Dengan Rerescha disini,
Jangan lupa vote and comment!
Masukin library atau reading list juga bole ❤Selamat membaca🌻✨
◼◻◼
"TADI yang jadi petugas upacara kelas berapa sih? Lama bener." tanya Yara sambil melepas topi yang dari tadi ia pakai.
"Iya! Lama banget. Udah tau Bu Ratna kalau ngasih amanat upacara bisa berabad-abad, " jawab Rania menggebu-gebu, "trus itu petugas nya pas baca pembukaan Undang-Undang Dasar lama banget buset." lanjut Rania.
"Bisa mati berdiri gue, habis ini olahraga lagi." ujar Yara.
"Oiya! Olahraga cuy, cepetan Ra, kita belum ganti baju." ujar Rania sambil berlari dan menarik tangan Yara.
"Eh Ran, awas!"
Bruk!
"Aw, duh Ndy! Lo gimana sih, pagi pagi udah bikin kesel aja, jalan tuh pake mata." ucap Rania sambil merotasikan matanya jengah.
"Jalan pake kaki lah, pinter!" jawab Randy sambil berjongkok dan merapikan kertas-kertas yang berserakan. Rania dan Yara pun membantu Randy merapikan kertas-kertas yang tadi dibawa Randy.
"Surat pengun-" belum selesai Yara membaca kertas itu, Randy sudah dulu merebut kertas itu dari tangan Yara.
"Jangan lancang," ucap Randy dengan menatap Yara tajam, "gue duluan." lanjut Randy yang langsung buru-buru meninggalkan mereka berdua.
"Tadi surat apaan, Ra? Kok kayaknya Randy gak mau banget kita tau." tanya Rania.
"Gak tau, judul aja belom selesai gue baca, udah direbut duluan sama dia."
jawab Yara.◼◻◼
"Baliknya mau bareng gak?" tanya Yara. Rumah mereka memang searah, meski tidak sekomplek.
"Lo duluan aja, gue masih ada keperluan di ruang OSIS." jawab Rania.
"Oke, duluan ya Ran, jangan kangen." ucap Yara sambil melambaikan tangan ke Rania. Rania yang mendengarnya hanya terkekeh geli. Heran atas tingkah Yara yang semakin hari semakin sinting.
Rania pun bergegas menuju ke ruang OSIS. Melihat pintu ruangan yang tidak tertutup rapat, ia pun langsung masuk dan mendapati si sekertaris tengah sibuk dengan laptop di hadapannya.
Rania pun mendekatinya dan melihat apa yang sedang cowok itu kerjakan, "Laporan pengeluaran? Bukannya ini tugasnya Adit?" tanya Rania pada cowok itu.
"Bantu." jawab cowok itu singkat. Rania pun hanya ber-oh ria mendengar jawaban cowok itu. Bukan hal aneh jika cowok itu berbicara singkat jelas padat. Karena memang cowok itu hanya berbicara seperlunya.
"Oh iya Rey, tentang ide nya Safira yang waktu itu, kalau Lo gak mau, gak papa kok." ucap Rania berusaha memberanikan diri berbicara lebih lanjut dengan cowok dihadapannya itu. Pasalnya, entah mengapa Rania sangat segan dengannya.
Cowok itu menoleh sekilas ke Rania dan kembali fokus pada laptop-Nya, "Gue mau." ucap cowok itu.
"Eh?! Seriusan Lo?" ucap Rania setengah berteriak karena terkejut. Dia tidak menyangka Reyhan akan mengiyakan ide gila Safira.
Cowok itu hanya mengangguk tanpa mengalihkan matanya dari layar laptop.
"Lo mau ukur kostum kapan? Ntar gue bilang ke Randy biar bisa nemenin Lo." Tanya Rania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adenium.
Teen FictionTertawa di atas ribuan serpihan beling. Tersenyum sepanjang waktu tak peduli luka yang kian menganga. Mengulurkan bantuan sedang dirinya kesusahan bukan main. Bersikap semua baik baik saja saat segalanya meminta dia untuk berhenti. Siapa yang sangg...