Character dibuku ini bersifat OOC
.
.
.
.
.
Chapter 17
[Mark x Renjun]________
Hari ini terasa sunyi, tidak ada kunjungan apapun kekamarnya yah walaupun memamg kebanyakan hari yang ia habiskan selalu sendiri. Biasanya ada suster yang masuk untuk mengecek kondisi Mark namun sekarang tiada, lalu dokter yang biasa memberinya saran pun tak kunjung datang. Jaehyun, pria itu juga belum datang pagi ini. Malah seorang pria dengan mata kucingnya, duduk menatap mark.
"Untuk apa kamu disini?" tanya Mark.
"Menjenguk keponakan iparku, memangnya apa?" balad Doyoung singkat.
Mark menghela nafas, "Kemana dokter irene?"
Doyoung mengangkat bahunya, sebenarnya dia juga tidak tau apa yang sedang dilakukan pasangan itu dihari begini.
Mark menghela nafas, "Jadi?"
"Sudah memutuskan, mau ikut atau mati membusuk dirumah sakit bersama Jaehyun dan Irenenya itu?"
Topik yang sama, namun pembawaanya terkesan lebih santai dari biasanya. Pria itu membuang pandanganya pada jendela besar yang mengarah pada hiruk-piruk kota besar, beruntung tertutup kaca dan masih memiliki udara segar—dari ac—kalau tidak dia yakin Mark sudah tepanggang jadi yakiniku.
"Aku tidak bermaksud ingin menghasutmu, namun kakakku tidak bersalah dalam urusan keluargamu, dan dia mati karena pembunuhan berencana itu." jelasnya, sekilas sorot mata itu meredup, menunjukan kesedihan yang teramat sangat.Mark sedikit merasa jantungnya teriris kembali, dadanya sesak ketika melihat aura kesedihan Kim Doyoung yang notabenya hanyalah keluarga dari bibinya, seakan menemukan kesamaan dalam hatinya sekarang. Mark sempat melamun kemarin, memikirkan kedua orangtuanya dan paman yang berusaha melindunginya dari bisnis kejam itu. Membuangnya jauh agar tak terlacak—hingga dia sendiri tidak pernah mengerti kondisi mereka. Semuanya disembunyikan dengan rapi.
"Padahal kukira uang kuliahku dibayarkan oleh Paman," ucapnya lirih, namun Doyoung masih mendengarnya.
"Aku yang selama ini mengirimkanmu uang atas amanat Kak Eunhyuk," balas Doyoung mengalihkan atensinya pada pemuda yang duduk diatas matras tidurnya. "Dunia ini selayaknya neraka, banyak faktor yang membuat kebahagiaan selalu dinikmati minoritas yang punya kekuasaan. Mereka takut kehilangan apapun hingga iblis pun menjadi rekan mereka, dunia ini selayaknya neraka—kita dijajah—oleh alat iblis yang bernama Kekuasaan."
Ucapan pria itu benar, dunia ini selayaknya neraka bagi mayoritas orang yang tak punya kekuasaan. Mereka yang kuat akan selalu punya tempat yang nyaman dan mereka semua selalu punya hal yang bisa dinikmati seorang diri. Mayoritas memberontak dengan caranya sendiri, mengikuti geng motor, menjadi pemalak dan pecandu alkohol. Seakan semua itu telau menjadi settingan si penguasa—mereka mendapatkan banyak keuntungan dari rusaknya mayoritas.
KAMU SEDANG MEMBACA
One's Place || Markren✔
FanfictionKisah kamar nomor satu dimana kedua pemuda bertemu dan mulai saling membutuhkan "Anugrah atau Kutukan?" - Mark Lee "Jika kubilang keduanya?" - Huang Renjun ___________ Warning! - BxB Homphobic jangan salah lapak ya ^^ > Start : 28/04/19 ...