task

25 5 0
                                    

Seulgi kira dia akan tetap sendiri di rumah untuk seharian, berbagai aktivitas menyenangkan nan berisik yang ada dipikirannya sudah terbayang untuk segera dilaksanakan. Tentu saja seorang remaja perempuan harus melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya bukan?

Tepat ketika Seulgi hendak mengambil stok es krim raspberry dari freezer, intercom apartemen berbunyi, kakinya melonjak kegirangan saat melihat sosok di depan pintu yang sedang membawa tas hitam di punggungnya

"Ayah pulang!"

Seorang pria paruh baya dengan perawakan yang mirip dengan Seulgi ( terutama mata monolidnya) membuka pintu dan meringis senang hingga giginya terlihat. Mungkin kalau Jimin melihat senyum gigi Paman Kang ini, dia bisa terkena awestruck sebab ayahnya juga sama putihnya dengan milik Seulgi

"Kok tidak bilang-bilang!"

"Kalau ayah bilang memangnya kamu mau siapkan apa- duh, sudah loncat-loncatnya!"

"Hehe"

Ayahnya menggeleng heran, sudah sering ditinggal untuk bertugas tapi tetap saja anaknya selalu menyambut kelewat semangat setiap kembali ke rumah.

"Kangen ya? sini peluk dulu- Oy!"

"Oleh-olehnya hanya ini yah?" Seulgi bersedih dengan bibir mengerucut.

Paman Kang bersidekap setengah kesal dan meninggalkan Seulgi di depan pintu bergegas menuju dapur dan mengambil beberapa makanan dari sana, sementara Seulgi dengan rungu sedihnya yang masih bertahan , semerta-merta ikut membawa oleh-oleh ayahnya ke dalam dapur.

Seulgi senang saat melihat pipi sang ayah membola dan mengunyah penuh semangat karena masakan buatannya. Tapi lagi-lagi dia jadi agak kesal karena beliau tetap menyingkirkan sayur dari piringnya dan hanya sudi memakan bagian dagingnya saja.

Dasar tidak tahu terima kasih.

"Ayaah"

"Iyaa?"

Tangan ayahnya bergerak-gerak sibuk mencuci piring, dan mengumpat pelan saat air dari keran menciprati mukanya. Seulgi terkekeh senang.

"Seulgi.., punya masalah"

"Masalah? " ayahnya berbalik dan menggaet satu kotak es krim raspberry di tangannya.

"Bukan karena kamu di skors sekolah kan?" sahutnya dengan satu alis terangkat naik ke atas

"Iih, dengar dulu!" ayahnya hanya mengendikkan bahunya tidak peduli, bukan masalah baru.

"Seseorang yang Seulgi sayang..-ah bukan, " serentetan kalimat yang Seulgi atur barusan buyar seketika, salah pemilihan kata, takut-takut sang ayah malah berbalik menginterogasinya terkait pria yang Seulgi suka, bisa gawat kalau ayah memukul pipi Jimin sampai bonyok hanya karena tidak sesuai tipenya.

Kemudian tercetus di benaknya bagaimana cara penyampaian yang baik.

"Ba-bagaimana cara ayah melindungi ibu?"

Kali ini, pertanyaan Seulgi sukses membuat ayahnya mengangkat kepala dari eskrim dan terpekur  menatap  anaknya yang menggeliat malu-malu. Bahkan tersirat warna merah muda di pipi tepungnya.

Meletakkan sendok di atas meja, karena ia rasa ini akan menjadi topik yag sedikit serius, ayahnya berdeham untuk mencairkan susasana yang sempat terasa canggung.

"Hemm, susah ya? Mungkin selama ini ayah tidak melakukan apa-apa" sahut tuan Kang sambil mengelus tengkuk dan mendongak menatap langit-langit dapur.

Seulgi mengernyit keheranan dan menatap ayahnya tidak percaya.

Ayah segera memotong putrinya yang hendak lanjut berbicara

"..karena ibu orang yang kuat, dan ayah rasa tidak perlu menjaganya kecuali mengawasi dari jauh"

Seulgi tertegun

Jawaban tersebut tidaklah salah, terasa masuk akal karena itu artinya kita mempercayai pasangan kita sepenuh hati

tapi


ini Jimin lho..,

Si culun yang jadi korban tindas sana -sini di sekolah.

Masa iya, dia hanya mengawasi dari jauh kalau-kalau Jimin babak belur?

.

.

.

"Kalau misalkan Seulgi yang ditindas bagaimana?"

"Memangnya mungkin?"

"Seulgi kan perempuan"

"Khusus kamu pengecualian"

bully and warriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang