11. kelabu

18 0 0
                                    

kelabu,,, hati yang berdebum,
Biru.
Merekahlah bunga yang tersiram hujan,
Diam-diam melayu,
Perlahan mengering,
Tua,
Terhenpas angin,
Terplintir oleh pahitnya takdir.
Indah,
Kesayuan suratan tuhan yang anggun.

Mata tegas cowok itu mengamati kelembutan indah yang terlelap tentram di depannya. Gadis itu masih berbaring di ruang UKS dan dosen muda yang duduk menunggunya di sana cukup membuat Deo mengerti untuk tidak mendekat. Sejenak tubuh tegap Deo berbalik, memejamkan mata, lalu menghembuskan nafas berat, hanya ini,,, ia tidak bisa mendekat lagi, sudah cukup, gadis itu tidak perlu terluka lagi karena duri-duri hitamnya.

******

"Lo,,,!!" Suara itu suses menghentkan langkah Abik yang baru saja memasuki parkiran fakultas kedokteran. Mata laki-laki itu memicing menemukan sosok yang memang sangat ingin ia temui.

"Kamu." Kata Abik setelah menghembuskan nafas berat karena menemukan wajah laki-laki yang akhir-akhir ini terus membuatnya was-was.

"Apa kamu juga yang melakukan semua ini,,,?? Apa sebenarnya masalah Nilna dengan mu, Hah,,??" Lanjut Abik terlanjur geram.

"Lo salah faham. Gue,, gue hanya seneng bisa ketemu lagi dengan temen masa kecil gue. Ta,,tapi gue tau. Gue tau,,, gue nggak pantes. Gue dan Nilna udah terlalu berbeda,, Gue tau,, Gue cukup tau diri. Jadi,,, tolong. Gue tau lo cowok baik-baik. Tolong gue,, Tolong gue buat jaga dia. Gue tau tanpa gue minta pun lo pasti ngejaga dia, tapi,, Dia berharga banget buatgue. Jadi, jika suatu hari gue tau lo nyakitin dia, gue pasti kembali untuk ngambil dia dari lo,, Lo yang mungkin aja udah lelah ngejaga dia. Tapi gue, gue nggak akan lelah, gue akan terus ada untuk dia, karena dia satu-satunya di hidup gue." Cowok itu beranjak, menaiki motornya, dan pergi tanpa perlu menjelaskan apapun lagi.

******
Bandara international Solo

"Dari sini kita akan langsung terbang ke Singapur. Ini data-data yang harus anda pelajari. Rapat direksi akan di lakukan pada tangga tuju, setelah anda mempelajari semua data perusahaaan." Deo memutar bola matanya jengah, suara orang yang selalu menguntit di belakangnya ini sudah seperti radio bobrok yang tak enak di dengar, sekali lagi ia mendengar suara itu berceloteh, rasanya ia sangat mampu untuk menendang sekertaris yang di tunjuk mamanya ini hingga ke selat malaka.

"Dan juga,,,"

"Bisakah kau diam hah,,?!!! Kamu sudah mengulangnya beberapa kali, kamu tau itu,,?" Triak Deo hampir mengalihkan semua perhatian se isi bandara.

"Tapi saya harus memastikan anda mempelajari semua data perusahaan." Kata sekertaris itu teguh dalam pendirian.

"Sitt,, aku tau,,!! aku tau,,!! aku pasti mempelajarinya. Sekarang kau diam. Karena kalau kau tidak diam aku tidak akan bisa mempelagari kertas-kertas berjubun ini." Sergah Deo kembali muntap.

"Baik. Jika anda membutuhkan sesuatu,,,,"

"Suuuttt. Pergi,,!! Menjauh dari ku sepuluh langkah,,,!! Dasar kakek tua menyebalkan." Deo kembali memutus perkataan pak Ali yang segera menjauh dari singa tamfan yang sedang mengamuk di sebelahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Gus and My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang