2. Pacar Posesif Tenggelamkan Saja!

3.2K 215 2
                                    

Silvia adalah gadis yang ceria dan penuh semangat. Sore ini terlihat sedang menimang kamera Nikon D7000 pemberian Alvino, Abang semata wayangnya, yang merupakan kado ulang tahun Silvia ke-24, satu tahun lalu. Perpaduan aroma espresso dengan coklat terkuar dari secangkir mochacino panas yang baru saja disajikan oleh pelayan kafe bergaya retro, tempat dia menunggu seseorang yang biasa menjemputnya saat pulang kerja, Geraldy, laki-laki yang berstatus pacar Silvia selama satu tahun.

Sudah sekitar setengah jam Silvia berada di kafe ini, tetapi orang yang dinanti belum juga menunjukkan batang hidungnya. Silvia mulai bosan. Belum lagi hatinya diliputi rasa gelisah. Jangan sampai ketika dia pulang, abangnya yang dingin dan super kaku itu sudah lebih dulu ada di rumah lalu meng-interogasi saat memergoki Silvia diantar pulang oleh laki-laki yang sama sekali belum pernah diperkenalkan pada abangnya. Sebenarnya Alvino adalah orang yang sedikit acuh dan ia segan mencampuri urusan pribadi adiknya, tapi tetap saja Silvia merasa sungkan dan tidak enak hati.

Membunuh rasa bosannya, Silvia mengarahkan lensa kamera fokus menyorot cangkir di atas meja. Sebuah ide melintas di kepalanya. Dia lalu mematikan flash, dan mengambil lensa fix 50mm dari dalam tas ransel, memasangnya dan mengubah setelan fokus kamera menjadi manual, dengan f/2.8. Kemudian Silvia berpindah posisi agar mendapat sudut pandang terbaik. Tombol shutter ia tekan beberapa kali untuk mendapatkan bidikan yang cantik.

Puas dengan hasil memotretnya, Silvia kembali duduk di posisinya semula lalu mengamati hasil bidikannya yang tampil di layar kamera. Gadis berambut kucir kuda itu tersenyum puas melihat foto makro cangkir yang menggelap dengan flare berbentuk segi enam transparan. Silvia kembali membidik cangkir mochacino dengan kamera ponselnya, lalu mengunggah hasil jepretan tadi ke akun instagram pribadinya. Baru beberapa menit, foto tersebut sudah mendapat puluhan like dari pengikut akun instagram-nya. Silvia memang pengguna aktif media sosial itu. Pengikut akunnya sudah mencapai ribuan pengikut dan wajar mengingat pekerjaannya juga berkecimpung di dunia pertelevisian.

Selain bekerja sebagai reporter di sebuah stasiun televisi swasta, Silvia juga memiliki hobi memotret. Fotografi adalah napas kedua baginya setelah udara. Sayang, Abangnya yang punya tampang tampan tapi datar itu tidak terlalu mendukung cita-cita Silvia menjadi seorang fotografer. Kalau hanya sekadar untuk hobi tidak masalah, tapi jangan untuk dijadikan sebagai sarana penyambung hidup, begitu pesan Alvino saat mengetahui hobi adik perempuannya. Alvino bukan melarang tanpa alasan.

Abangnya itu pernah melihat aktivitas Silvia ketika menjadi asisten fotografer di sebuah studio foto untuk mengisi waktu luang setelah lulus kuliah. Saat itu Silvia tidak lebih dari seorang kacung. Pekerjaan yang dilakukannya selama hampir enam bulan di studio itu cuma angkat-angkat barang, memasukkan kamera, membersihkan lensa, menggulung kabel, memegang kipas angin, serta mengangkat selendang model supaya melayang-layang. Sejak itu, Alvino meminta Silvia untuk mengundurkan diri dari studio tersebut.

Ponsel di dalam tas ransel Silvia melantunkan lagu milik Little Mix yang berjudul Secret Love Song sebagai nada dering ponsel. Silvia meletakkan kamera di atas meja dan menengok ke dalam tas untuk memeriksa siapa yang meneleponnya, ternyata abangnya.

"Via, kamu di mana? Mau dijemput sekalian nggak?"

Napas Silvia tercekat mendengar suara berat khas Abangnya saat memberi tawaran untuk menjemputnya.

"Emmmh ..., emangnya Bang Vino udah pulang kantor?"

"Baru kelar kerjaan. Kamu mau dijemput nggak?" tanya Alvino sekali lagi. Sepertinya laki-laki itu sedang tergesa-gesa.

"Via belum selesai nih," bohong Silvia dalam duduk gelisahnya.

"Ya udah. Abang langsung ke tempat Dastan aja kalau gitu. Kamu jangan kemalaman pulangnya. Kalau lembur, kabari abang."

Dear RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang