Aku menggeliat saat mendengar suara ketukan dari luar. Aku membuka mataku malas dan berjalan menuju pintu. Aku membuka pintu,disana sudah ada Ibu yang berkacak pinggang.
"Kok kamu belum siap-siap sih?!"omel Ibu.
"Ada apa?"tanyaku tanpa mengingat yang telah Ibu katakan tadi.
"Temani Ibu ke rumah tetangga."
Aku menggeleng pelan dan berjalan menuju kasur. Aku hempaskan tubuhku ke kasur. Aku memejamkan mataku tidak peduli dengan Ibu.
"Bumi,"Ibu menarik tanganku agar segera bangun.
"Bumi,nggak mau!"ucapku ketus sambil menarik tanganku.
"Uang jajan Ibu potong,"aku langsung bangun dan berlari menuju kamar mandi.
Selesai mandi,aku langsung menghampiri Ibu di teras rumah. Aku menutup pintu dan menghampiri ibu yang tengah menyirami tanaman. Aku menghampirinya dan menepuk bahunya pelan.
"Sudah?"Ibu bertanya sambil mematikan kran.
Aku mengangguk dan menuju luar rumah. Aku menyenderkan tubuhnya ku di tembok tiang listrik sambil menunggu Ibu. Ibu berjalan ke arahku dan menarik tanganku. Aku berdecak kesal dan mengikuti Ibu.
Sesampainya,disana terdapat banyak orang. Membuatku sedikit risih. Aku hanya mengikuti Ibu sampai Ibu berhenti di gazebo. Ibu duduk,aku pun duduk. Aku hanya mengikuti Ibu. Aku menyapu seluruh taman belakang. Sayup-sayup aku melihat sesosok yang aku kenali. Aku menyipitkan mataku dan ternyata dia......Rafli. Aku sedang tidak ingin berurusan dengannya. Jika dia bertemu denganku pasti dia akan memaksaku untuk mengikuti pentas seni club drama.
"Bumi?" Rafli menghampiri ku sambil tersenyum.
Aku memalingkan wajahku. Tidak peduli. Dia duduk di sampingku. Aku sontak menggeser menjauh darinya.
"Ternyata tetangga baru itu lo ya? Gue nggak nyangka banget,"Aku mencoba menulikan apa yang ia katakan.
"Kita bisa sering-sering main dong ."
Aku hanya diam,tidak mau menjawab semua perkataan. Mengapa ia harus menghampiriku? Sial. Ibu menoleh ke arahku dan tersenyum penuh arti.
"Bumi,kok punya teman nggak di kenalin sama Ibu?" Aku hanya memutar bola mataku malas.
"Saya Rafli,Tante." Siapa yang tanya?
"Rumah kamu dekat sini?"Ibu!
"Iya,tante."
"Kalau gitu boleh antar jemput Bumi ke sekolah. Sekolah kalian sama kan?"
"Ibu!"tegurku kesal.
Ibu tidak memperdulikanku. Ia menunggu jawaban dari Rafli. Aku menatapnya tajam seolah ia harus menolak.
Rafli tersenyum. "Boleh,Tante. Mulai besok saya bisa jemput Bumi." Apa-apaan ini? Aku tidak mau!
"Nggak!"protes ku langsung berlalu pergi.
•••
Hari ini benar-benar sial! Tadi pagi Rafli benar-benar menjemput ku. Aku sudah menolak beberapa kali. Tapi,Ibu datang dan mengancam memotong uang jajan ku. Walaupun aku tidak pernah menggunakan uang jajan ku tapi itu penting bagiku. Aku meletakkan kepalanya di meja dan menghela napas panjang. Pusing dengan rencana Tuhan yang begitu susah di mengerti. Di pertemukan dengan Matha dan Rafli saja sudah membuatku pusing.
Aku menutup mataku sejenak dan kubuka lagi. Aku terkejut ketika ada wajah Matha di depanku. Aku segera mengangkat kepalaku dan menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dahulu
Teen FictionSeseorang akan berjuang untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Itu membuatnya menjadi egois. Ia ingin memiliki namun butuh pengorbanan. Itulah yang dialami Matha. Ia ingin memiliki Bumi sepenuhnya. Ia harus mencoba menggoyahkan hati sedingin es de...