9

74 1 0
                                    

Jangan lupa Vomment

Happy Reading ^_^

_________________________________

Sibling Talk

Kita mulai kisah kali ini dari beberapa jam setelah penerimaan raport Bima dan Gea.

Setelah menyelesaikan makan berbuka yang cukup spesial bagi ketiganya dan menjalankan shalat tarawih di masjid terdekat, Bima memilih untuk langsung membaringkan tubuhnya.

Sedangkan Dara masih dengan aktivitas rutinnya. Duduk di teras.

Dara kira Gea pun telah menyusul Bima ke alam mimpi. Tapi ternyata dugaannya salah. Beberapa menit setelah Dara larut dalam lamun, Gea memanggil dengan nada rendah. Wajahnya tertunduk dan tangannya bergerak gelisah.

Persis Bima.

"Gea kenapa?."

Dara menarik Gea untuk masuk dalam rengkuhannya. Mengusap kepala dan punggung si bungsu dengan lembut.

"Ada apa, sayang? Hmm?."

"Maaf. Gea gak bisa buat Mbak Dara bangga." Lirih Gea.

Dara paham -sangat paham bahkan. Gea memang lemah dalam bidang akademis, ditambah juga gejolak yang ia rasakan pastinya membawa dampak kurang baik untuk akademisnya. Dara mengerti itu. Itulah alasan gadis muda itu tidak menuntut adik-adiknya terlalu keras. Karena jika diperhatikan, Gea cukup bagus dalam bidang seni. Berbeda dengan Dara yang unggul di bidang olahraga dan Bima yang baik dalam matematika dan sains.

"Gea tahu?. Jika kita menilai ikan dari caranya memanjat pohon, maka selamanya ikan itu akan merasa bodoh. Gea tahu apa maksudnya?."

Gea menggeleng lemah. Matanya menatap penuh tanya pada sang kakak.

"Maksudnya, tidak semua orang punya kemampuan yang sama Gea. Mas Bima pintar di pelajaran. Bahkan sampai dapat beasiswa. Tapi Gea tahu kan kalau Mas Bima itu gak bisa gambar dan gak pintar olahraga?." Dara terkekeh dan diikuti oleh Gea.

Dara senang, adiknya sudah mulai merasa lebih baik.

"Dan Gea," jari telunjuknya menyentuh hidung kecil Gea. "Gea pandai menggambar. Tubuh Gea juga kuat. Bu guru sering memuji gambaran Gea, kan?."

Gea terdiam sejenak. Matanya melirik ke atas kemudian beralih menatap Dara. Kepalanya mengangguk.

"Nah, maka dari itu. Setiap orang punya kelebihannya masing-masing, sayang. Kita tidak bisa menilai kehebatan seseorang dari satu sisi. Mas Bima dan Gea sama-sama hebat menurut Mbak. Bukan karena Mas Bima lebih pintar dari Gea itu artinya Gea gak bisa buat Mbak bangga. Bagaimana pun juga, kalian adik-adik Mbak yang hebat. Dengan Gea jadi anak yang baik dan jujur, itu sudah buat Mbak bangga sama Gea." Jelas Dara.

Gea terdiam. Matanya mulai basah.

"Mbak Dara, maafin Gea."

Dara langsung memeluk erat adik bungsunya. Memberikan usapan lembut di punggung dan kepala. Sesekali mencium puncak kepala si bungsu.

"Mbak Dara yang harusnya minta maaf. Mulai sekarang, Gea harus jujur sama Mbak Dara. Gea bilang apa yang Gea rasakan. Gea bilang apa yang Gea mau. Jangan tutupi apapun dari Mbak. Janji?."

Gea mengangguk dalam dekapan. Masih cukup lama untuk menenangkan tangisnya.

Dara tersenyum. Wajahnya mendongak. Menatap jauh pada butiran bintang di langit malam yang indah ini.

Ibu, maaf Dara belum bisa jaga adik dengan baik.


Kra, 22-05-2020

Lebaran Bersama BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang