3.Hati,,, mengapa ia sehampa ini

36 2 0
                                    

Deo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deo

Laki-laki sarkas itu tergesa menapaki trotoar kampus, mengumpat kecil karena ulah mamanya yang mengirim seseorang untuk menjemputnya ke Jakarta.

"Mama mohon yo,,, mama mohon sekali ini saja kamu mau mengbadiri rapat perusahaan, setelah itu tersera, mama mohon sayang." Selalu kata itu yang menjadi jurus mama untuk memak sanya.

"sekali saja sayang, setelah itu terserah." Selalu itu yang wanita bedebah itu katakana, sepertinya satu kali bagi wanita jalang itu mempunyai makna berbeda.

"Duk,,!!" Sialan ia menabrak seseorang, Laki-laki itu segera menoleh, lebih tepatnya memelototi si korban yang sedikit tertuil bahu kokohnya.

"Punya mata nggak lo,,,!!??" Umpat deo, membuat perempuan berkacamata di depannya mengelu.

"Percuma punya mata empat kalo masih nggak di pakek." Triaknya semakin sarkas, membuat lalulalang di sekitarnya sejenak terhenti menatap ke arahnya. Laki-laki itu segera tersadar akan kehadirannya di tengah kerumunan orang yang tengah menatapnya aneh, juga gadis berkrudung itu,,, ia juga berada disini, menatapnya dari balik kerumunan yang ternyata berpusat padanya."Cuiiihh." Batin laki-laki jengah, sepertinya kali ini keadaan juga ikut menghianatinya. Laki-laki itu beranjak, tidak lagi memedulikan tatapan-tatapan itu, juga wanita berkacamata yang masih terduduk dilantai, dan tentu gadis berkrudung yang ekor matanya masih mengikuti langkahnya.

Langkah kokoh itu berhenti di depan parkiran kampus menghampiri cewek sebayanya yang terlihat membawa buku yang sama dengan krumunan yang beru saja ia lewati.

"Punya mu,,??!!" Tanya Deo kasar hampir tanpa intonasi.

Cewek itu mengangguk sumringah karena di hampiri cowok terplente dan terpopuler seantero kampus. Deo sedikit memiring kam bibirnya, tersenyum sinis, selalu tatapan itu yang ia trima dari para cewek, tatapan memuja yang malah membuatnya jijik dan muak.

"Boleh liat." Mintanya, lagi-lagi tanpa ekspresi dan kaku. Cewek itu kembali mengangguk, matanya berbinar-binar menelanjangi seluruh pahatan maha sempurna wajah maskulin Deo yang kali ini entah mengapa tidak segera menghindar, malah terdiam menamati buku yang kini telah beralih ke tangannya. Hati yang Basah, karangan trinil 97. Dahi laki-laki itu berkerut, nama pena yang sangat aneh, batinnya lucu, sama sekali bukan tipe gadis yang ia kenal, gadis tomboy yang masih saja sulit ia usir dari mimipi-mimpi tidurnya.


*******

       Hiruk pikuk laki-laki berjas rapi dan wanita-wanita bermekup menor memenuhi aula utama hotel lisabon yang menjadi pusat acara ulang tahun NEU group yang ke 97, ya perusahaan ini didirikan kakenya dan di turunkan ke mamanya, dan hari ini namanya akan diresmikan sebagai satu-satunya pewaris generasi ke tiga NEU group. Deo menatap sekelilingnya jengah, laki-laki yang selalu bersikap perfeksionis dan terpelajar, ibu-ibu menor yang tertawa di tahan-tahan sok berkelas, dan cewek-cewek berpakaiyan seksi yang berusaha melangkah dan bersikap seanggun mungkin. Deo menghembuskan nafas jengah.

"Gue bosen,,, Gue pergi sekarang." Kata Deo yang lengannya segera di tahan nyonya Elis.

"Sayang, sebentar lagi,,!! mama janji acara akan segera di mulai." Mohon nyonya Elis.

"Lo taukan Gue nggak suka acara kayak gini, masa bodoh,,, gue nggak ngerep jadi pewaris NEU."

"Sayang,,, mama mohon maafin mama, kali ini aja sayang, kali ini aja mama minta tolong, mama janji kamu nggak akan terlibat, mama yang akan hendel semua, mama yang akan mempersiapkan masa depan kamu. Maafin mama sayang, maafin mama, izinkan kali ini aja, mama ngelindungin kamu dan memastikan hidup kamu tidak di ganggu siapapun, mama mohon."

"Lo sadar,, elo yang ngancem keslamatan hidup gue, elo yang ngancurin hidup gue, lo sadar itu,,!!? bodonya gue yang masih nurutin kata-kata penyihir jahat kayak lo." Bisik Deo penuh penekanan.

"Maafin mama sayang, maafin mama." Mohong nyonya Elis berkaca-kaca, membuat hati Deo sedikit mendung, sedikit jengah, sedikit mangkel, dan semua rasa yang serba tanggung mengaduk-aduk hatinya. Laki-laki itu mulai terlihat pasrah dan menghempaskan tubuhnya kembali duduk di kursi megah hotel Lisabon.

"Gue nggak bakal tahan nunggu lebih lama lagi." Bisik Deo.

"Iya sayang,,, ia, mama akan atur."

Lalu lalang kendaraan mewah silih berganti menaikkan penumpang di lobi utama, nyonya Elis sibuk menelfon bodiguar keluarga untuk mencari Deo, anak laki-laki itu entah ada di mana, putra semata wayangnya sudah tidak kelihatan jauh sebelum acara selesai, meski ia patut merasa sedikit lega karena putranya melakukan semuanya dengan sangat baik, sangat jauh dari dugaannya selama ini, kehawatiran akan kerusuhan yang mungkin akan di buat putranya sama sekali tidak terbukti, bahkan Deo sangat mempesona ketika menyampaikan sambutan pengesahannya sebagai pewaris tunggal, namun sekarang kelegaan itu beralih menjadi kehawatiran, putranya baru saja di sahkan menjadi pewaris NEU group, wanita itu khawatir musuh bisnisnya akan melakukan sesuatu.


******

       "Akhirnya aku kembali tertipu ayah, aku kembali terjerat dalam perangkap wanita jahanam itu,,, maafkan putramu ini,,, maafkan aku,,, tidak seharusnya aku menuruti kata-katanya. Kau tau,, aku masih saja melemah setiap melihat sorot matanya, entah mengapa,, entah mengapa."

Laki-laki itu kembali meneguk vokad tahun 1990 di taangannya, dua botol penuh cairan berharga fantastis itu membuat kesadarannya benar-benar tenggelam. Penyesalan, kehampaan, gumpalan yang begitu kelam dan sesak di hatinya. Laki-laki itu tak mengerti persis apa yang sebenarnya ia rasakan, ia hanya berusaha lari dari dunia fana yang seolah mengucilkannya, menjadikannya tumbal atas ketamakan dan penghianatan. Deo tergugu, kegersangan hatinya menyeruak mengaduk-aduk relung dan menghempaskan rasanya tandas kedasar comberan paling hina di muka bumi ini. Ia bukan manusia,,, ia bukan manusia,,, ia hanya seonggak daging yang suatu hari akan membusuk di gerogoti belatung. Hingar-bingar suara bising music disko menghantarkan tidurnya, tidurnya yang sadar penuh geruguh dan sumpah serapah. Sinisme yang telah mengusai otaknya.

Mohon tekan bintang di bawah untuk sekedar mengapresiasi autor agar dapat terus berkarya.

My Gus and My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang