5. Tugas... Oh... Tugas

1.6K 159 1
                                    

Senin pagi menyambut hari Silvia dengan seabrek aktivitas seperti Senin-Senin sebelumnya. Silvia mengawali hari sibuknya dengan liputan menyiarkan kondisi jalanan pagi ibu kota. Alvino yang masih setengah mengantuk hanya bisa mengikuti ritme kerja adik semata wayangnya itu. Silvia bisa saja berangkat sendiri, tapi Alvino tidak tega membiarkan adiknya itu subuh-subuh harus berangkat kerja supaya tidak berebut angkutan dengan pelajar dan pekerja kantoran lainnya.

Sebenarnya Silvia juga memiliki Geraldy yang selalu bersedia mengantar dan menjemputnya bekerja. Silvia tinggal bilang saja. Namun, dia tidak ingin Alvino menaruh pikiran macam-macam jika Geraldy terlalu sering mengantar dan menjemputnya. Silvia juga tidak ingin dianggap cewek manja oleh pacarnya. Di hadapan siapa pun dia selalu ingin tampil sebagai sosok perempuan yang kuat dan mandiri.

Setelah menyelesaikan liputan paginya, Silvia beserta kru liputan lalu lintas pagi memilih kembali ke kantor. Udara hangat dan kemacetan khas ibukota sudah selesai memberi sambutan pada pagi Silvia, tapi kopi bercampur cokelat kesukaannya belum menyentuh kerongkongannya barang setetes pun. Baru juga hendak membuat secangkir mochacino di pantry, seorang rekan kerjanya meminta Silvia ke ruangan Manajer Produksi Acara sekarang juga. Dengan mendesah lesu, Silvia meletakkan cangkir yang sudah berisi bubuk mochacino kemasan ke dalam lemari es yang letaknya di ujung pantry dan malas-malasan menuju ruangan bosnya itu.

Vertical blind dalam kondisi terbuka dan dari balik kaca Silvia bisa melihat bosnya itu sedang membolak-balik lembaran-lembaran yang Silvia kira pasti tidak jauh dari proposal sebuah acara. Romy mendongak lantas berkutat lagi pada kertas-kertas di atas mejanya. "Masuk aja, Via! Kamu duduk dulu. Give me five minutes untuk menyelesaikan ini," ujar Romi ramah seraya mengangkat kertas untuk ditunjukkan pada Silvia.

Silvia mengganguk, memilih salah satu sofa, duduk santai sambil melihat ke sekeliling ruangan atasan yang jarang dimasukinya. Ada beberapa piagam dan piala penghargaan untuk acara yang berhasil dimenangkan stasiun televisinya di ajang nominasi acara pertelevisian. Silvia tersenyum hangat saat melihat salah satu piagam penghargaan yang berhasil diraih oleh acara berita yang sumber informasinya sebagian besar disumbang oleh Silvia.

Namun, tiba-tiba raut wajah Silvia berubah pias saat melihat sebuah piagam penghargaan dalam kompetisi liputan dan fotografi wisata dan budaya kreatif se-Indonesia tahun 2016, yang dimenangkan oleh Silvia untuk kategori reporter utama dan penyunting gambar terbaik. Romy menghalangi dengan tubuhnya saat Silvia ingin melihat lebih jelas piagam tersebut.

"Bagaimana kabar kamu pagi ini?"

Silvia berdecak lalu menjawab pertanyaan basi bosnya itu. "Baik," jawabnya malas. "Tumben saya dipanggil pagi gini?"

Tidak salah jika Silvia menaruh curiga karena bosnya itu memang jarang memanggilnya pagi-pagi seperti ini. Kalau tidak ada masalah penting pastinya.

"Minggu depan ada acara musik akbar yang akan digelar di Jakarta. Puncak acara musik itu, setelah konser keliling kota-kota besar di seluruh Indonesia."

Perasaan Silvia langsung tidak enak melihat bosnya itu berbicara dengan nada menggebu-gebu. Terlebih lagi sekarang sudah melangkah menuju ke hadapan Silvia. Seharusnya siapa pun yang sedang bercerita dengan semangat tentang sesuatu hal, pasti menimbulkan rasa antusias bagi lawan bicaranya, tapi tidak bagi Silvia. Sikap Romy malah membuat Silvia semakin curiga.

"Acara musik itu diisi oleh band-band papan atas, penyanyi berkelas dan band-band indie terkenal. Pasti rame banget, Via," ujar Romy selanjutnya.

Silvia mengangkat kedua tangan dan bahunya bersamaan. "So?" tanyanya masih belum mengerti apa alasan bosnya itu membicarakan soal konser musik dengan Silvia, yang hampir diketahui oleh orang-orang seantero TvM adalah orang yang cukup anti musik dan acara yang berkaitan dengan musik terutama konser atau festival musik.

Dear RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang