Sore itu, sepasang manusia yang memiliki status hubungan sebagai kekasih, sedang menikmati spicy chicken wings yang mereka pesan beberapa waktu lalu dengan ditemani lembaran kertas putih berlapis yang memerangkap objek menjadi benda tak bergerak .
Dengan berbaring di lantai berlapis karpet halus, keduanya tengkurap sambil memilah-milah kertas foto yang berserakan. Sesekali, si manis akan menyeletuk, 'kenapa tidak mengajakku kesini~? Aku kan ingin pergi ke tempat ini, Jeno!' dengan mulut yang mengerucut kesal.
Disampingnya, Jeno hanya bisa tertawa sambil membujuk; berkata, 'lain kali aku akan mengajakmu ke sana, kau jangan terus menerus sibuk dengan pensil dan kertasmu'.
Keduanya larut dengan mengelompokan foto yang baru saja Jeno bawa dari darkroom; manusia, tumbuhan, dan benda. Hanya di temani suara kunyahan kecil Na Jaemin yang tangan kirinya memegang sayap ayam yang tertusuk pada garpu.
"Nana sayang, sisakan aku ayamnya. Kau menghabiskan semuanya, lihat!" keluh Jeno saat netra dibalik kacamata mengintip kotak kemasan yang hanya tersisa satu potongan kecil.
"Eh?" tubuh mungilnya terkaget. Segera ia melongokan kepalanya; mengikuti Jeno mengintip isi kotak. "Eheh, kau boleh memakan yang satu itu," ucap Jaemin merasa bersalah.
'Miaw ...'
Itu suara Bongshik ーkucing Jeno dan Jaemin yang tiba-tiba duduk di hadapan kotak sambil mengendus bau ayam yang menggoda hidung kecilnya.
'Achoo!' Jeno itu alergi bulu kucing, tetapi ia bersi-keras memelihara Bongshik yang saat itu ditemukannya di pinggiran minimarket dengan keadaan kardus (tempat tidurnya) yang basah karena hujan.
"Bongshik-ie, itu milikku, okayーachoo!?" ucap Jeno dengan memandang Bongshik yang mulai menjulurkan kaki gemuknya.
"Miaw ..." seolah membalas perkataan Jeno, kucing itu hanya bisa memandang potongan sayap dan berganti menatap Jaemin.
'Majikan, tolong aku.'
Seakan meminta pada tuan yang satunya.
Mendapat senyum seolah memperbolehkan, kucing itu pun dengan cepat menggigit ayam yang tersisa dan melarikan diri segera dari kejaran Jeno ke arah kolong meja makan di dapur.
"Ya! Keluar, Bongshik-ie! kembalikan ayamku!" menyusul si peliharaan, Jeno berjongkok di bawah meja dengan menatap nanar pada ayam yang telah terkoyak.
"Miaw ..." seperti mengejek, Bongshik tetap memakan tanpa mengindahkan dengusan si Jeno.
"Kita bisa memesannya lagi, Jen." Jaemin muncul di samping Jeno dan ikut berjongkok. Memperhatikan Bongshik yang menghiraukan sepasang kekasih yang menatapnya berbeda.
Yang satu menatap dengan kesal-sedih-memelas, dan satu lagi menatap dengan senyum lebar seperti seorang ibu yang melihat anaknya makan dengan lahap.
"Achoo!" suara bersin Jeno yang tiba-tiba, membuat mereka saling memandang terkaget dan kemudian tergelak tanpa alasan. Menutup insiden 'Keluar, Bongshik!' di sore yang hangat hari itu.
[Fin]
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us - Nomin
Fiksi PenggemarDrabble and Ficlet; Fluff; OS collections; AU; T. ------ Pasangan muda yang memiliki ratusan cara sederhana dalam mengekspresikan cintanya setiap hari. Hanya sebuah potongan-potongan memori kecil keseharian Jaemin dan Jeno yang manis. Fotografer!Jen...