14. Malu kuadrat

112 7 3
                                    

Rafy menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata. Dia memilih melewati jalan gang kecil untuk menghindari razia polisi di jalan raya. Ya seperti yang kita ketahui bahwa dia tidak mengenakan helm.

"Ini mau kemana sih, daritadi muter-muter nggak jelas gini." Dumel Aulia di belakang Rafy.

"Lo nggak denger tadi gue ngomong apa? Kita ke kafe Ya." Sahut Rafy.

"Tapi kok nggak sampek-sampek sih, leher gue udah pegel nih pake helm lo."

Rafy tidak menaggapi ocehan Aulia, dia memilih fokus pada jalan.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di kafe yang dimaksud.

"Turun." Kata Rafy setelah mereka sampai di sebuah kafe yang lumayan ternama untuk kalangan remaja. Bahkan setelah diingat, Aulia pernah mengunjunginya bersama Tasya beberapa kali. Tasya lagi, ah lupakan.

"Huh akhirnya." Desah Aulia sambil melepas helm.

"Lo kayak abis naik motor Jakarta Bandung tau nggak." Seloroh Rafy melihat tinggah Aulia.

"Sebenernya sih enggak kalo nggak pake helm capung lo ini." Tunjuk Aulia pada helm Rafy.

"Salah siapa lo mau."

"Ya lo maksa sih."

"Tapi kalo lo nggak mau lo juga bisa maksa nggak pake."

Kicep. Berdebat dengan Rafy memang tidak ada habisnya. Dia tidak akan mengalah, jadi mending Aulia saja yang mengalah. Yang waras ngalah.

"Serah lo deh." Balas Aulia yang kini sudah berjalan masuk ke kafe.

Rafy hanya mengendikkan bahunya lalu menyusul Aulia masuk ke dalam kafe. Sampai di dalam, matanya menyisir ruangan yang bisa dibilang ramai saat itu. Lalu matanya berhenti saat menatap Aulia yang sudah duduk di meja pojokan dekat jendela sambil memainkan ponselnya. Melihat itu, Rafy pun menghampiri Aulia.

"Lo liat, kita udah jadi pusat perhatian karena kesini masih pake seragam. Jam segini pula." Ucap Aulia tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

Rafy pun segera menoleh ke sekelilingnya. Dan memang benar, beberapa pasang mata memperhatikan mereka. Entah karena mereka yang masih memakai seragam atau curi-curi pandang ke arah Rafy.

"Punya mata kan mereka." Jawab Rafy enteng.

Aulia memilih diam, tidak menggubris jawaban Rafy. Karena dia tau, mau dia menjawab apapun pasti kalah dengan jawaban Rafy.

"Lo mau pesen apa?" Tanya Rafy.

"Samain lo aja."

"Mau makan juga?"

"Nggak. Gue diet."

"Badan kerempeng kayak gini masih aja sok-sok an diet. Mau bikin penyakit?" Ucap Rafy menaikkan alisnya.

Aulia mengangkat wajahnya dan melirik tajam Rafy.

"Lo kok bawel banget sih!" Kesal Aulia.

Rafy yang tidak mempedulikan kekesalan Aulia langsung memanggil pelayan yang ada disana.

"Iya mas?"

"Coffe latte nya dua ya mbak." Jawab Rafy memberikan pesanannya.

"Baik mas. Itu saja?"

"Iya."

"Katanya ini punya tante lo, mana?" Tanya Aulia setelah pelayannya sudah pergi.

"Iya emang ini punya tante gue. Tapi nggak tau dia dimana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang