Kisah pertama #01

17 5 1
                                    

Sesekali, aku ingin menuliskan sisi lain dari manisnya kata. Sesekali, aku ingin menunjukan bagaimana pedih hati di dunia nyata. Sesekali, aku merutuki hati yang mengeluh lelah berulang kali membentuk beragam alasan.

Boleh aku sedikit bercerita? Tentang hari melelahkan dengan kepala memberatkan. Tentang kalimat-kalimat sialan yang membelai dan menyentuh telingaku. Nada-nada bicara yang menuntut untuk didengar tanpa mau mendengar.

Ia bertanya padaku. 'Apa saja yang kamu lakukan? Tidak bisakah kamu membantu saya? Tidak bisa ya?' Dan seperti biasa, aku hanya akan berdiam, berkedip pelan menutup nyeri didalam dada.

Sebenarnya bisa saja aku menjawab dengan jujur apa saja yang kulakukan untuknya hari ini, tapi semua itu akan menjadi jal sia-sia. Ia hanya ingin didengar, bukan mendengar. Aku ingin menjadi anak baik yang menuruti keinginannya, mendengar tanpa membantah, bersabar tanpa protes.

Bukan hal mudah bagiku untuk tumbuh dengan kondisi lingkungan yang membebankanku selama ini. Tapi ia tidak perlu tahu. Bukan hal mudah juga bertahan dari sakitnya fisik, mental dan jiwa seorang diri. Namun lagi, dia tidak perlu tahu hal itu.

Aku akan memendam rasa sakit, bila itu yang diinginkannya. Aku akan diam tanpa suara menahan jeritan yang ingin keluar akibat luka yang tergores berulang kali, bila itu yang ia mau.

Robot. Aku hanya robot pengabul permintaan yang dapat bergerak sesuai kehendakku dan sedikit campur tangannya. Pada titik ini, perasaan sudah tak penting lagi dan kurasa itu hal yang wajar-wajar saja.

2018, anonymous.

Sepenggal KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang