Bab 2 - who?

5.6K 296 16
                                    


"Karena kamu Luna-ku, Mate-ku"
Kalimat itu terus terngiang-ngiang di pikiranku, bikin sakit kepala. Di perjalanan pulang, aku lebih memilih diam dan menatap keluar jendela sampai-sampai ayah heran.

"Ara kenapa? Kok diem?" Tanya ayah dengan lembut.

"Capek yah, nyiapin acara prom night" Ucapku berbohong.

Mobil melaju sampai ke garasi rumah. Aku berjalan dengan langkah gontai menuju lantai dua. Kamarku berada tepat disamping tangga dengan pintu yang berhiaskan gambar-gambar planet dan tata Surya.

Aku melangkah masuk ke dalam kamar. Ruangan dengan nuansa galaxy menyambut kedatanganku. Dinding yang ber-cat ungu, hitam, dan perpaduan dengan Glitter serta langit-langit kamar yang berwarna gelap bertabur kerlip Rasi bintang menambah nuansa seakan sedang berada di luar angkasa.

Sesuka itu aku sama luar angkasa, sampai-sampai dulu aku merengek pada ayah untuk dibuatkan jendela besar di bagian kanan kamar yang menghadap langsung ke arah gedung-gedung tinggi, disini bintang nggak begitu kelihatan. Dengan jendela besar yang ditutup dengan hordeng warna ungu-hitam yang bisa gue buka kapan saja jika gue ingin melihat kerlip lampu kota.

Aku bergegas membersihkan diri di kamar mandi. Berendam di air hangat mungkin bisa sedikit menenangkan pikiran.

Setengah jam berlalu, aku udah selesai mandi. Gue mau ngasih makan kucing kesayangan gue, namanya Jeo. Waktu lagi asik ngobrol sama Jeo tiba-tiba pintu kamarku diketuk.

"Non Ara, disuruh tuan Hendra turun" Suara seorang perempuan memanggilku dari luar.

"Iya, bi. Sebentar" sahutku.
Ku elus kepala kucingku, dan segera bergegas turun ke bawah karena ayah sudah menunggu. Jika kalian bertanya kemana Ibuku, jawabannya adalah beliau sudah nggak ada. Beliau kecelakaan ketika aku masih berusia tujuh tahun. Dan satu-satunya benda yang bisa  dikenang dari beliau adalah kalung berliontin Bulan.

Aku menuruni anak tangga dengan santai, sebelum kemudian tercengang dengan siapa ayah berbicara di ruang tamu.

"Eh Ara udah kesini, duduk nak"
Aku masih cengo, dan duduk di sebelah ayah.

"Ara ini Arnou, Arnou ini Ara" ucap ayah memperkenalkanku kepada Arnou.
Aku memincingkan mata, curiga kalau bakal dijodohin kayak di wattpad-wattpad yang biasa gue baca. Oh, No. Aku belum siap. Dan aku bahkan nggak kenal sama makhluk bernama Arnou yang kuemui tadi sore.

"Halo, Ara" Arnou menyapaku dengan ramah. Jujur gue akui dia ganteng banget. Satu sekolahan nggak ada yang gantengnya kayak dia.
Aku diam. Nggak menjawab. Arnou datang sendirian, bener-bener sendirian.

"Ayah kenal sama dia?" Aku mengabaikan sapaan Arnou dan beralih pada ayah.
Ayah hanya menjawab dengan senyum.

Menit demi menit berlalu, dan kita masih membisu tanpa minat membuka percakapan. Ingin cepat-cepat pergi dari sini dan merebahkan tubuhku di kasur sembari menatap bintang di langit-langit kamar.

"Kok pada diem-dieman? Yaudah, ayah pergi dulu kalau gitu biar kalian nggak perlu malu sama ayah."
Ayah berlalu pergi, menyisakan atmosfer canggung antara aku dan Arnou.

**

"Soal yang tadi.." Arnou bersuara, memecah lamunan di kepalaku.

"Kamu udah tau apa itu Mate?"

"Nggak, jelasin." ucapku to the point.
Arnou tampak menghela nafas, bersiap untuk menjelaskan.

"Tapi janji dulu kalau kamu nggak akan kaget apalagi teriak"
Aku berfikir sejenak, kemudian meng-iya kan tawaran Arnou.

"Aku ini werewolf." Tuturnya dengan nada setenang lautan.
Aku tersentak kaget, mencerna ucapan Arnou.

"Bentar, bukannya werewolf itu cuma dongeng?"

"Buktinya aku duduk didepan kamu."
Iya juga ya. Walaupun aku bukan kutu buku yang menghabiskan waktu di perpustakaan, tapi aku juga tau makhluk mitologi bernama werewolf ini.

"Mate itu adalah pasangan. Setiap werewolf memiliki mate-nya sendiri-sendiri, baik berupa werewolf utuh, ataupun setengah manusia seperti lo. Biasanya setiap werewolf memiliki mate dengan kemampuan yang sama atau bisa disebut sebagai pelengkap. Contohnya gini, aku punya kemampuan lunarkinesis. Kemampuan untuk mengendalikan bulan. Itu berarti mate-ku juga punya kemampuan lunarkinesis. Dan kamu, kamu punya kemampuan yang sama kayak aku, Luna."

"Aku tau kamu punya kecerdasan menguasai bahasa. jadi, pasti kamu paham apa maksud ucapanku." Sambung Arnou.

"Darimana lo tau kalau aku ini mate-mu?" Aku bertanya heran, semua ini sulit untuk dipahami dalam waktu yang singkat. Aku lebih memilih disuruh nerjemahin sepuluh lembar essay berbahasa Jerman daripada disuruh memahami apa yang Arnou ucapkan tadi.

"Setiap dari werewolf memiliki satu wolf didalam tubuh mereka. Wolf itu bisa mendeteksi dimana pasangannya berada. Kamu juga memiliki satu wolf dalam dirimu. Sayangnya, kamu hidup di dunia manusia, jadi kamu nggak pernah menyadari kalau kamu termasuk bagian dari werewolf."
Arnou menatapku dalam, seperti mencoba meyakinkan diriku bahwa aku ini juga werewolf.

"Tapi, Arnou. Kenapa aku nggak ngerasa ada perubahan setiap bulan purnama? Bukankah setiap werewolf akan terpengaruh terhadap sinar bulan purnama?"

"Karena wolf didalam dirimu masih lemah, Ara. Kalau kamu sudah menemukan mate-mu dan sudah ditandai oleh pasanganmu, maka wolf milikmu akan bangkit dari tidur panjangnya."

Aku diam, ini semua terlalu tiba-tiba. Terlalu mendadak untuk aku ketahui, ucapan Arnou memang meragukan. Karena di zaman milenial ini siapa yang masih percaya adanya werewolf? Tetapi anehnya aku percaya.

"Oh iya, dan satu lagi. Aku bakal jadi pasangan prom nightmu lusa nanti. Dandan yang cantik, bakal aku jemput." Ucap Arnou sembari mengedipkan sebelah matanya.
Huh dasar serigala genit.

**

HAIII MAAF YA KALAU AGAK MEMBINGUNGKAN. SEMUANYA BUTUH PROSES OK.🤗

Ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ara

LunarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang