Hari itu hari Minggu. Hari yang cocok bersantai karena hari ini memang hari libur. Apalagi bermalas-malasan, sangat wajib dilakukan setelah semua pekerjaan rumah selesai dikerjakan. Seperti sepasang kekasih ini; Lee Jeno dan Na Jaemin
Keduanya tengah bersantai di ruang baca berukuran sedang yang terletak di lantai dua. Letak jendela besar yang langsung menghadap ke timur, menjadikan ruangan ini sangat terang jika di pagi hari seperti saat ini.
Dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, Jeno memainkan Leica keluaran terbaru sambil bersandar pada bantalan sofa yang bisa ia jadikan tempat tidur. Mengetes kecepatan shutter dari salah satu kamera kesayangan dengan mengunci objek hidup di sampingnya menjadi objek tak bergerak. Puas dengan hasil jepretannya, Jeno menyodorkan benda hitam metalik itu ke hadapan si kekasih yang menjadi objek.
"Oh, aku terlihat sangat tampan dari arah samping." Pujinya percaya diri melihat hasil foto Jeno; memperlihatkan potret dirinya dari arah samping yang sibuk dengan pensil dan buku sketch.
"Apa yang kau gambar?" meletakkan Leica miliknya, Jeno mencondongkan tubuhnya ke arah Jaemin. Melihat coretan-coretan hitam putih yang menujukan latar sebuah tempat outdor penuh kursi dan meja. "Bukankah ini cafe kemarin?" tanya Jeno sekali lagi memastikan.
"Iya, ini tempat yang kemarin. Aku hanya mengasah pensilku."
Membalik lembaran kertas ke lembaran baru, Jaemin menghadapkan tubuhnya ke arah Jeno. Menyilakan kakinya dan mengambil bantal untuk menjadi alas bukunya. "Aku lukis, ya? menghadap kemari." Ujar Jaemin dengan mengarahkan Jeno untuk bersila di hadapannya.
"Eh?"
"Kau kan sudah mengambil fotoku tadi, jadi biarkan aku melukismu." Ucapnya sambil merapikan rambut Jeno. "Pasang ekspresi sebaik mungkin, okay?" lanjut Jaemin.
Sedangkan Jeno, ia bingung harus berekspresi seperti apa. Ia memutuskan untuk memandang Jaemin dengan tatapan sebiasa mungkin dan kedua tangannya saling bertaut di di depan.
"Jangan bergerak, ya." sesungguhnya Jaemin ingin tertawa dengan ekspresi Jeno yang bisa dibilang kikuk itu. Tapi, Jaemin tidak ingin menertawakannya. Jarang sekali Jeno mau menjadi objek gambarnya selama ini, jadi Jaemin mencoba menahan tawanya sebisa mungkin.
Beberapa puluh menit, dan sebuah suara memecah konsentrasi Jaemin, "Jaemin, apa belum selesai?", tanya Jeno dengan ekspresi sedikit meringis menahan sesuatu.
"Sebentar lagi, sayang." Tidak terlalu mengindahkan pertanyaan Jeno, Jaemin kembali fokus menggoreskan ujung pensil hingga menimbulka suara halus yang menggelitik telinga.
"Tapi, aku ingin ke toilet." Keluh Jeno sambil bergerak sedikit menahan kebutuhan toiletnya.
"Diam, jangan bergerak!" Ucap Jaemin mutlak membuat Jeno menciut. Jaemin yang marah akan sangat menakutkan. "Sedikit lagi." Tambah Jaemin sedikit menurunkan nada bicaranya.
"B-baiklah. Cepat sedikit, ya? Ini sudah di ujung tanduk." Pintanya dengan memelas.
...
'Aku lukis, ya?'
'Diam, jangan bergerak.'
Kita melewati waktu yang menyenangkan.
Saling memandang di suatu pagi yang damai.
Tapi tiba-tiba kau berkata ingin pergi ke toilet.
Lee Jeno, untung aku cinta.
[Fin]
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us - Nomin
FanfictionDrabble and Ficlet; Fluff; OS collections; AU; T. ------ Pasangan muda yang memiliki ratusan cara sederhana dalam mengekspresikan cintanya setiap hari. Hanya sebuah potongan-potongan memori kecil keseharian Jaemin dan Jeno yang manis. Fotografer!Jen...