5.Senyum itu,,, Mata itu,,, Ia Dekat, Namun Aku Tidak Menyadarinya.

29 1 0
                                    

Udara siang sengit menerpa bumi, membuat bunga-bunga dan dedaunan melayu karena teriknya yang terlalu panas. Nilna membanting pintu mobilnya sebel, sepanas ini mengapa mobilnya tiba-tiba mogok. Gadis itu mencoba menaikkan pitu mesin mobilnya, JEDAAAKK,,,,, sepontan tangannya melepaskan pegangannya dari pintu mobil yang terasa sangat panas.

Deo memacu motor 700 ccnya meninggalkan area parkir cafe tempar biasa ia nongkrong. Tangan kokohnya kembali menekan gas, membuat motor itu melesat membelah Jln Diponegar. Seseorang mengawasinya, Deo tau itu pasti suruan mamanya, jalang itu benar-benar membuat hidupnya seperti buronan. Deo melihat sepionnya, agaknya orang sialan itu tidak mencoba mengejar, tentu saja,!! orang sialan itu pasti tidak waras jika mengikutinya, karena itu motor seport berguna untuknya, setidaknya, sesekali ia bisa lari, jika terlalu lelah, jika terlalu penat, jika terlalu sesak dan frustasi.

Deo mengurangi kecepatan motornya setelah mata kemerahannya menangkap siluet gadis berkrudung itu membanting pintu mobilnya kesal, sepertinya mobil jeep yang ia kendarai mogok, pasti sulit mengetahui penyakit yang membuat mobil tua itu mogok. Deo menyeringai, ia tidak yakin gadis itu bisa menaklukkan mobil itu, gadis malang,,, ah,,, mengapa ia harus peduli. Laki-laki itu kembali memutar gas motornya, namun sepontan kakinya menginjak pedal rem setelah melihat gadis itu kesakitan karena membuka pintu jok mobilnya."Gadis bodoh, jelas itu masih panas." Gumam Deo. Laki-laki itu memutar motornya dan berhenti tepat di depan mobil. Tidak butuh alasan baginya untuk menolong seseorang, jika ia ingin maka ia akan melakukannya, jika tidak maka jangan pernah berharap sesuatu akan sanggup membujuk hatinya. Laki-laki itu melangkah, menaikkan pintu mesin tanpa permisi, membuat gadis berkrudung itu tersentak kaget, dia,,, laki-laki kasar itu,,,

"Apa,, apa yang kamu lakukan,,??" Tanya gadis itu ragu.

"Membantu." Jawab Deo seperti biasa, cuek, sarkas, dan seperlunya.

"Ti,, tidak perlu,,, aku bisa mengatasinya." Jawab Nilna penuh dengan rasa khawatir.

"Heh. Keras kepala." kata Deo dengan senyum miring khas miliknya, membuat Nilna terperangah dan segera menatap lekat wajah laki-laki sarkas itu, meyakinkan sesuatu.

"Apa?" Tanya Deo membuyarkan lamunan Nilna yang masih menatap Deo.

"Ti,,,tidak, kau mengingatkanku pada seseorang." Jelas Nilna segera menarik tatapannya, gadis bodoh, rutuknya menyalahkan diri sendiri.

"Apa itu pacar lo,,??"

"Siapa,,,, Mana,,,??" Tanya Nilna sambil clingak clinguk, membuat senyum miring Deo kemnali terukir.

"Maksud gue,,,, apa wajah gue ngingetin lo sama pacar lo,,?"

"Oh, nggak,! cuma temen,,! Ehh tunggu bentar, kita kan nggak kenal, kamu,, sebaiknya kamu nggak usah bantu deh, aku bisa telfon bengkel kok untuk urus mobil." Deo hanya menatap Nilna sesaat lalu kembali membaurkan tangannya pada mesin-mesin di depannya tanpa sedikitpun perlu menanggapi ucapan gadis berkrudung di sampingnya.

"Hey,,,, aku telfon bengkel aja, oke,,,!! Kamu bisa pergi."

"Nyalain mobilnya,,!!!" Perintah Deo, lagi-lagi tidak menggubris Nilna. Gadis itu terpaku masih sedikit bingung.

"Siiitt,,, nyalain budek,,!!" Bagai di sambergledek Nilna segera beranjak memasuki mobil dan menyalakan mesinnya.

"Jekikikikikik,,, jekikikikik, bremmmm,,, breeeemmm,,,!!" Mobil itu menyala. Seulas senyum simpul seponran Nilna lemparkan pada penolongnya, namun setelah mendapati wajah laki-laki sarkas itu yang ada di depannya senyum Nilna segera lenyap di telan ombak was-was yang selalu lebih dominan setiap ia bertemu dengan laki-laki sarkas itu, meski nyatanya laki-laki itulah yang kini membantunya, namun hatinya tetap was-was, karena menset pertamanya tentang laki-laki sarkas itu sudah terlalu buruk.

Gadis itu keluar dari mobil, menghampiri si laki-laki sarkas dan mengulurkan tangganya. Setidaknya ia harus berbasa-basikan.

"Makasih. Nilna,,, Nilnamuna." Kata Nilna memperkenalkan diri.

Dek,,! Deo terpaku.
Senyum itu,,,, mata itu,,, dan,,,dan nama itu. Dunianya sunyi, kehampaan tiba-tiba menyeruakkan kerinduan. Deo memeluk Nilna, membuat gadis itu tercekat dan segera mendorong tubuh kekar itu kasar.

"Apa yang kamu lakukan hah,,,??!!" Triak Nilna marah.

"Kamu,,,, kamu gadisku,,," Kata Deo lebih seperti jeritan.

"Gila,,!!" Umpat Nilna segera memasuki mobil.

"Nilna,,,, Nilna tunggu,,,, tunggu,!!;" Minta Deo sembari menarik tangan Nilna.

"Lepas,,, lepas,,,"

Jraaaaattt,,,,

Sebuah bogem tepat menghantam rahang Deo keras, membiat laki-laki itu terhuyung memegang rahangnya yang memar.

"Gus,,, Abik,,," Gumam Nilna kaget. Belum reda kekagetan Nilna, sebuah pukulan keras menghantap pelipis Abik setelah sebuah triakan serapah terdengar dari bibir bengkak Deo. Nilna menjerit, gadis itu benar-benar tidak tau harus berbuat apa. Sebuah tendangan dilayangkan Abik kepinggang lawan, tak kalah muntap Deo membabi buta melayangkan tinju, perkelahian mereka benar-benar tidak terelakkan.

*****

Mobil berjalan setabil, merambatkan kesunyian yang menyeruak dari rasa-rasa memar dan lebam di hati. Laki-laki kokoh itu melitik gadis di sampingnya, sekali lagi jakunnya terlihat bergerak menelan ludah, seharusnya ia menolong gadis itu lebih cepat, seharusnya ia tidakhanya menatap dari kejauhan, seharusnya ia yang datang membenahi mobilnya, tapi ia hanya terdiam,,,, tapi ia hanya mengamati,,, tapi ia,,,, ia lah yang membuat peluang laki-laki brengsek itu datang menghampiri Nilna dan memeluknya. Laki-laki brengsek itu,,,, memeluk gadis kesayangan umiknya,,, laki-laki brengsek itu. Abik kembali meremas setir mobil jeep di depannya, merutuki kebodohannya yang fatal. Ia baru saja keluar dari mini market ketika mobil Nilna mogok, namun karena rasa pias yang masih berglayut di hatinya sejak kejadian di kamar mandi siang tadi membuat ia ragu untuk mendekati Nilna, dan itu adalah kebodohannya,, dan itu benar-benar akan menjadi penyesalannya. Abik kembali melirik wajah sendu di sampingnya, Nilna masih terdiam, gadis itu tidak bersuara bahkan sejak ia membukakan pintu mobil ini dan mempersilahkannya masuk, gadis itu takbergeming, gadis itu hanya menatap kosong kearah depan, sesekali berkedip, sesekali mengambil nafas halus.

"Saya meminta maaf." Gumam Abik lirih, namun cukup terdengar di telinga Nilna.

"Benar-benar meminta maaf." Lanjut Abik kembali terdengar seperti sebuah sayatan pedih. Gadis itu menoleh, sekilas menatap Abik, lalu kembali tak bergeming.

"Jangan percaya dengan siapapun lagi, kamu bisa menghubungiku kapanpun kamu membutuhkan sesuatu. Jangan mempercayai siapapun lagi." Gumam Abik kembali, seolah kalah, seolah menyerah.

Mohon tekan bintang di bawah untuk sekedar mengapresiasi autor agar dapat terus berkarya.

My Gus and My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang