'I don't want the heavens or the shooting star. I don't want gemstones or gold. I have those things already. I want.. A steady hand. A kind soul.' -Shana Abe.
.
.
.
Kadang punya teman dengan mulut selevel admin akun lambe itu bisa berkah sekaligus musibah. Berkah karena mulut bon cabe level 30-nya bisa sangat menghibur kalau lagi nyinyir. Musibah kalau dia lagi kumat tapi di saat yang nggak tepat.
Contohnya sekarang, gue dan Zafran belum ada jalan lima langkah, terpaksa gue harus mutar kepala ke belakang waktu dengar suara jepretan kamera dan cekikikan Noval di belakang kami. Sedangkan tersangkanya malah mengumbar cengiran kampret.
"Pas nih angle nya ehehehe."
Tanpa segan Noval kembali mengarahkan lensa kameranya ke gue dan Zafran yang ternyata juga ikut menengok ke Noval antara bingung dan penasaran. Lalu kayak nggak berdosa Noval lewat mendahului kami sambil bersenandung lagu dangdut.
"Pacarku memang dekat lima langkah dari rumah, asik asik jos."
Abis pasti obat nih anak.
"Dia kenapa?" tanya Zafran yang masih menggendong Gara.
"Lagi kumat. Udah biarin aja, yuk jalan."
Entah kenapa lihat muka cengengesan Noval mendadak hati gue nggak tenang. Gue hafal betul dengan muka cengengesan barusan. Dia pasti lagi ngerencanain sesuatu.
"Eh sorry."
Karena mendadak bengong, gue nggak sengaja nabrak bahu kanan Zafran. Tangkas, sebelah tangan Zafran yang kosong menahan lengan gue sewaktu gue mendadak mundur tiba-tiba dan nyaris terjungkal.
Zafran menengok ke gue, "Nah you dah kenapa lha ni?? melamun je."
Apa gue bilang kan, baru dipikir sebentar aja udah sial gue.
Gue menggeleng, menarik tangan mundur. "Kesandung doang tadi."
"Eong Gala atuh." Rengek Gara digendongan Zafran. "Uncle, eong Gala."
"Kenapa sayang?" Zafran menengok arah tunjuk Gara. "Sekejap uncle ambilkan."
Kami kembali berjalan mencari Pak Nugra setelah Gara mendapatkan mainannya.
"Lu udah cocok banget jadi Bapak, Zaf." Zafran menengok ke gue, diikuti si kecil Gara yang seperti mengerti pembicaraan orang dewasa juga spontan menengok ke gue.
"Yakin deh kalau lu punya anak entar, bakal jadi hot Daddy. Iyakan Gara?"
Gue benarkan letak kemeja Gara yang sedikit terbuka karena terpaan angin pantai. Gara mengangguk-angguk entah ngerti atau nggak, yang jelas dia tetap megangguk.
"Tuh Gara aja setuju."
Zafran ketawa. "Iya ke Gara?" tanyanya pada Gara sembari mengecup pucuk kepala semi botak Gara. "Aamiin, semoga je. Sebenarnya sudah lama I dengan isteri nak punya baby, but Allah belum bagi kita kepercayaan, so kita orang tak boleh nak buat apa-apa." Zafran menunjuk gue. "Siapa tau ko orang lebih dahulu dapat baby dari kita orang."
"Gue aminin aja deh. Tapi kayanya gue sama suami mau pacaran dulu sih, Zaf. Sebelum ini kan kita tiga tahun LDR, jadi ya pengen nikmatin masa-masa berdua dulu gitu." Gue mengedip penuh arti. "You know lah what I mean."
"Yeah, I know." Zafran mendadak tampak serius, "But sikit saran, tak payah lah ko orang nak tunda-tunda. I dengan isteri dulu juga macam tu, dua tahun di awal kita orang deal tak nak punya baby dulu, masa tahun ketiga kita orang nak punya baby, sampai sekarang pun belum juga dapatkan baby."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
عاطفيةSequel of the story 'Suami Satu Semester' ----- Setelah gagal apakah harus menyerah? Nggak coeg! Masih ada kesempatan kedua. Tapi gimana kalau sudah di kasih kesempatan kedua malah timbul masalah baru? Hidup siapa sih yang nggak punya masalah? Hel...