CHAPTER 2 - Menikah Lagi

97.3K 11.1K 944
                                    

Jangan lupa vote dan comment yang banyak senorita

.

.

.

Melangsungkan pernikahan dalam alam terbuka di pulau kecil, di tepi pantai dengan pasir putih membentang. Di pagi hari bersamaan dengan cahaya mentari pagi yang keluar dari persembunyian. Hanya dengan gaun putih sederhana, kemeja putih senada dan tanpa beralas kaki.

Pemilihan waktu, tempat dan konsep ini semua ide Pak Nugra. Sebegitu mendambanya ia sampai menyiapkan pernikahan kami sejak jauh-jauh hari. Kalau orang bilang perempuan selalu memiliki pernikahan impian yang ingin mereka wujudkan. Kasus kami pengecualian, nggak cuma gue, Pak Nugra juga memiliki pernikahan impian versinya. Dengan konsep sederhana namun syarat akan makna.

Ijab qabul bersamaan terbitnya matahari ialah manifestasi dari kisah kami yang kembali dimulai lagi saat ini. Pasir putih dan pakaian serba putih, tanpa make up berlebih dan tak juga beralas kaki, sebuah simbol dari kesucian diri. Melambangkan bahwa kami kembali putih dan siap mewarnai kehidupan baru pernikahan.

Dengan semua persiapan dan konsep super matang itu, nggak ada lagi bumbu yang harus gue tambahkan. Semua sudah sesuai takaran, dikemas dengan tingkat kematangan yang pas hingga menghasilkan pernikahan yang sakral, khidmat, dan romantis sesuai porsinya.

Pernikahan kali ini pun jauh lebih sederhana. Cuma dihadiri oleh beberapa teman dan kerabat dekat yang mampu dihitung jari. Semua berpakaian serba putih sesuai tema yang sudah kami tentukan. Kami semua berbaur, menikmati keelokan pulau Pasumpahan. Bermain dengan pasir putih dan jernihnya air laut, sembari menikmati kudapan yang telah disediakan.

 Bermain dengan pasir putih dan jernihnya air laut, sembari menikmati kudapan yang telah disediakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami berjalan bergandengan di sepanjang garis pantai. Menjauh sejenak dari keramaian, menikmati waktu berdua yang sejak tadi nggak kami dapatkan.

Gue terpaksa mundur lagi karena Pak Nugra tiba-tiba berhenti dan menarik gue untuk ikut berhenti.

"Kenapa?"

Pak Nugra bergeming, ia cuma memandangi gue dalam diam.

"Ngapain sih liat-liat?" gue dorong pipinya agar menghadap ke depan tapi dengan istiqomahnya dia tetap memandang gue tanpa kedip.

"Mas?"

Matanya berkedip lambat, "Mas sudah bilang belum kalau kamu hari ini cantik banget?"

Seketika gue tertawa, "Terhitung siang ini, ini sudah yang ke tiga puluh enam kali." Gue tarik ia dan kami kembali berjalan.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang