Kecewa? #04

6 2 0
                                    

Kebiasaanku yang sangat sulit untuk aku hentikan adalah, menghayal.

Membuat skenario yang diinginkan dalam kepalaku itu terlalu menyenangkan. Kegiatan ringan yang mampu membuatku berpikir. 

Kalau kebiasaanku adalah menghayal, hobiku adalah berpikir. Kombinasi yang cukup bagus bukan?

Iya hahah, itu tidak penting.

Sebenarnya aku hanya ingin berbagi di sini. Seperti kataku tadi, aku suka membuat skenario. Lalu hari ini, ada sekelebat skenario yang terlintas pada benakku. Skenario yang membekas, dan terus terulang.

Dalam skenario itu, seseorang bertanya padaku. 

"Mau berbagi kisah yang membuatmu kecewa?" Begitu suara beratnya sampai pada telingaku. Padahal aku hanya sedang berhayal, tapi suaranya pun secara ajaib mampu kudengar.

Aku yang terkejut lantas tersenyum. Hal yang ingin bisa aku lakukan di kehidupan nyata. Saat itu, waktu skenario ini pertama muncul, aku berpikir keras. Kecewa ya?

Sampai akhirnya aku menjawab. "Kecewa yang gimana ya kak? Kecewa kan bisa berubah kapan saja. Kalau sekarang saya kecewa sama hal itu, mungkin besok saya sudah nggak kecewa lagi. Cuma kecewa numpang lewat saja." 

Sedikit berputar. Aku sendiri jadi merasa cukup sulit mencerna kalimat balasan barusan. Tapi hasil berpikirku tadi ya seperti itu. Rumit.

Orang yang bertanya tadi jadi mengernyit. Tampak ikut berpikir. Begitu pula orang-orang di sekitarku. Menyadari suasana mengeruh, aku kembali berbicara.

"Kalau menurut kakak, kecewa itu emang kayak apa? Waktu usaha kakak nggak dihargai? Atau saat apa yang kakak inginkan nggak tercapai?"

Sosok itu mendongak, lalu melempar senyum miring padaku. "Kalau kecewa menurut kamu?" Tanyanya melempar kembali kalimat yang aku lontarkan sebelumnya. Aku kembali berpikir. Cukup lama. Tapi di saat yang sama juga terasa cukup cepat.

"Kecewa menurut saya? Mungkin kecewa karena saya berharap terlalu banyak?" Jawabku setengah bertanya. Berikutnya, khayalanku menjadi buyar. Hanya sampai di situ. Skenario super pendek yang berakhir menghantuiku, terus terputar dalam benak layaknya sebuah kaset DVD rusak.

Masih terputar. Bahkan sampai sekarang aku masih berpikir. Apa itu kecewa? Kenapa bisa ada kekecewaan? Kecewa itu seperti apa?

Terdengar seperti pertanyaan dalam pikiran orang-orang di jurusan filsafat bukan?

Beberapa kali aku juga bertanya pada orang di sekitarku. Kecewa menurut kamu itu apa?

Jawaban beragam terus kudapatkan. Tapi aku masih belum merasa puas.

Bagaimana kalau kali ini aku mendengar jawaban kalian atas pertanyaan serupa?

"Kecewa menurut kalian itu apa?"

.
.
.

2019, anonymous.

Sepenggal KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang