2

4.1K 179 0
                                    

Aku kembali setelah berbincang dengan Nando dan Kenan dikarenakan para istri mereka belum bisa ditemuin jadi aku berencana nanti bersama Indira melihat bayi itu

Keluargaku dan Indira sudah tampak santai walaupun raut kecemasan masih ada. Begitu aku datang kedua orang tua kami bersama Mbak Tina meninggalkanku untuk ke mushola. Aku sendirian disini dan membuka ponselku untuk melihat foto Indira

Aku teringat bagaimana Indira bisa sabar menghadapiku serta bagaimana meyakinkanku untuk bersikap dengan Melda. Berkat Indira rasa benciku kepada Melda hilang dan sekarang aku mencoba berpikir positif setiap orang melakukan sesuatu, banyak perubahan positif yang aku alami semenjak bersama Indira. Hal yang aku lupakan bertahun-tahun lamanya

"Bapak Fajar"panggil Dokter Mario dan aku langsung berdiri "proses kateter sudah selesai dan Indira sudah sadar akan segera dipindahkan ke kamar namun saya ingin bicara dengan anda setelah Indira dipindahkan ke kamar"

Dokter Mario berlalu dari hadapanku dan tidak lama kemudian Indira keluar yang langsung dibawa ke kamar. Aku menghubungi Mbak Tina mengatakan untuk langsung ke kamar

Indira menatapku dengan tersenyum dan aku langsung menghampiri dan memeluknya

"Kakak gak bisa nafas ini kalau kencang meluknya"protes Indira sambil memukul lenganku dan aku hanya tertawa "yang lain mana,kak?"

"Pada shalat"jawabku lalu mencium bibir Indira singkat "masih sakit?"

Indira menggeleng "gak sakit cuman masih kaya orang fly gitu pengaruh obat bius masih ada sepertinya"

"Ya udah tidur aja kakak disini kok"kataku sambil mengelus kepala Indira

Tidak lama keluarga kami masuk kedalam dan Indira langsung melebarkan tangannya untuk memeluk mama dan papa. Mereka menciumi Indira berkali-kali dan aku lihat mama menghapus air matanya, aku kira Indira hanya ingin dipeluk orang tuanya saja namun Indira juga memanggil ibu dan bapak untuk memeluknya

Mbak Tina menepuk punggungku ketika melihat mereka memeluk Indira

"Kangen Bagas dan Lily,mbak"ucap Indira setelah selesai memeluk para orang tua

"Nanti mbak suruh kesini"kata Mbak Tina "mau istirahat atau laper?"

"Makan bakar-bakaran boleh?"tanya Indira yang langsung disentil kepalanya sama Mbak Tina

"Keluar dulu baru makan begituan"omel Mbak Tina

Kami tertawa bersama melihat kelakuan Indira. Indira diluar terlihat manja namun sangat tegar didalam dan memiliki pemikiran dewasa walaupun terkadang suka asal mengambil keputusan sangat jauh denganku yang masih suka berpikir lama jika berhadapan dengan suatu masalah

Aku meminta orang tua kami untuk pulang dan aku akan menunggu Indira disini. Untungnya mereka setuju dengan permintaan kami, itupun setelah Indira merengek ingin berduaan dengan aku

Kamar yang ditempati Indira ini vip itupun atas saran Dokter Mario dan mendapatkan diskon dari Dokter Mario dan rumah sakit karena penyakit Indira ini juga masuk dalam observasi para dokter-dokter jantung yang ada. Alasan lain agar Indira tidak terganggu dengan pasien lain itu kata-kata yang diberikan Dokter Mario untuk meyakinkan kami

Sepulang mereka Indira meminta dipeluk dan aku tidak keberatan melakukan itu. Indira bercerita perasaannya sebelum masuk keruangan hingga sadar. Dokter Kris yang menemani Indira waktu abortus dulu ternyata ikut andil kembali kemarin

"Permisi"ucap seseorang ketika masuk kedalam

"Dokter Kris"sapa Indira riang "masuk,dok"

"Maaf mengganggu kalian"ucap Dokter Kris dan kami langsung menggeleng "gimana keadaanmu?"

"Obat biusnya udah mulai berkurang tapi rasanya masih ingin tidur"jawab Indira

Dokter Kris mengangguk "gak ada masalah kalau begitu ya, kamu jaga kesehatan kemarin itu baru proses diagnosa"kata Dokter Kris "kalau begitu saya permisi silahkan dilanjutkan" goda Dokter Kris "oh ya jangan lupa dikunci pintunya"

Sepeninggal Dokter Kris wajah Indira ditekuk katanya malu ketahuan Dokter Kris. Meskipun begitu memintaku tidur disebelahnya dan yang pasti tidak aku sia-siakan

Our New Life (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang