9. Gadis Ku

31 0 0
                                    

Laki-laki berwibawa itu masih memperhatikannya dari kejauhan. Hanya untuk melegakan hatinya,,, entahlah,,, hanya sebesit rasa bersalah, hanya sedikit, namun ia ingin menuntaskannya, memastika gadis berkrudung itu baik-baik saja.

   Benarkah hanya sedikit sesal itu yang membuatnya meluangkan waktu hanya untuk menatap gadis itu dari kejauhan dan mengatakan kepada hatinya. "Tidak papa,,  gadis itu baik-baik saja." Entahlah, semenjak mengetahui laki-laki brengsek itu juga menempuh kuliah di sini, kehawatirannya yang sedikit itu berkembang menjadi kegelisahan, takut kalau-kalau laki-laki breksek itu kembali menyentuh kesucian mawar putih itu. Mawar itu mawar indah yang menawan, meski baru akhir-akhir ini mereka akrap namun sebenarnya sudah cukup lama Abik memper hatikan gadis itu, tepatnya setelah kejadian sore itu, ketika Nilna masih tabarukan di pondok yang di asuh orang tuanya. Saat itu ia baru pulang dari rumahsakit dan memarkir mobilnya di depan ndalem, ia baru saja menangani pasyen gagal jantung, dan pasyen itu meninggal di depan matanya, kejadian itu masih mengganggunya. Dan saat ia masih sibuk dengan fikirannya sendiri dosen muda itu terkaget dengan sebuag wajah yang dengan tenangnya mengaca di cendela mobil. Abik hampir tersentak kaget namun sejurus kemudian gadis itu malah sukses membuatnya senyam senyum sendiri di dalam mobil karena ekspresi lucu gadis itu saat membenahi mukenanya. Tiup atas, mencoba membuat ujung atas mukenanya berdiri, merapikan bagian mukena sebelah kanan, balik lagi ke sebelah kiri, tiup lagi bagian atas. Abik hampir saja tidak bisa menahan tawanya kalau-kalau satu suwara tidak meng hebtikan aksi ceroboh gadis itu.

"Mbak Nilna,, ayookkk,,  mau pulang aja ngaca. Kalo udah liat kaca bawaannya ngaca mulu,,," Grutu temannya yang udah males nungguin.

GRAAAKKK,,!!! "Aaaaaaa,,!!" Sura triakan sepontang mengembalikan kesadaran Abik yang segera menoleh ke sumber suara. Dan laki-laki itu tersentak ketika mendapati seorang wanita berpakaian mini menjambak krudung mawar putihnya hingga terjungkal ke belakang.

"Hai jalang bertopeng,,!!! Puas lo ngrayu pacar orang. Hah,,!!!??? Dasar jalang sok suci, lepasin tuh jilbab." Triak wanita seksi itu sembari menarik hijab Nilna kalap. Gadis berkrudung itu meronta-ronta mempertahankan kain mahkotanya. Sejurus kemudian entah datang dari mana sosok lelaki berbadan tegap menarik tangan Sita kasar, melepaskan terkaman si cewek sexi dari krudung Nilna.

"JAGA ETIKA!!!!" Sergah pemilik suara bariton itu tegas sembari menghentakkan tangan Sita kasar.

"Siiiitttt,,!!! Peduli apa lo norak,,!! Dasar cowok kampung,,!!" Triak sita tak kalah sengit, menatap Abik tak triama. Sita kembali menghampiri Nilna yang masih tersungkur, namun dengan sigap Abik kembali menarik lengan Sita dan menghempaskannya sembarang.

"BAWA DIA KE RUANGAN REKTOR,,!!!" Minta Abik pada mahasiswa laki-laki yang ada di sekitar sana. Mereka yang mengenali Abik sebagai dosen segera menggiring Sita keruang Rektor.

       Sita duduk lunglai di sofa ruang rektor, sekilas melirik laki-laki yang tadi ia sengap duduk berbincang-bincang dengan pak rektor.

"Maaf Pak, namun kejadian ini masih dalam lingkungan kampus,  saya kira kita perlu mengambil langkah tegas untuk mencegah mahasiswa lain melakukan tindakan serupa." Ucap Abik yang menggema di ruang rektor. Pak rektor mangangguk, dahinya menunjukkan lipatan-lipatan keseriusan dalam menanggapi masalah ini, ekspresi yang membuat Sita untuk kesekian kalinya menelan ludah cemas. "Iss,,  bodohnya gue nyengap dosen, ah,,,, Dosen jurusan apa sih tu,,,, masak muda banget,,, kayak seumuran sama gue. Gue lagi,,,, biasanya guekan selalu aptodate kalo tentang yang ganteng-ganteng kayak gini, puuffff,,, bodonya gue,,, siap-siap mampus deh gue." Grutu Sita menyalahkan kebodohanya sendiri.

Pukul 01.30

"Gila lo Sit, lo setor nyawa tau nggak Sit,,,,!!! Udah nglabrak orang di area kampus, pakek ngebentak-bentak dosen lagi. Gilak lo Sit,,!!! Gilak,,,!! Swer,,, gue nggak bisa ngebayangin." Komen Lulu yang segera ke cafe setelah mendapat kabar dari team ciliders yang juga the gengnya Sita.

"Diam lo Lu,,,,!!! Tambah bikin pusing aja." Sergah Sira sebal.

"Bukannya gitu, gue tu daibak aja gituloh,,,, syok denger masalah ini, beberapa minggu kedepankan kita ada lomba Sit,,!!"

"Ya udah nggak usah manas-manasin,,!! Gue tau kok."

"Tapi lo taukan, lomba ini penting banget buat kita." Sanggah Sita yang semakin memancing tempramen Sita.

"Sampah lo,,!! Emang lo pikir ini nggak penting buat gue, emang gue sengaja ngebentak-bentak dosen itu hah,,!! Enggak kan,,???"

Lulu yang mau angkat suara lagi segera di cegah Amel. Ini masalah besar untuk mereka, wajar semuanya merasa di rugikan.

"Udah,,, udah,,, yang terpenting sekarang adalah jalan keluarnya, mau gimanapun kita harus ikutan tu lomba, kita udah melangkah sejauh inikan, kita nggak mungkin nyerah gitu aja. Jadi gimana cara kita,,,"

GRAAAKKK,,,

Fokus ke sembilan cewek itu beralih, melihat Deo yang berjalan tergesa menyandung salah satu kursi cafe hingga ambruk, namun seperti tidak merasakan rasa sakit apapun langkah tegap Deo tidak berhenti. Dari arah belakang Beni terbirit-birit mengikuti Deo memasuki cafe.

"Jalang,,!!" Hardik Deo sembari menarik lengan Sita dan hampir saja memukul cewek itu kalau saja Beni tidak segera menahan Deo.

"Yo,,, sadar Yo. Sadar,,,!!" Cegah Beni. Yang di tolak Deo keras.

"BERANINYA JALANG KAYA LO NYENTUH NILNA,,?!!" Triak Deo sengit.

"Oh. Jadi bener kamu selingkuh sama dia,,!!" Sanggah Sitta dengan senyum licik.

"Pantes akhir-akhir ini kamu susah banget di hubungi." Lanjut Sitta.

"Fuck,,,!!!"
BRAAAKKK,,,!! Umpat Deo sembari menendang sisi meja di sampingnya.

"Lo pikir dia jalang kayak lo hah,,!!" Hardik Deo kembali memiting kerah Sitta.

"Ud,,udah Yo,,, udah,, di liat banyak orang nggak enak nih,,!" Cegah Beni yang kembali berusaha menahan tinju Deo.

"Fuck,,,!! SEKALI LAGI LO BERANI NYENTUH DIA, GUE PASTIIN HIDUP LO AKAN BERAKHIR,,!!"

BRAAKKK,,!!!

Deo kembali menggebrak meja Sitta CS sebelum menghempaskan tubuh ramping itu hingga tersungkur menabrak meja kursi dan meninggalkannya begitu saja.

My Gus and My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang