Hal yang tak biasa dilakukan oleh laki-laki berkulit kuning langsat bernama Andra. Ia menunggui mobil dagangannya yang berjejer rapi di halaman parkir sebuah bank swasta di sekitar jalan PB Sudirman Jember. Sore itu, Andra duduk tak jauh dari pos satpam dan mengobrol dengan beberapa orang yang ingin melihat-lihat mobil yang ada di sana. Diintipnya Swiss Army yang melingkar di lengan kirinya, masih menunjukkan pukul 17.00 WIB. Masih terlalu sore untuk pulang ke rumah. Jangankan pukul lima sore, jam 12 malam pun dia anggap masih sore jika sedang asyik berkumpul bersama teman-temannya.
Bisa dibilang masa hura-hura Andra terenggut ketika Papanya meninggal secara mendadak akibat serangan jantung sekitar tiga tahun yang lalu. Saat itu ia tak ada bedanya dengan laki-laki seumurannya pada umumnya. Andra masih hobi main, nongkrong, menikmati euphoria masa lulus kuliah, mencari lowongan pekerjaan bersama teman-temannya, ikut tes pekerjaan di manapun hanya sekadar untuk menunjukkan kemampuan dan mencari jati dirinya.
Mimpi Andra sangat tinggi, dia juga ingin merasakan bekerja sebagai pegawai bank seperti Kiara, kakak perempuannya, ataupun menjadi pegawai negeri sipil, dimana pekerjaan itu lebih memiliki prestige tinggi ketimbang wiraswasta. Andra merasa akan mampu memiliki karir yang lebih cemerlang di dunia perbankan dibanding kakak perempuannya karena dia adalah laki-laki yang tidak akan terhalang jenis kelamin untuk meraih posisi apapun dalam sebuah perusahaan. Namun semua mimpi Andra harus kandas. Dia tiba-tiba ssperti harus dipenjara detik itu juga. Di hari yang sama saat proses penandatanganan kontrak kerja sebagai karyawan ODP di sebuah Bank BUMN ternama, Papanya terkena serangan jantung dan sama sekali tak pernah terlintas di benak Andra, kalau papanya akan meninggal secepat dan se-mendadak itu. Harapan Andra sangat besar sang ayah bisa melihatnya menjadi pria sukses, berkompeten dan membanggakan keluarga.
Sejak kepergian sang tulang punggung keluarga, Anggota keluarganya termasuk Andra sendiri berpikir, kalau bukan Andra, siapa lagi yang akan melanjutkan usaha dan mengelola aset milik mendiang papanya. Usaha dan aset tersebut berupa sebuah showroom mobil besar dan beberapa ratus hektar kebun sengon yang Andra sendiri tidak pernah sekalipun berkecimpung di dunia bisnis seperti itu. Andra seolah ingin marah pada Tuhan dan penyebab Papanya terkena serangan jantung hingga meninggal dunia, yang tak lain adalah kakak perempuannya sendiri.
Namun seiring bergulirnya waktu, Andra sadar ada yang lebih hancur darinya saat Papanya meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Kiara lebih hancur saat itu melebihi siapa pun. Kehancuran, penyesalan dan kesedihan mendalam terlihat jelas di mata perempuan yang tidak meneteskan air matanya sedikit pun bahkan hingga hari pemakaman Papa mereka. Kakaknya itu harus menanggung penyesalan seumur hidup karena telah menjadi penyebab kematian papanya.
Seiring bergulirnya waktu, Andra berhasil mengelola dan meneruskan bisnis yang diwariskan oleh mendiang papanya. Dia tidak pernah lagi mempermasalahkan mimpinya harus menjadi seorang pegawai kantoran apalagi pegawai negeri sebagai patokan pria sukses dan berkompeten seperti tiga tahun yang lalu. Ada dua amanah yang harus dia jaga kesejahteraannya melebihi dirinya sendiri. Andra sudah bekerja keras siang dan malam untuk mengembangkan dua bisnis yang dikelolanya.
Seperti sore ini, tepat tiga tahun setelah kepergian mendiang papanya, Andra sedang berkutat dengan salah satu bisnisnya. Dia masuk ke sebuah gedung milik bank swasta yang bekerja sama dengan showroom-nya dalam membiayai pembelian mobil secara kredit. Biasanya karyawan showroom atau pihak bank yang mengurus hal yang berkaitan dengan pemberkasan, tapi entah kenapa kali ini dia ingin sekali mengurus pengajuan berkas pengajuan kredit mobil itu sendiri. Tidak ada maksud khusus, Andra hanya ingin menyibukkan dirinya sendiri karena mulai bosan dengan rutinitasnya yang terlalu monoton.
Menuju lantai tiga tempat kantor pembiayaan kredit mobil berada, langkah Andra terhenti karena tali sneakers-nya terlepas. Dia memilih membenarkan ikatan tali tersebut sebelum tubuh tingginya jatuh terjengkang ketika untaian tali terinjak oleh kakinya sendiri. Saat sedang menyelesaikan ikatan terakhir, manik matanya tertarik untuk memindai tatapan dari sepatu ke arah sepasang kaki jenjang dibalut kaos kai warna hitam lengkap dengan highheels berwarna senada, yang berada tepat di depannya. Pikiran Andra seketika teringat pada obrolan absurd dengan teman-temannya, dimana salah seorang temannya mengatakan kalau gedung ini terkenal angker. Kabarnya gedung ini merupakan sisa reruntuhan asrama putri yang mengalami kebakaran dan sudah tidak terpakai selama puluhan tahun. Bulu kuduk Andra berdiri ketika membayangkan jika benar apa yang dikatakan temannya, kalau penghuni asrama putri yang pernah meninggal di sini sering menampakkan diri di jam-jam tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Romance
Fiksi UmumBalada klasik anak-anak manusia yang berbeda persepsi dalam mencari Jodoh untuk masa depan. Dalam kisah ini ada empat nama, tiga cerita, dan dua hati yang berjuang untuk satu jodoh. --- Februari 2017 ^vee^