Bab 5 - Mansion

3.4K 194 3
                                    

Cahaya mentari masuk melalui jendela, membuatku membuka mata pelan-pelan. Aku memijit kening yang terasa pusing. Saat kesadaranku sepenuhnya sudah kembali, aku terbelalak. Ini bukan di rumah. Ingatanku menerawang, sudah berapa lama aku tertidur? Yang aku ingat terakhir kali hanya ada seseorang menendang perutku keras-keras, teriakan Arnou, dan berakhir pada aku yang kehilangan kesadaran. Kepalaku berdenyut.

Tidak ada cat dinding ungu-hitam ala galaksi dan tidak ada jendela besar menghadap gedung-gedung tinggi. Dimana ini?

Aku menolehkan kepala ke samping kiri dan menemukan gadis cantik-- mungkin lebih tua dariku sedang menuangkan air ke dalam gelas.

Kamar ini sangat luas, bahkan dua kali luas dari milikku. Dindingnya berwarna cokelat tua dengan ukiran di tiap-tiap pojok atasnya. Ada jendela besar yang jika aku melihat keluar akan nampak tiang-tiang tinggi dari bangunan ini.
Gadis itu berjalan kearahku, memberikan air untuk minum. Aku menerima air itu, tapi nggak langsung aku minum.

"Kenapa nggak diminum?" Gadis itu berujar lembut.

"Siapa kamu?" Aku memincingkan mata tanda waspada, bisa jadi gue diculik dan akan dijadikan pembantu. Atau air yang disuguhkan ini mengandung racun? Tidak ada yang tau.

"Ah, iya. Pasti kakak tidak pernah menceritakan soal aku ke kamu. Perkenalan, namaku Arrine, adik dari Arnou. Aku sudah tau siapa kamu, kamu aman disini. Jadi, tidak perlu khawatir."

Aku memandangi gelas yang kupegang. Dia berbicara dengan Aku-kamu. Gadis yang mengaku sebagai adik dari Arnou ini memang sangat cantik, garis wajahnya mirip dengan Arnou, sama lembutnya seperti Arnou.

Aku meminum air dalam gelas itu, tidak berasa. Tidak ada racun, aman.

"Aku ini dimana?"

"Di Mansion milik kerajaan Li, kerajaan milik ayahku. Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?"

"Dimana Arnou?" Aku mengabaikan pertanyaan dari Arrine, dan mengkhawatirkan keadaan Arnou.

"Dia sedang istirahat, kau pingsan dua hari, dan itu membuat kakak tidak tidur. Dia men-transfer energi miliknya untuk menyembuhkan luka-luka milikmu. Kondisimu cukup parah, dan kondisi Arnou juga kacau. Jadi, sekarang dia tengah berisitirahat."

"Bagaimana bisa dia menyembuhkan luka-luka milikku hanya dengan waktu dua hari?" Aku bertanya kebingungan.

"Kami, para Werewolf mempunyai kemampuan untuk mengambil rasa sakit. Yaitu kemampuan untuk mengambil rasa sakit yang diderita seseorang dalam artian menyembuhkan. Dan kakak, dia melakukan semua itu untukmu. Butuh energi yang besar untuk melakukan itu semua. Kakak tidak tidur selama dua hari dan terus-menerus menyalurkan energinya untukmu. Lihat, seberapa besar dia mencintaimu."

Aku terdiam. Menangkap kata-kata dari Arrine. Arnou berkorban demi gue.

"Bawa aku ke kamar Arnou. Aku ingin bertemu dengannya." Gue meminta pada Arrine.

"Kondisimu sudah cukup baik untuk berjalan, kak Ara?" Arrine nampak sangsi pada permintaanku.

"Baik. Bahkan lebih dari kata baik." Aku menegaskan.

Kulihat Arrine tidak bisa menolak. Dia memapahku agar aku nggak limbung dan jatuh ke tanah. Keluar dari kamar, aku disambut lorong dengan lebar sekitar 5 meter. Dindingnya berwarna cokelat tua, masih dengan ukiran-ukiran unik, mungkin khas kerajaan ini. Lantainya dingin karena aku nggak memakai alas kaki. Banyak pelayan hilir mudik di lorong, sesekali membungkukkan badan tanda hormat kepada Arrine.

Arrine membuka pintu kamar Arnou, dia sedang tidur. Kondisinya cukup kacau, mendadak di dalam hatiku ada sepercik rasa bersalah karena sebelumnya aku lebih banyak mengabaikannya.
Disamping tempat tidur arnou ada dua orang, atau mungkin lebih tepatnya sepasang werewolf sedang menunggui Arnou. Mereka terlihat sudah cukup tua.

LunarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang