Bab 9 - Koma

1.9K 107 3
                                    

Hal yang paling Abil takuti adalah kehilangan Ara. Seperti dua tahun lalu ketika mereka sama-sama memasuki sekolah baru, Ara mengikuti olimpiade sains, cuaca sedang terik ketika Ara keluar dengan menggenggam sebuah piala tanda kemenangannya.

Ara berlari hendak memeluk Abil yang menungguinya di depan gedung, tapi langkah Ara yang terburu-buru membuat Ia tersandung hingga terjerembab dengan piala yang menusuk pundaknya. Abil panik, sesegera mungkin membawanya ke rumah sakit dengan bersimbah darah. Dan sejak saat itu, Abil tak ingin Ara terluka lagi.

Tapi saat ini, keadaan seperti itu terulang lagi. Menyaksikan Ara yang terus-terusan meneteskan air mata tapi kedua kelopak matanya tak mau terbuka.

Abil hendak ke rumah Ara untuk menjenguk gadis itu, tetapi memutar arah ketika Hendra menghubungi Abil dan mengatakan bahwa Ara dilarikan ke rumah sakit.

Dengan bantuan sopir, Abil berjalan tertatih-tatih ke ruang ICU milik rumah sakit ini. Abil ingin menangis sekencang mungkin ketika melihat Ara terbaring dengan peralatan medis yang mengelilinginya.

Menurut penjelasan Hendra, semalam Ara berteriak histeris dengan tubuh penuh keringat dingin, tapi tetap dalam kondisi tertidur. Tubuh Ara bergetar hebat lalu badannya berubah sedingin es. Hendra panik, kemudian membawa Ara ke rumah sakit. Dan Ara dinyatakan Koma.

Abil duduk disamping Monitor yang memperlihatkan bahwa manusia disampingnya masih memiliki detak jantung.

Digenggamnya tangan mungil Ara, dingin. Abil menangis. dan kembali memikirkan mimpi semalam. Apa arti dari mimpi-mimpi itu?

Ara yang tiba-tiba koma, Mimpi itu, kehadiran Arnou, Makhluk setengah kuda, Gadis berjubah hitam.

Semua terasa seperti benang kusut bagi Abil. Satu-satunya jalan saat ini adalah menemui Arnou. Tapi, dimana ia bisa menemuinya?

Masuknya Ara ke ruang ICU secara mendadak terasa seperti kejanggalan. gadis itu selalu berpola hidup sehat, riang dan ceria. Sangat aneh.

Abil keluar dari ruangan sembari menyeka air matanya. Dan terkejut mendapati Raka tengah duduk di ruang tunggu.

Raka datang kemari.

"Bil." Raka memulai obrolan sesaat setelah abil duduk di kursi ruang tunggu.

"Ngapain lo kesini?" Abil bertanya emosional.

"Jenguk Ara." Berbeda dengan Abil, pembawaan Raka terlihat sangat tenang.

"Tau darimana lo kalau Ara masuk ICU?"

Raka terdiam.

Dari arah berlawanan Abil melihat Arnou yang berjalan tergesa-gesa bersama seorang perempuan anggun yang ikut mengekori.

"Dimana Ara?" Arnou bertanya panik.
Abil berdiri, menampar keras pipi Arnou.

"Ini semua gara-gara lo!"

Arnou menatap Abil tak mengerti sembari memegangi pipinya yang memerah karena bekas tamparan Abil.

"Sejak lo masuk ke hidup Ara, hidup Ara jadi nggak normal! Banyak kejadian aneh, penyerangan di sekolah, Ara yang lo culik entah kemana, dan sekarang?.." Nafas Abil naik turun karena luahan emosi tak terbendung.

"... Ara koma." Satu bulir air mata menetes melewati pipi lembut Abil. Abil terduduk di kursi tunggu, menangis tergugu. Sementara Arnou terdiam lalu masuk ke ruang ICU.

Perempuan yang bersama Arnou tadi duduk di sebelah Abil, menepuk-nepuk pundaknya. "Namaku Arrine, adik dari Arnou."

Abil tak bergeming. Hanya suara isak tangis yang terdengar.

LunarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang