Bab 10 - Rengkuh

1.5K 93 2
                                    


"Kakak bagaimana kalau--"

"DIAM!!"

Seisi mansion terdiam, menunggu sang ratu bersuara. Para pelayan hanya tertunduk di ruangan yang lebih mirip aula sebesar stadion.

"Aku yang membawa jiwanya kemari. Memenjarakannya dalam ruangan kedukaan."

"Tapi kak, kenapa?" Lagi, suara laki-laki yang menyanggah keputusan sang kakak kembali bersuara.

"Kenapa? Kau masih bertanya mengapa?" Perempuan dengan rambut panjang berwarna biru Ocean itu menatap nyalang pada adiknya. Sedang sang adik hanya mampu tertunduk tanpa berani menengadah
"Dia, manusia sialan yang dengan kurang ajar sudah berani mengambil Arnou dariku, pantas mendapatkan hukuman ini." Perempuan itu tertawa, tapi tidak ada satupun yang ikut tertawa.

"Ara yang malang. Dan sebentar lagi, Arnou akan datang kemari menemuiku. Siapkan penyambutan untuk calon Alpha kita!" Perempuan itu memerintah kepada para pelayan, para pelayan kemudian bergegas melakukan tugasnya.

"Kakak, dia tidak tau apa-apa."

"Kau membelanya, adikku sayang? Kau tidak memihak kakakmu yang malang ini?" Ucap perempuan itu sembari berjalan mendekati adiknya dan mengelus pipinya, sesaat kemudian tamparan keras menghantam pipi laki-laki itu.

"Sebentar lagi dia akan tau, kepada siapa dia berhadapan."

***

"Lea."

Lorong rumah sakit yang hening semakin menambah suasana mencekam, Arrine tengah berdiskusi bersama Arnou.

"Bagaimana bisa kau berpendapat bahwa Lea pelakunya?" Arnou bertanya sembari memandangi adiknya.

"Tentu saja dia kak. Apalagi semenjak kakak membawanya ke mansion kita, aku rasa, mata-mata dari Lea pasti memberi tau tentang calon Luna kakak."

"Beritahu Lion, perketat keamanan di mansion, jangan sampai ada mata-mata yang berhasil menelusup masuk."

"Baik, kak. Lalu bagaimana dengan kak Ara?"

"Biar aku yang menemui Lea."

"Aku ikut." Arrine berujar khawatir terhadap keselamatan kakaknya. Yang Arrine tau, Mansion Lea bukanlah tempat yang aman untuk dikunjungi, apalagi dalam keadaan rumit seperti ini."

"Tak usah risau pada kakakmu ini. Aku akan baik-baik saja."

"Kak Arnou, Lea bukanlah wanita biasa. Dia mencintaimu, dan bisa melakukan apa saja agar bisa mendapatkanmu. Aku rasa, memang perempuan gila itu yang menculik jiwa kak Ara."

Arrine benar. Lea, wanita setengah penyihir itu bukanlah wanita biasa. Kawasan mansionnya dikelilingi mantra-mantra sihir yang sangat kuat. Jika ada yang berhasil memasuki kawasan itu, bisa dipastikan ia tak akan keluar dalam keadaan hidup kecuali atas seijin Lea. Sebagian besar prajuritnya adalah Vampire. Musuh para werewolf.

"Kakak akan baik-baik saja. Kau lupa? Kakak ini calon Alpha. Kakak akan pulang dengan membawa jiwa Ara." Ucap Arnou dengan menepuk-nepuk puncak kepala Arrine.

"Jaga Ara disini, aku akan segera kembali." Lalu Arnou melenggang pergi bersama derap langkah yang kian menghilang.

***

Sudah tiga hari sejak Ara dibawa kemari. Dan gue yang selalu setia menunggui. Gue mengusap tangan mungil yang terbalut infus. Dingin.

"Cepat sadar, Ara."

Gue selalu mengajak Ara mengobrol. Menceritakan apa yang gue temukan di rumah sakit ini, mulai dari anak kecil yang menangis sepanjang koridor hingga teh yang dijual di kantin rumah sakit ini yang rasanya hambar. Gue bermonolog berharap Ara menyahut tapi nihil. Dia bahkan nggak bergerak sedikitpun. Dan monolog gue selalu berakhir dengan tangisan yang selalu gue tahan. Gue nggak mau Ara lihat gue sedih.

Mama kemarin menjenguk Ara, setelah menanyakan gue ada dimana. Nggak biasanya mama jadi sepeduli itu sama gue. Mama ngebawain gue roti tawar dan selai yang bisa gue makan ketika gue kelaparan.

Memang terkadang yang terlihat nggak peduli, yang terlihat sibuk dengan dunianya sendiri, justru yang paling dalam untuk mencintai.

Gue membenarkan posisi selimut Ara. Mengecup keningnya berharap dia bakal ngerasain seberapa besar gue merindukan senyuman dan tawa ceria dia.

Gue keluar ruangan dan menemukan Arrine sedang duduk di ruang tunggu.

"Kak Abil" Arrine menyadari keberadaan gue.

"Ada apa?"

"Aku tau kak, siapa yang sudah mencelakai kak Ara."

Gue duduk disamping Arrine dan mulai serius menyimaknya, walaupun muka gue yang sembab sehabis menangis bikin suasana makin mencekam.

"Siapa?" Gue bertanya dengan nada mengintimidasi.

"Lea."

"Siapa Lea?" Gue menautkan alis.

Lalu Arrine menceritakan semuanya, kerajaan, siapa Lea, sihir, dan Arnou. Gue manggut-manggut dan mencoba memahami hal yang diluar nalar gue.

"Arrine."

"Iya kak?"

"Setelah Ara kembali, tolong, jangan libatkan dia lebih jauh lagi. Gue pengen dia hidup normal kayak dulu."

Arrine hanya diam, tidak menjawab, tidak berkutik.






Hai. Maaf baru balik hehe, author baru kelar PTS nih.

 Maaf baru balik hehe, author baru kelar PTS nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arrine

LeaIya aku bilangnya rambutnya biru ocean tapi cast nya nggak biru ocean:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lea
Iya aku bilangnya rambutnya biru ocean tapi cast nya nggak biru ocean:(

LeaIya aku bilangnya rambutnya biru ocean tapi cast nya nggak biru ocean:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arnou ganteng❤️

LunarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang