakit. Cinta bisa membuatmu bahagia kala kau merasa dicintai, bahagia kalau kau merasa dihargai, bahagia kala kau menjadi prioritas. Tapi kau akan merasa sakit saat dirinya disakiti, sakit saat dirinya dikhianati, sakit saat dirinya tak diakui, sakit saat dirinya tak diketahui, itulah cinta. Entah cinta yang kumiliki ini termasuk dalam kategori cinta yang seperti apa. Cinta tidak tahu kapan datangnya dan kepada siapa ia berlabuh, kepada teman atau sahabat, namun memang cinta tidak bisa memaksakan orang lain untuk membalasnya.
Kadang aku selalu bertanya, kenapa harus kau? Kenapa harus padamu aku melabuhkan rasa ini? Aku bingung harus merasa senang atau sedih, saat kau mengklaim bahwa kita adalah sahabat, dan kau merasa nyaman dengan itu. Aku mencintaimu dengan segala kesederhanaan yang kumiliki, tapi kau mengabaikanku dengan segala kebisuanku. Menunggu itu membosanku, maka kini aku harus menjadi orang yang cerdas untuk bisa menunggumu dengan sabar. Bisakan aku disebut jika aku orang yang cerdas, ketika kegiatan menunggu itu adalah kegiatan orang yang bodoh? Entahlah, aku termasuk dalam golongan yang mana.
Akankah kau menyesal jika kau tahu, disini ada seseorang yang selalu menunggumu? Selalu ada orang yeng mencintaimu dengan tulus? Akankah kau akan sakit ketika kau tahu jika nanti aku lelah dengan semua ini? jika boleh jujur mungkin aku adalah orang yang bodoh, bodoh karena telah mempertahankan suatu hal yang selalu membuat aku sakit. Tapi seperti kataku, aku akan menjadi orang yang cerdas dengan mencoba bersabar untuk menunggumu. Menunggumu mengulurkan tangan untuk mengajakku berjalan di sampingmu.
Aku tidak ingin berada di belakangmu karena aku tidak ingin selalu menjadi pengagummu. Aku tidak ingin berada di depanmu, karena aku bukan pelindungmu. Aku hanya ingin berada di sampingmu, berjalan bersamamu, bersisian menuju satu tujuan yang sama. Tahukah kau? Aku bosan dengan tempat ini, aku ingin pergi tapi itu jika hanya dengan dirimu.Kapan? Kapan kau akan menjemputku, dan membawa pergi hati yang kini lara? Sungguh, rindu ini sangat menyiksaku, setiap kali aku memandangmu setiap kali itu pula ia ingin memberontak, ingin mendekapmu, tapi aku tahu aku tak bisa menggapaimu, kau terlalu jauh untuk aku jangkau. Kau terlalu tinggi untuk aku gapai. Kau terlalu cepat untu aku kejar. Bisakah? Bisakah kau diam, menungguku dan mengulurkan tanganmu saat aku berjalan tertatih ke arahmu. Senyum itu yang selalu aku lihat, senyum itu yang selalu aku impikan, bisakah kau memberikannya padaku sedikit saja.
Inginku bersikap egois, tapi apakah kau akan membenciku di kemudian kesempatan. Aku takut, aku terlalu takut untuk melangkahkan kakiku menuju ke arahmu. Kini, kau tidak lagi lari, kau berjalan dengan irama yang begitu indah, tapi kenapa? Kenapa sampai saat ini aku masih tidak bisa untuk merengkuhmu dalam rindu dan kehangatan yang aku damba. Kenapa kau begitu sulit untuk aku raba ketika aku merasakan sosokmu selalu ada? Kau terlalu cepat, ketika aku hanya bisa tertatih, kau terlalu jauh ketika hanya bisa memandangmu. Tuhan, jika memang Kau menciptkannya bukan untuk aku miliki, tolong hapuslah perasaan cinta yang dengan liar tumbuh dalam hatiku. Jika Engkau menghendaki dirinya untuk aku miliki tolong ketuklah hatinya untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love IN Silence [Completed] √
Fiksi PenggemarCerita ini adalah pemenang dari Vihaphupy Writting Competition. Penulis : DIAN NOVITA. Genre : Sad Romance.