PROLOG

129K 14.3K 1.2K
                                    

"Massss, suamique, imamque, Mamasnya Manug, Daddy-nya Pablo, mertuanya Camila sarapan is ready!!"

Duh manten baru kalau manggil suami suka gitu ya panjang kayak gerbong MRT.

Dengan senyum secerah cat rumah tetangga sebelah Pak Nugra datang dari kamar.

"Morning Mommy," sapanya sembari mencuri kecupan di pipi gue lalu beralih ke bufet mengambil makanan ikan. "Morning Mas Pablo, Camila."

Jangan kalian tunggu jawaban dari Pablo. Pablo dan Camila memang cocok, keduanya sama-sama pasang mode silent. Tapi dengan lincah mengejar makanan yang Pak Nugra taburi.

"Morning Daddy. Yok sarapan."

Meletakkan makanan Pablo di tempatnya. "Sarapan apa kita pagi ini?"

Gue ambil gulungan dasi di tangannya dan tanpa di minta gue simpulkan di kerah kemeja birunya.

"Ganteng banget sih imamque." Puji gue setelah dasi tersimpul sempurna. "Nasi goreng, nggak papa kan ya?"

Pak Nugra mengangguk. "It's okay. Apapun asal kamu yang masak Mas makan."

Kami berjalan beriringan ke ruang makan. Pak Nugra menarik kursi ke belakang dan mendudukan gue di sana, lalu ia duduk disinggasananya.

Gue ambilkan nasi goreng untuknya. Tanpa banyak kata ia makan dengan lahap. Bahagia tuh sesimple ini ya, lihat suami makan dengan lahap masakan yang kita masak aja udah bikin hati berbunga-bunga.

Pak Nugra menggantung suapan, matanya teralih ke gue. "Kamu nggak sarapan sayang?"

"Sarapan dong." Gue tunjuk piring nasi goreng di depan gue.

"Tapi kamu dari tadi belum sentuh nasi gorengnya?" Pak Nugra meletakkan sendok dan garpunya di meja. "Kok malah lihatin Mas begitu?"

"Heran aja, tumben nggak minta disuapin."

Pak Nugra terkekeh, meraih sendok dan garpunya lagi lalu menuntaskan suapan yang tergantung tadi. "Nanti kamu ngatain Mas bocah lagi. Mas makan sendiri saja."

Gantian gue yang terkekeh ikut menyuap nasi. "Ya abisan Mas manja banget kalau udah minta suapin begitu, saya kan gemes-gemes pengen nampol. Udah tua masih suka minta suapin. Malu sama Gara."

"Sama istri sendiri ini ngapain malu." Katanya cuek sambil melahap irisan timun.

Serius deh setelah menikah dengan identitas yang benar, hati yang ikhlas dan sama-sama cinta. Pak Nugra beneran jauh lebih manja. Di depan Pablo sama Camila aja dia nggak malu-malu nunjukin sisi kolokannya. Gue malah kasihan liat dua cupang itu, pasti mereka berdua enek liat kelakuan Bapaknya. Dikit-dikit ndusel, dikit-dikit nemplok, dikit-dikit ci-ekhem sorry coeg gue lupa kalian banyak yang jones.

Gue tambah air putih di gelas Pak Nugra yang kosong. "Oya Mas, jadi kapan saya bisa masuk kerjanya? Nggak enak nih di rumah doang."

Sesuai dengan kesepakatan kami, setelah menikah gue akan bekerja di firma hukum milik Pak Nugra. Terhitung satu bulan lebih usia pernikahan kami, tiga minggu lalu gue masih di Padang menyelesaikan beberapa perkara yang turut gue kerjakan bareng lawyer lain di Ariy, Putra and partner. Setelah menyelesaikan kewajiban gue di sana akhirnya gue resmi resign dan kembali ke Jakarta.

Seminggu di sini gue masih disibukkan dengan persiapan resepsi kecil-kecilan kami. Sekarang setelah puncak acara selesai seminggu lalu, Mama, Papa dan Ibu sudah pulang ke Padang dan Solo. Pak Nugra sudah mulai kerja empat hari lalu, katanya lagi banyak kasus yang masuk bulan ini. Jadilah gue cuma di rumah bengong sendirian.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang