0.8

2.1K 56 2
                                    

Happy reading🍒

Setelah kejadian pertengakaran Milka dengan Iqbal itu, setiap harinya selalu ada saja yang mereka perdebatkan dari mulai hal kecil hinggal hal yang mengungkit pertengkaran mereka waktu itu, tak jarang perdebatan mereka diakhiri dengan suara bantingan benda atau pintu yang keras membuat para Art dirumah Iqbal harus terbiasa dengan suara seperti itu.

Berbanding terbalik dengan keadaan di Kantor Iqbal, hubungan Anna dengan Iqbal semakin dekat tak jarang Iqbal mengajak Anna makan siang bersama -hanya Iqbal dan Anna- dan akhir-akhir ini Iqbal lebih memilih makan malam dengan Anna, sebelum ia pulang kerumah.

Saat ini waktu kantor sudah habis, setelah membereskan mejanya Anna berjalan masuk kedalam ruangan Iqbal untuk berpamitan, namun akhir-akhir ini Anna masuk bukan untuk berpamitan, melaikan untuk menanyakan apakah hari ini Iqbal akan makan malam bersama, lagi.

"Permisi"

"Ya, masuk"

Anna berjalan mendekat ke meja Iqbal, "sudah waktunya pulang, Pak. Apakah bapak akan makan malam dirumah?" lanjutnya tersenyum sebelum ia duduk disebarang meja Iqbal.

Pandangan Iqbal berpindah pada Anna yang sudah duduk manis dihadapannya, ia melepas kaca mata minusnya dan menutup laptopnya sebelum ia beranjak dari kursi kebesarannya. Iqbal berjalan mendekati Anna dan duduk dipinggir meja tepat disisi Anna dengan tatapan penuh arti

"Bagaimana kalau hari ini saya mencicipi masakan kamu, katanya kamu pandai memasak?" tanya Iqbal

"Boleh sih, tapi bahan masakan di Apart saya hanya sedikit. Kalau begitu nanti kita mampir ke supermarket untuk membeli bahan masakan, setuju?"

"Setuju, apapun untuk perut" ucap Iqbal sambil mengusap perutnya membuat Anna tergelak.

-00-

Anna menekan 8 digit angka untuk password Apartementnya lalu melangkah masuk dengan kantung plastik besar ditangan kanan dan kirinya, Iqbal berjalan dibelakang Anna dengan senyuman yang tidak pernah hilang dari mulai ia menemani Anna di super market tadi.
Iqbal baru merasakan betapa menyenangkannya berbelanja keperluan dapur disuper market, menyenangkan ketika ia harus melihat beberbagai macam bumbu dapur, ketika ia harus berdebat kecil dengan Anna tentang merk bumbu yang bagus, menyenangkan ketika ia ditanya ingin dibuatkan makanan apa nanti, menyenangkan ketika melihat semua wanita memenuhi tempat yang terdapat tulisan diskon dan melihat Anna menyempil diantaranya hanya untuk 1liter minyak. Maklum, setahun menikah dengan Milka, ia tidak pernah menemani atau berbelanja dengan Milka ke super market, bukan karena tidak ada waktu tapi Milka tidak memiliki ahli memasak dengan alasan ia tidak mempunyai waktu untuk belajar memasak dan lebih memilih menyibukan dengan dunianya sendiri.

"Anda tunggu sebentar di sofa tv, saya akan memasak, 30menit" ucap Anna membuyarkan lamunan Iqbal, ia sudah berdiri di pantry apartementnya dengan tersenyum kuda. Iqbal menganggukan kepalanya lalu tersenyum sebelum ia mendaratkan pantatnya disofa empuk dan menyalakan tv.

Sementara di pantry, Anna mulai memakai celemeknya tanpa mengganti pakaiannya dan memulai aksi memasaknya. Dari umur lima tahun Anna memang sudah hobi memasak, selain keturunan dari Almarhumah Ibunya yang seorang juru masak disalah satu restoran ternama, Anna juga memiliki cita-cita sebagai chef terkenal karena melihat Ibunya. Namun sayang, Ayah Anna tidak mengijinkan Anna sekolah memasak, membuat Anna harus mengubur dalam cita-citanya sebagai chef handal dan terkenal.

Baru 20menit Anna bergelut dengan dapurnya, aroma yang sangat lezat sudah masuk kedalam hidung Iqbal membuat ia menjadi tidak fokus menonton tv, Iqbal bangun dari duduknya dan berjalan menuju pantry menonton Anna yang sedang serius memasak.

[4]. RoomMateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang