Sebuah Awal

81 4 0
                                    

"Bumi." Aku memperkenalkan diriku dengan singkat--di depan siswa siswi kelas X IPA-1.

Aku melihat seisi kelas nampak tercengang selepas aku memperkenalkan diriku dengan singkat. Aku tahu mereka menyangka aku adalah orang yang menyenangkan dan dapat membuat kelas ini seperti hidup. Aku bukan orang seperti itu. Aku hanya berbicara seadanya dan selalu berekspresi datar. Itulah diriku sebenarnya. Aku tidak mau mengecewakan siswa siswi kelas ini dengan fake smile.

"Terimakasih,Bumi,"suara Pak Toni--guru Fisika-- mengintruksikan mereka semua. Mereka semua telah bersiap-siap bergosip tentangku. Aku tidak peduli.

Aku melangkahkan kakiku kembali ke bangku paling belakang dan paling pojok--tanpa sepatah apapun. Di setiap langkah para siswa siswi itu memperhatikanku sampai di bangkuku. Sekali lagi aku tidak peduli.

Aku mengeluarkan buku fisika dari dalam laci dan ku buka. Aku mendongak menatap Pak Toni yang sedang menyayat materi hari ini. Ku lihat siswa siswi itu sedang mengeluarkan buku ataupun mencatat ataupun berbicara.

"Silahkan dicatat terlebih dahulu. Bapak akan ke kantor dulu." Pak Toni berjalan meninggalkan kelas.

Aku mencatat materi yang telah ditulis oleh Pak Toni. Para siswa siswi pun ikut mencatat. Aku berfikir bahwa kelas IPA ini kelas paling monoton bagi kelas lainnya. Jikalau kalian tanya apakah aku nyaman dengan kelas ini? Sure,aku nyaman dengan suasana seperti ini. Sepi dan hening.

•••

Bel istirahat berbunyi. Para siswa siswi itu merapikan buku mereka dan pergi ke kantin kecuali aku seorang dan seorang lelaki. Aku mengeluarkan tempat makan ku. Aku sudah terbiasa membawa makanan dari rumah,agar menghemat uang jajan ku saja. Aku membuka tempat makan ku. Nampak nasi kuning serta telur dadar tertera didalam tempat makan itu.

Aku menyuapkan satu sendok ke dalam mulutku. Aku mengunyahnya dengan perlahan-lahan. Aku menyuapkan untuk kedua kalinya namun terhenti dengan suara seseorang.

"Bumi ya?" Seorang lelaki yang aku yakini dia salah satu siswa kelas ini.

Aku meletakkan sendok dan menatap lelaki itu dengan kesal. Seenaknya dia menganggu acara makan siangku. Ku lihat dia nampak salah tingkah. Aku tidak peduli. Aku mengambil sendok kembali dan kusuapkan ke dalam mulutku tanpa mempedulikan lelaki itu.

"Raka Mathara. Matha, ketua kelas dikelas ini. Kalau ada yang mau ditanyain. Tanyain aja ke aku. Aku siap membantu." Ujarnya dengan bersemangat.

Aku melirik sekilas dan menyuapkan kembali ke mulutku.

"Pindahan darimana?"tanya Matha bersamaan aku menutup tempat makan ku.

"Kalimantan." Jawabku seraya memasukkan tempat makan ku ke dalam tas.

"Kenapa pindah?"

Aku seperti sedang diintrogasi. Aku melihat dia sudah duduk di depanku. Aku bertanya-tanya,apa urusannya dengan dia?

"Bukan urusan kamu!" Jawabku ketus membuatnya seketika diam.

"Aku ha-

"RAKA."

Aku melihat seorang lelaki tengah berjalan melangkah mendekati kami--dengan napas terengah-engah.

"Tha....dicariin......Natha."

Aku berniat untuk tidak menguping percakapan keduanya. Tapi,salah siapa mereka berbicara di dekatku. Mau tak mau aku mendengar mereka mengobrol. Tetapi,aku membuka buku fisika agar mereka tak tahu bahwa aku mendengarkan juga.

"Ngapain Natha nyariin gue?"

"Gue nggak tahu. Buruan kesana gih. Gue yang temenin cecan(cewek cantik) ini."

Aku mendongak dan melototi lelaki itu. Lelaki itu nampak gugup dan langsung menarik tangan Matha. Aku menghembuskan napas lega saat mereka berdua sudah tak ada di kelas.

•••

Aku merebahkan tubuhku ke kasur. Aku memejamkan mataku sejenak dan membukanya. Aku menarik napas dan membuangnya lagi. Tanganku mengangkat ke atas seperti ingin meraih sesuatu namun tidak bisa.

"Aku rindu." Kataku sambil membayangkan seseorang yang telah meninggalkanku selamanya.

"Namanya Raka Mathara. Dia yang tiba-tiba datang kepadaku. Kamu dan dia berbeda. Kamu lebih spesial dan unik daripadanya. Aku selalu menyayangimu selamanya."

"BUMI!"

Suara teriakan Ibuku membuatku berlonjak kaget. Aku beranjak dari kasur dengan malas. Aku membuka pintu kamarku dan berjalan menuju ruang tamu.

"Ada apa,Bu?"tanyaku ketika sampai di ruang tamu. Aku duduk di samping Ibuku.

"Tadi ada teman kamu. Tapi, udah pulang. Katanya ada urusan. Tapi,dia titip ini sama Ibu buat kasihin kamu." Aku mengernyit heran dan menerima sebuah kotak berukuran 5×7 cm.

"Dari siapa,Bu?"tanya ku heran.

Ibu tersenyum."Dari teman kamu lah. Laki-laki hlo. Kalau nggak salah namanya.........Raka."

Aku membelalakkan mataku tak percaya. Aku pandangi kotak itu dan Ibu secara bergantian.

"Ibu nggak bohong kan?" Tanyaku curiga. Bisa jadi ini hadiah dari Ibu tapi ngakunya dari Matha/Raka.

Ibu hanya tersenyum dan berdiri, kemudian pergi meninggalkanku. Aku melihat kepergian Ibu dengan heran. Aku beranjak dari sofa ruang tamu dan menuju kamar seraya membawa kotak itu.

Aku duduk di pinggir kasur. Ku goyang-goyangkan kotak itu. Terdapat bunyi suatu benda bersentuhan dengan kotak itu. Aku tidak tertarik dengan itu. Jadi,ku taruh kotak itu di bawah kasur ku. Aku merebahkan tubuhku ke kasur. Mataku mencoba memejamkan tapi bayangan 'dia' membuatku selalu ingin mengingatnya kapan pun dan dimana pun. Bahkah setiap detik,menit dan jam.

Ting!

Aku meraih ponselku yang berada di bawah bantal. Aku mengernyit heran ketika menemukan sebuah nomer yang tidak aku kenal--mengirimku sebuah pesan. Seingatku aku tak pernah membagikan nomerku. Aku hanya membagikan nomerku kepada wali kelas saja. Aku membuka pesan itu.

+628xxxxxxxxxx

Kotaknya udah dibuka?

Apa jangan-jangan ini Matha. Batinku seraya merogoh bawah kasur dan mengambil kotak itu. Aku pandangi dengan sesaksama. Aku tidak tahu pasti kenapa Matha mengirimkanku sebuah kotak dihari pertama bertemu. Perlahan ku buka kotak bergambar bunga itu. Aku mengernyit heran ketika melihat dua buah pena yang ujungnya terdapat bentuk kepala perempuan dan laki-laki dan secarik kertas berwarna biru
Jika ditekan maka akan keluar isi pen tersebut.  Aku membuka kertas kecil itu.

Dear,Bumi

Let's be friends!

M.

Aku mengernyit bingung sekaligus heran."Pena? Surat?"

•••

DahuluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang