Menikah untuk kedua kalinya dengan orang yang sama?
Wadidaw!
Gue kira ya bakal biasa aja, tahunya jantung gue tetap aja bledak-bleduk kayak kembang api malam tahun baru. Deg-degannya pol-polan.
Selepas lamaran ala-ala anak alay di pantai yang gue baru tahu kalau itu idenya Ki Joko Bodo kawe kolaborasi dengan Bapaknya Gara. Yaiyalah, nggak mungkin kan Manug punya ide begituan. Dia mah kalau ngelamar mana ada romantis-romantisnya, yakin gue. Ngomong cinta pertama kali aja yang disodorin cendol bukan bunga, ya walaupun ada drama kalung cincin tetap aja nggak romantis hmm walaupun cukup gemes sih. Okelah termaafkan.
But honestly gue terharu. Noval cerita gimana perjuangan Pak Nugra selama tiga tahun masa jeda kami, nggak pernah sedikitpun dia biarin gue sendiri. Lu tahu nggak sih coeg, dia sponsorin Noval bolak-balik Padang-Jakarta tiap sebulan sekali buat nengokin gue. Gila nggak tuh. Alibinya cuma mastiin gue baik-baik aja di sini. Noval pun selama melakukan aksinya tiap bulan itu, sama sekali nggak ngasih tahu gue. Jadi selama ini gue dimata-matai sama detektif kaleng-kaleng. Bukan main.
Noval juga bilang jalan gue untuk jadi pengacara dibantu oleh Pak Nugra dari jauh, semua kemudahan yang gue dapat dulu ternyata berkat campur tangan mereka. Agak kesel sih ternyata semua kemudahan itu bukan karena usaha gue sendiri tapi ya mau gimana lagi. Udah terlanjur.
Sebulan setelah lamaran Pak Nugra malam itu, dia datang lagi dengan Ibu untuk lamaran resmi. Awalnya gue takut dengan reaksi Mama Papa dan juga Ibunya Pak Nugra, sebab kami pernah punya cerita nggak mengenakan sebelum ini. Syukurnya ketakutan gue nggak berarti apa-apa saat gue tahu kalau ternyata sudah dari jauh-jauh hari Pak Nugra datang menemui Mama dan Papa untuk mengutarakan maksudnya. Bak gayung di sambut Mama dan Papa menerima dengan tangan terbuka. Mereka sepakat melupakan kejadian yang sudah lalu dan memberi kesempatan kedua untuk kami.
Dua bulan setelahnya pernikahan kami pun digelar. Di sini lah kami sekarang, di pulau Pasumpahan. Pulau eksotis yang masih berada di lokasi kepulauan Mandeh, Painan, Sumatera Barat.
Saat matahari masih malu untuk menampakkan wujudnya, kami sudah ramai berkumpul di bibir pantai. Sebentar lagi bersamaan dengan matahari yang terbit, ikrar ijab qabul akan diucapkan Pak Nugra. Gue menunggu itu dibalik tirai putih di salah satu sudut pantai.
Cahaya kemerahan mulai tampak dari laut nun jauh di sana. Perlahan namun pasti matahari mulai menampakkan diri, meninggi dengan anggunnya. Suara Papa melafalkan ijab yang disambut Pak Nugra tegas menjadi pengiring sang surya menuju singgasananya.
"Saudara Nugraha Malik bin Abdullah Malik."
"Iya saya."
"Aku nikahkan engkau dengan putri kandungku Junia Azzahra dengan mas kawin logam mulia lima puluh gram, tunai."
"Saya terima nikah Junia Azzahra dengan mas kawin tersebut, tunai." Jawab Pak Nugra tegas dan mantap.
"Sah!"
Seketika kata sah dikumandangkan. Air mata gue terjun bebas. Sekarang sepenuhnya diri gue menjadi tanggungjawab Pak Nugra. Kembali seperti tiga tahun lalu. Kemanapun dia pergi, gue akan selalu ikut menyertai. Apapun pinta dan titahnya akan selalu gue patuhi. Karena dia imam gue, seseorang yang akan bersama gue di dunia ini dan insyaallah sampai akhirat nanti.
Tirai yang memisahkan gue dengan semua orang yang hadir di buka perlahan. Inilah saatnya gue keluar, bertemu dengan Pak Nugra, pria yang kini menjadi nahkoda yang akan memimpin biduk rumah tangga kami berdua kedepannya.
Semua mata tertuju ke gue, saat kaki telanjang gue memijak pasir putih, menyusurinya perlahan menuju Pak Nugra yang berdiri di tepian pantai menunggu gue. Dia teramat tampan pagi ini, dengan setelan kemeja putih dan celana kain putih, tersenyum dengan mata berbinar penuh rona bahagia. Sesekali gue lihat ia mengelap sudut matanya.
Saat mata kami bertemu dan terkunci, ia berbisik mesra dari jauh.
"I love you."
Katanya penuh cinta, membuat gue tak kuasa menahan sebutir air mata bahagia yang jatuh dengan sendirinya.
"I love you too." Balas gue ikut berbisik.
Kelopak mawar yang dilempari tamu berjatuhan seiring langkah gue yang semakin mendekat. Tangan Pak Nugra terulur yang tanpa ragu gue sambut. Ia memasangkan cincin di jari manis gue, begitupun gue memasangkan cincin perak di jari manisnya. Pak Nugra membawa tangan gue ke bibirnya dan mengecup jemari gue yang tersemat cincin pernikahan kami.
"Saya akan bahagiakan kamu seumur hidup saya. Di setiap hela napas, di setiap helai rambut, di setiap detak jantungmu, saya akan selalu hadir di sana. Menjadi orang yang pertama kali menatapmu bangun di pagi hari, juga menjadi orang terakhir yang kamu lihat di malam hari. Kuatkan saya jika saya mulai lelah, ingatkan saya jika saya mulai lupa, bahwa ada cinta yang tak berbatas di antara kita. Ada cinta yang tak lekang oleh masa di antara kita. Kita pernah terpisah oleh jarak dan ego, tapi kita disatukan kembali oleh cinta dan kesabaran. Mencintai kamu melatih saya menjadi seseorang yang menghargai betapa waktu sangat berharga,"
Mata Pak Nugra berkaca-kaca. "Terimakasih telah mencintai saya, terimakasih telah menerima saya, terimakasih telah menempatkan saya pada puncak tertinggi di hidup saya dengan menjadikan saya Raja di hati kamu. Terimakasih telah menjadikan saya suamimu, terimakasih istriku."
Pandangan gue mengabur karena air mata, bulir-bulir bening itu kembali jatuh. Gue bercanda waktu bilang Pak Nugra tak romantis, karena sejatinya dia pria teromantis yang selalu menggetarkan hati gue lewat setiap kata dan perbuatan manisnya.
Pipi gue disentuh teramat lembut, kedua jempol Pak Nugra menghapus sungai kecil yang mengaliri pipi. Ia menunduk, mengecup kedua mata gue bergantian, lalu mengecup dahi gue mesra dan lama. Dan gue rasakan ada air mata yang jatuh tepat di kening gue. Air mata Pak Nugra.
"Nggak ada kata yang sanggup Mas ungkapankan ke kamu selain Mas cinta kamu, Junia Azzahra."
Gue tatap matanya, binar cinta itu benar-benar nyata. "Terimakasih telah menjadikan saya Ratu di hati kamu. Saya juga cinta kamu, Nugraha Malik."
.
.
.
Jambi, 7 Juni 2019
Keluarga besar Pablo dan Camila mengucapkan
Happy Eid Mubarak 1440 H
Tabbalallahu minna wa minkum wa ja'alna minal 'aidin wal faizin.Mohon maaf lahir batin semua
Ini THR buat kamu 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
RomansaSequel of the story 'Suami Satu Semester' ----- Setelah gagal apakah harus menyerah? Nggak coeg! Masih ada kesempatan kedua. Tapi gimana kalau sudah di kasih kesempatan kedua malah timbul masalah baru? Hidup siapa sih yang nggak punya masalah? Hel...