"Apa kalian mendapat sesuatu dari tindakan seperti ini?"
Seulgi berjalan acuh menghampiri mereka yang ia sempat sindir tadi. Tidak peduli dengan tatapan aneh penghuni taman, ataupun hawa mencekam yang timbul saat mereka berlima berpaling dan berjalan menghampiri Seulgi.
Mau apa dia?
Jelas-jelas semua orang memilih berpura-pura tidak tahu, entah karena terlalu takut atau malas ikut campur.
Payah
"Lihat seragamnya, itu blazer sekolah kita"
Bahkan ketika sekelompok preman itu mengelilinginya, Seulgi sama sekali tidak takut. Mengabaikan fakta bahwa identitas sekolahnya baru saja diketahui, mungkin-mungkin saja Seulgi lah yang jadi target bulan-bulanan mereka selanjutnya.
Entah ada angin apa, melihat korban yang terbujur lemah di rumput, terbaring dan nampak tidak berdaya penuh luka lebam, di bawah sana, Seulgi malah mengernyit kesal.
Bukannya merasa simpati, Seulgi diam-diam mencemooh dalam hati. Tipikal pria culun yang diam saja saat ditindas, dan Seulgi benci sekali.
Tertulis sebuah nama pada saku kanan blazer laki-laki itu.
Park Jimin
Diam-diam, saat atensi si Park Jimin tertuju padanya, tentu saja karena kehadirannya yang tiba-tiba sangat mengejutkan, Seulgi menatap sinis dan berucap sesuatu,
'lemah'
"Hei, sedang mencoba bermain-main dengan kami ya?" tukas salah satu dari mereka sembari mencoba merangkul Seulgi dengan sok akrab, membuatnya menimbulkan gestur risih.
"Sepertinya pernah melihatmu di sekolah ?"
"Aku Kang Seulgi sialan "
"Ah, ketua kelas 2-B? "
Kembali pada Park Jimin, yang mulai gelisah dan cemas dengan kondisi. Dia sadar dengan Seulgi yang kini mulai menunjukkan gerakan tidak nyaman.
Namun, kendati cemas luar biasa,
Dia tidak bisa melawan,
Lantas harus berbuat apa?
Perempuan itu sendiri mulai kehabisan kesabaran saat dagunya dijawil dengan nakal, salah satu dari mereka bahkan mengerlingkan matanya dan berusaha menggoda Seulgi.
Semua punya batas kesabaran, pada taraf yang berbeda-beda, dan sayangnya Seulgi adalah salah satu dari sekian manusia yang temperamental.
Mendadak Jimin membola karena kaget, seseorang baru saja meraba dada Seulgi .
Bisa ia lihat gadis itu berjengit sekaligus mulutnya yang terbuka karena terkejut. Jimin dan tungkainya bergegas bangkit dengan niat untuk menengahi.
"Wah? Empuk, hei ayo sekali-kali kita berma_
BUGH
Pria itu sekonyong-konyong tersungkur kebelakang, bukan tanpa sebab, Seulgi baru saja menendang perutnya. Semua terkejut dan tak terkecuali dengan Park Jimin.
Belum juga habis lima detik, Seulgi berbalik dan mengarahkan pukulannya pada pria yang sedang berdiri disampingnya. Alhasil rahang pria itu terkatuk dan menimbulkan bunyi yang cukup kencang, sempat mengerang kesakitan, namun Seulgi tidak mau membuang waktu, kaki kanannya dengan gesit menendang aset berharga pria itu.
"AAAH"
Secara tiba-tiba kedua tangan Seulgi dibekap dari belakang, mengunci pergerakannya, dan ia meronta-ronta.
"Mohon jangan menguji kesabaran ka-AAH " pria itu tidak menduga Seulgi akan menyerang mata kanannya dengan satu hentakan dari depan.
Tidak memberikan waktu untuk berkelit, Seulgi lantas membalikkan posisi dan memiting leher pria itu dengan tangannya kuat-kuat.
Semua dibuat menahan nafas, ketika sebelah tangan Seulgi mengeluarkan pisau lipat yang diarahkan dengan sengaja menuju leher mangsanya. Sama terkejutnya dengan semua orang, pria itu refleks menggelepar minta dilepas. Tapi naas
"Diam, jangan menggertak !"
" AAAH "
Setetes darah terlanjur mengalir dari urat nadi leher pria itu.
"Hei, Itu berlebihan!" dan Jimin tidak bisa diam saja.
"Pengecut, diam disana"
Park Jimin tiba-tiba merasa takut dan terintimidasi.
" B baik, kami minta maaf, tolong lepaskan teman kami "
Bahkan karena aksi gila Seulgi barusan, mendadak para preman itu memohon-mohon padanya.
Dalam hati, wanita itu tertawa karena ternyata preman dari sekolahnya tidak sesuai yang ia kira.
Seulgi melepas pitingannya dengan kasar, dan mendorong pria itu menggunakan kaki kanannya.
Begitu tautannya di leher terlepas, sandera tersebut bergegas berusaha menjauh, bahkan saking shok-nya,sampai tertatih-tatih dan merangkak di rumput. Lantas berteriak kesetanan disusul dengan kepergian teman-temannya yang lain.
" Kamu "
Jimin yang merasa tidak ada siapa-siapa kecuali dia dan perempuan yang namanya Seulgi itu menoleh padanya. Kemudian menunjuk diri sendiri menggunakan telunjuk.
" A aku?"
" Siapa lagi memangnya ?" Seulgi mendengus kasar.
"Belajar jadi laki-laki yang kuat, masa melawan sekumpulan preman payah seperti itu tidak bisa?"
"A-ah, baik" Jimin meraih uluran tangan Seulgi dan beranjak dari posisinya.
'huh menyusahkan saja'
Seulgi hendak berbalik, ingin cepat-cepat pulang menuju rumahnya.
"Kang Seulgi "
Tapi tidak jadi begitu Jimin memanggil namanya.
Sudut bibir pria itu terangkat, membentuk senyum dengan sudut sempurna, bahkan lemak pada kedua pipinya yang gembil menutup presensi kedua matanya dengan sempurna, menciptakan lengkungan berbentuk sabit.
" Terima kasih "
Seulgi tertegun, entah apa yang ada di pikirannya, tahu-tahu langkahnya bergerak menghampiri Jimin.
Seulgi berhenti berjalan saat badannya tepat berada di depan Jimin, dan Jimin tidak bisa kabur karena punggungnya yang terhalang tiang lampu taman. Lagi pula , nyalinya tiba-tiba menciut, saat sepasang mata Seulgi menelisik bola mata hitam miliknya, berusaha mencuri semua atensi pria itu dari hal-hal tidak berguna yang ada di sekitar.
Tau apa yang terjadi selanjutnya? Secara mengejutkan Seulgi meletakkan satu tangannya di depan dada Jimin. Membuat pria itu sibuk berspekulasi dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
" Park Jimin
mari berpacaran"
KAMU SEDANG MEMBACA
bully and warrior
FanfictionKendati Seulgi mengira Jimin anak yang culun dan seorang pengecut, dirinya terpana saat pemuda itu berkata terima kasih. Im sorry but, this isnt your typical of fanfiction karakter sepenuhnya bukan dari saya.