13°

3K 383 12
                                    


Part 13


— Mark x Renjun —
.
.
.
.
.
.


[Malam]

Bagi Mark Lee, bulan adalah kenangan terakhir dalam hidupnya. Maksudnya kenangan indah yang ia pernah jalani, bersama orangtua tentu saja. Sesekali ia menatap bingkai foto yang menempel pada dinding berlapiskan wallpaper bunga-bunga yang dicintai oleh ibunya. Perasaanya sangat sakit saat melihat kenangan masa lalunya, hingga membuatnya takut untuk bicara pada mereka sebelum pergi.


Mark menyesali masa mudanya, ia memilih kabur karena kebangkrutan orangtuanya dan menjadi anak jalanan. Bahkan ia sempat menjadi peminum yang asal, ia banyak bermain (mempermainkan hati) lawan jenis. Benar-benar anak yang brengsek.

Dilihatnya Renjun yang terlelap diatas ranjang, pemandangan yang tenang dan indah. Kini, pemuda tidur itu menjadi favoritnya, sekalipun jika dunia mengetahui hubungan mereka, tidak akan ada yang diam begitu saja. Mark sudah siap, termasuk dengan pandangan remeh siapapun saat menatapnya nanti, atau dengan banyaknya gunjingan dari luar ketika ia dan Renjun—Mark terlalu banyak berharap, ia tidak akan mungkin sampai pada tahap itu.

Menikah.

Mark tidak pernah berpikir apapun mengenai pernikahan. Fakta bahwa dia tidak tertarik dengan wanita masih saja terlintas. Ia memang pernah berhubungan dengan beberapa gadis, namun tidak ada rasa spesial. Berbeda dengan Renjun, apapun yang ia rasakan ketika bersama pemuda itu, rasanya aneh, menyenangkan dan—ciuman dengan pria—terasa tidak buruk juga.

"H-hyung..." engkuhan manis keluar dari bibir si Renjun. Ternyata sedang mengigau. Mark penasaran dengan apa yang ia impikan didalam sana, bibir ceri itu terlihat menggemaskan.

Mark masih tahu diri untuk tidak terlalu terbawa suasana, jemarinya mengelus surai hazel Renjun, membiarkan tanganya merasakan halusnya helai-helai dikepala lawan mainnya. Andai, hidupnya tidak pernah sesengsara ini... Mungkin ia tidak akan menemukan kenyaman dalam malam-malam yang ia jalani. Bersama dengan Renjun, Mark merasa bahwa dia tidak perlu menyalahkan siapapun akan nasibnya. Ia jadi lebih mempercayai Renjun.

"Hei," bisik Mark, ia membaringkan diri disebelah pemuda yang telelap itu. Maniknya menatap pipi gempal Renjun yang memerah karena—entah—mimpinya. "Karena kau, aku sadar bahwa Tuhan masih punya jalan untuk memberikanku kebahagiaan."

Mark rangkul pemuda disampingnya, membawa dirinya ikut kealam mimpi.

"Dan aku... Aku mencintaimu juga."

[🍁]

Renjun membuka kelopak matanya ketika merasa bahwa dadanya terasa sesak, seakan ada sebuah beban yang menindihnya. Ia mencari oksigen sebanyak-banyaknya saat membuka mata. Yang ia pandang pertama kali ada rupa tidur dari sang singa yang mendominasi hidupnya, membuatnya bisa keluar dari situasi bernama rasa takut akan kesendirian. Ia bahkan berani untuk meninggalkan amanat orangtuanya—yang membuangnya—untuk mendiami apartemen itu seumur hidup.


Tidak ada yang tahu, apa yang Renjun kecil dapatkan ketika mengetahui bahwa kedua orangtuanya adalah orangtua tiri yang bahkan tidak mengharapkanya. Ada sebuah kepercayaan, bahwa pasangan yang sudah lama tidak memiliki anak harus mengadopsi anak yang kurang beruntung dan mereka akan mempunyai anak. Renjun, ia diperlakukan seperti jimat kecil untuk kelestarian turunan bangsawan itu.

One's Place || Markren✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang