Bab 3 - Pertanda

4.3K 218 20
                                    


Pernahkah kalian mengalami delay pesawat terbang dan berakhir dengan menunggu sampai jenuh? Tapi saat pesawat dinyatakan sudah bisa beroperasi seperti semula, bagaimana perasaan kalian? Lega bukan?
Seperti itulah yang aku rasakan. Aku menunggu mate-ku cukup umur, sehingga aku bisa membawanya ke Kerajaan Li, kerajaan milik ayahku. Aku putra pertama di kerajaan ini, yang otomatis akan menjadi putra mahkota yang akan menggantikan posisi ayah sebagai Alpha.

Tetapi pada umumnya, Raja harus memiliki mate. Itulah sebabnya aku menemui Ara malam ini. Aku sudah lama memperhatikan dia, mulai dari Ara masih kecil. Aku inget waktu dia berumur Lima tahun, dia nggak punya teman. Bukan, bukan karena dia nggak diterima di lingkungannya, tapi dia yang menarik diri agar nggak begitu dekat dengan anak-anak sebayanya.

Luna kecilku yang lucu, yang masih memakai bando kelinci warna putih dan merah saat itu, sangat menggemaskan.
Dia selalu bermain dengan Ibunya. Setiap sore, di halaman belakang rumahnya yang ditumbuhi bunga mawar putih-- hasil berkebunnya dengan ibunya. Tapi setiap pagi dia sendirian, Ayah dan ibunya bekerja. Hingga pada akhirnya aku memutuskan memberikan kucing kepada ibunya. Ibunya sudah mengenali aku, putra mahkota kerajaan Li. Karena ibunya Ara adalah bagian dari kami. Aku bilang, itu hadiah buat Ara, biar dia nggak kesepian lagi.

Dan sekarang Ara sudah nggak kesepian lagi.

Aku berjalan menaiki tangga menuju ruangan ayah, Lalu aku mengetuk pintu dan masuk ke dalam. Ruangan itu terang, dan ayah sedang meminum teh Chamomile favoritnya.

"Duduk, nak." Ayah memberi perintah.

"Ada apa, ayah?" Aku bertanya-tanya dalam hati, jarang-jarang ayah memanggilku ke ruangannya.

"Ini soal penobatanmu sebagai raja setelah aku. Kau akan dinobatkan menjadi Alpha. Kau juga tau, nak, Mate-mu pasti sudah cukup umur untuk kau jadikan permaisuri di kerajaan ini. Ayah sudah cukup renta untuk mengemban tugas memimpin kerajaan ini. Jadi, cepatlah bawa mate-mu kemari, tandai dia. Dan jadikan permaisuri." Tutur ayah dengan tegas.

"Baik, ayah. Secepatnya akan aku bawa ia kemari."

Aku mengangguk sekali untuk berpamitan kepada ayah, keluar dari ruangan tadi. Berjalan menuruni tangga menuju kamar. Aku memasuki kamar bernuansa abu-abu milik gue. Memandangi figura berisikan foto milik Ara yang kuambil diam-diam, foto yang memperlihatkan deretan gigi putih miliknya. Cantik sekali.

Tiba-tiba pintu kamarku diketuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tiba-tiba pintu kamarku diketuk.
"Kak, apa aku boleh masuk?" Suara perempuan.

"Silakan, Arrine." Sesaat setelah aku mengijinkan adik kesayanganku masuk ke kamarku, pintu dibuka. Arrine selalu sopan terhadapku. Dia bahkan berbicara menggunakan Aku-kamu. Sesopan itu karena dia adalah putri kerajaan yang akan menjadi Beta. nanti setelah penobatanku sebagai Alpha.

"Ada apa?" Gerakan tubuh Arrine tampak gelisah.

"Para Rogue menyerang perbatasan. Mereka menyerang dengan membabi buta, desa kecil di ujung kerajaan terkena imbasnya. Banyak kebakaran yang diduga berasal dari salah satu Rogue yang memiliki kemampuan magis Api. Aku memerintahkan Lion selaku Gamma untuk mengirimkan Prajurit ke daerah perbatasan." Tutur Arrine dengan seksama.

LunarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang