5. Saran

101 15 1
                                    

Aulia melangkahkan kakinya ke dalam rumah dengan lesu. Dia sangat tidak bersemangat sore ini. Setelah kejadian sehari ini selama di sekolah, dirinya benar-benar sangat lelah.

Santi yang sedang duduk di sofa ruang tengah melihat Aulia dengan bingung.

"Ya, kenapa kok mukanya ditekuk gitu?" Tanya Santi.

Aulia yang mendengar panggilan mamanya lantas menoleh dan berjalan menuju sofa di dekat mamanya. Santi hanya mengernyitkan dahinya melihat Aulia.

"Yaya capek ma."

Santi semakin mengernyitkan dahinya bingung, "Capek kenapa? Emang tadi ngapain aja sampe bikin kamu capek?"

Aulia hanya menghela nafasnya saja, "Ceritanya panjang banget."

"Yaudah nggak papa, mama siap dengerin kok."

Aulia menarik nafasnya dalam sebelum dia memulai bercerita, "Jadi gini, Yaya kan punya mantan pacar playboy gitu, ter-"

"Oalah soal cinta toh?" Potong Santi.

Aulia memutar bola matanya malas, "Dengerin dulu kenapa sih." Kesal Aulia.

Santi hanya tertawa kecil, "Yaudah lanjut,"

Aulia mulai melanjutkan ceritanya yang sempat tertunda, "Terus tadi dari kemaren dia ngerecokin Yaya terus ma, dia sampe pindah bahkan dari sekolahnya yang dulu. Katanya dia pengen Yaya kasih kesempatan buat dia. Terus lagi, tadi pagi masa dia dateng jemput Yaya di depan rumah? Kan nekat banget gitu itu cowok. Pake acara nyuruh Rifki berangkat duluan lagi. Licik emang itu cowok!" Jelas Aulia panjang lebar.

Santi hanya manggut-manggut menanggapinya, "Terus pulang tadi naik apa? Dianterin dia juga?" Tanya Santi.

"Nggak. Yaya nggak mau." Jawab Aulia lesu.

"Loh kenapa?"

Aulia mendesah nafasnya berat, "Yaya nggak mau dipatahin lagi ma." Jelas Aulia.

"Dia kan udah mau berubah Ya, dia emang pengen kamu balik lagi sama dia."

Gantian Aulia yang mengernyit bingung, "Maksudnya? Kok mama bisa tau kalo dia berubah?"

Santi tertawa mendengar pertanyaan Aulia, "Mama kan udah tua lebih berpengalaman dari kamu soal cinta-cintaan gini." Jelasnya. "Terbukti kan dari dia yang nekat pindah sekolah cuma buat bisa deketin kamu lagi. Terus bela-belain jemput kamu pagi-pagi." Sambung Santi lagi.

"Siapa tau kan dia pindah ke sekolah Yaya cuma buat cari korbannya yang selanjutnya." Kilah Aulia.

Santi hanya menggelengkan kepalanya mendengar sangkalan Aulia untuk menjelekkan Wildan, "Coba dulu deh kalo emang Yaya masih ada rasa sama.. siapa namanya?"

"Wildan." Jawab Aulia ogah-ogahan.

"Kalo Yaya masih ada rasa sama Wildan, coba aja kasih kesempatan sekali lagi. Buat ngebuktiin aja omongan dia yang mau serius sama kamu dan nggak main perempuan lagi." Lanjut Santi.

Aulia berpikir sebentar, "Kalo dia nggak berubah?"

"Yaudah gampang, tinggalin aja Wildan, kan masih ada Rifki." Jawab Santi sambil tertawa.

"Mama apaan sih, kesannya kok kaya Rifki pelarian Yaya dari Wildan."

"Lah bukannya emang gitu." Jawab Santi yang masih meninggalkan tawanya.

Aulia hanya memutar bola matanya malas. Dia beranjak dari sofa dan menuju kamarnya. Dia sudah tidak ingin meladeni ucapan mamanya yang mulai ngawur itu.

***

Aulia merebahkan tubuhnya di ranjang setelah dia selesai mandi. Dia terus saja kepikiran perkataan mamanya mengenai Wildan tadi.

WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang