Prolog

895 6 0
                                    

Jangan lupa Vomment

Happy Reading ^_^

___________________________________

Sepenggal Rindu untuk Bapak

Agaknya Dara kembali lupa tentang udara dingin yang merayap diseluruh kulit terbukanya. Balutan kaos berwarna coklat lusuh dan celana bahan pendek yang melekat ditubuh kecilnya sudah tentu bukanlah hal bagus untuk menghalau tusukan udara yang berhembus. Tapi biarlah, masih untung dia bisa berpakaian.

Setiap malam dalam naungan gubuk tua, gadis berwajah pualam bersurai hitam kemerahan itu terduduk di kursi lusuh yang ada di teras rumah reotnya. Menatap langit Solo yang malam ini bersih tanpa awan. Pejaran matanya yang penuh harap sama cantiknya dengan bintang kecil yang tetap setia menemani bulan setiap malamnya.

Malam ini purnama.

Ada sedikit kebahagiaan mengetahui hari ini begitu indah. Berharap saja semoga takdirnya hari ini sama indahnya dengan sang langit.

Sampai kemudian, pikirannya kembali pada hal yang membuatnya selalu terduduk disini. Menahan hawa dingin yang berselimut keheningan.

Harapannya masih sedikit bercokol. Dimana setiap kali ingin menyerah tentang harapnya, wajah polos kedua adiknya kembali menampar. Ia tak boleh berhenti berharap. Ia tak boleh berhenti berdoa. Karena yang ia tahu, jika gadis itu berhenti, maka kedua adiknya pun akan semakin terluka. Bahkan mungkin lebih parah darinya.

Jadi mengabaikan segalanya, Dara kembali mengadahkan tangan. Barangkali sapuan angin bisa membawa leburan doanya pada sang Tuhan.

Dan seolah menjadi sebuah mantra yang terus dirapalkan ia berucap, "Ya Allah, bawa bapak pulang."

Re-up

Kra, 02-04-2020

Lebaran Bersama BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang