Ketika matahari sudah meninggi, kumpulan manusia berkemeja rapi akan berlarian ke sana kemari membawa tumpukan berkas yang berlembar-lembar jumlahnya.
Lelaki dengan satu sachet kopi susu bersiul kesana-kemari menggoda wanita yang berlalu lalang dengan rok pendeknya.
Kumpulan wanita dengan tas mahalnya akan berbisik membicarakan gosip murahan yang keluar pagi tadi di sudut cafe.
Menuju istirahat makan siang, para siswa akan bergelut dengan urusan perut dan nilai sekolah di ruang kelas yang pengap.
Tidak akan jauh berbeda dengan pelayan restoran cepat saji, mereka bekerja seperti tak ada hari esok lagi. Oh, jangan lupakan sebagian diantara mereka adalah mahasiswa yang masih harus mengejar deadline proyek tugas akhir penentu hidup dan mati.
Demi Tuhan, aktivitas manusia di luar sana amatlah menyebalkan jika kau yang menjalaninya. Terkejar waktu, digoda lelaki lain, membicarakan orang lain hingga pengang.
Menghindari semua hal menyebalkan di atas, Jaemin lebih memilih menghabiskan waktu liburnya dengan tidur seharian di rumah setelah lembur.
Seperti sekarang ini:
di tengah ruangan yang cahayanya samar-samar karena tertutup kelambu, ia bergelung di balik selimut tebal dengan mata terlelap. Menyelesaikan pekerjaannya semalam suntuk agaknya membuatnya tidur seperti tak sadarkan diri. Iya, bahkan ia tidak sadar, sosok di sampingnya ーyang keadaannya tidak jauh berbeda, sedang menggoyangkan tubuhnya pelan.
"Jaemin, bangun... "
Itu suara Lee Jeno, suara serak yang baru saja terbangun setelah menemani kekasihnya semalaman.
Matanya mengerjap perlahan membiasakan diri dengan cahaya matahari yang malu-malu menembus gorden. Menghindari cahaya yang menyilaukan mata, Jeno membalikkan tubuhnya menghadap Jaemin.
"He, he... "
Sepertinya bangun di tengah hari membuat otak Jeno sedikit bergeser. Tanpa sebab, tanpa alasan, ia tertawa kecil memperhatikan Jaemin yang terlelap menghadap ke arahnya. Tangannya terulur menyentuh bibir merah muda yang mengerucut saat empunya tidur.
Telunjuknya tidak tahan untuk tidak menggoda belahan bibir Jaemin. Mengetuk-ngetuk perlahan seperti mengetuk pintu rumah tetangga yang galak; berharap pemiliknya terbangun. "Jaemin, aku lapar," bisiknya tepat di depan wajah Jaemin saat tidak ada respon.
Si kekasih tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan terbangun.
Sedikit mendengus kesal, Jeno memajukan wajahnya, menghapuskan jarak mereka berdua. Bersiap-siap melakukan aksi lainnya.
"Eung ... "
Berhasil. Nyatanya satu gigitan Jeno pada ujung hidungnya membuat tidur Jaemin terusik.
"Bangun, Manis. Ini sudah siang." bisik Jeno lagi sambil mencubiti pelan pipi sosok yang dipanggil manis.
"Sudah siang?" serak Jaemin yang terganggu karena ulah tangan si kekasih. Matanya masih segaris, tidak bisa terbuka penuh karena kantuk yang masih menyerang. Tubuhnya menggeliat pelan berusaha mencari posisi ternyaman.
"Iya, dan sekarang aku lapar." berusaha bersikap manis meminta makan pada si ibu rumah tangga yang mengernyitkan kedua alisnya.
Yang benar saja, bayangan Jeno di retinanya ada dua. Ia belum sepenuhnya tersadar; tangannya mengucek mata pelan.
"Aku masih mengantuk, Jen. Sepuluh menit lagi, ya?" rengek Jaemin melesakkan badannya ke arah Jeno. Menyerah untuk mengumpulkan sadar. Meminta kehangatan lebih pada si dominan. Menyembunyikan wajahnya pada dada bidang si kekasih.
"E-eh?" matanya hanya bisa mengerjap berkali-kali saat sepasang tangan melingkari pinggangnya di balik selimut.
Oh, si ibu negara sudah berucap. Jeno tidak ingin ia menjadi seperti korban NTR yang dicampakan kekasih jika memaksa Jaemin. Mau tak mau ia membalas pelukan Jaemin dan mengelus pelan belakangan kepalanya agar kembali terlelap.
"Baiklah, tidurlah lagi." ucap Jeno menciumi aroma bayi dari surai gelap yang menyentuh hidung.
Sepertinya Jeno harus menunda sarapannya. Oh, makan siangnya mungkin. Membiarkan Jaemin mencari-cari kehangatan ... dan mendengar cacing-cacing perutnya mengaung meminta makan.
Sepuluh menit bagi Jaemin adalah satu jam bagi Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us - Nomin
FanfictionDrabble and Ficlet; Fluff; OS collections; AU; T. ------ Pasangan muda yang memiliki ratusan cara sederhana dalam mengekspresikan cintanya setiap hari. Hanya sebuah potongan-potongan memori kecil keseharian Jaemin dan Jeno yang manis. Fotografer!Jen...