Bab 12 - Bebas

1.2K 85 1
                                    

Aku berada di ruangan persegi dengan pencahayaan remang-remang. Entah sudah berapa hari aku terkurung disini. Dua atau tiga atau seminggu entahlah aku tidak ingat.

Setiap hari akan ada pelayan yang datang kemari untuk memberiku segelas minuman beraroma anyir, berwarna merah tapi tidak berasa. Mungkin ini darah, mungkin yang lain. Sejak pertama kali aku meminumnya aku muntah-muntah hingga tubuhku lemas. Tapi kupaksakan meminumnya karena jika tidak, aku bisa mati sebelum aku keluar dari sini.

Tak ada yang menolongku, entah aku diculik dan dibawa kemana ini. Aku hanya berdoa pada moon goddess agar sesegera mungkin ada orang yang menyelamatkanku dari sini.

Yang kuingat terakhir kali sebelum aku diseret kemari hanya aku dipanggul seorang perempuan yang menusukkan sebilah pedangnya padaku menaiki centaurus.

Selama aku terkurung disini, yang kulakukan hanya duduk, diam, dan menangis. Berharap semua penderitaan ini hanya mimpi. Tapi seberapa keras aku menyangkalnya, aku tetap sadar bahwa aku diculik. Kemarin sayup-sayup aku mendengar obrolan para penjaga yang sedang berjaga di depan pintu ruangan ini.

"Alpha kerajaan Li akan kemari"

"Darimana kau tau?"

"Desas-desus pelayan disini mengatakan begitu. Kabarnya, dia membawa separuh prajurit terlatih miliknya hanya karena ingin menyelamatkan jiwa Mate-nya."

"Yang di dalam itu?" Aku mendengar salah satu penjaga bertanya.

"Iya! Jika dia tak kunjung diselamatkan dan dibawa menyatu dengan raganya. Akibatnya akan fatal."

Aku mematung. Memang benar, kian hari tubuhku kian menjadi transparan, bahkan aku tidak merasakan adanya detak jantung di dadaku.

Arnou, cepat selamatkan aku atau aku tidak akan kembali selamanya.

Pintu yang berderit membuatku menoleh. Dia datang lagi. Perempuan yang membawaku kemari. Rambutnya yang berwarna biru Ocean terlihat berpendar dibawah lampu yang remang-remang.

Dia semakin mendekat, berjongkok untuk menyamai posisi dudukku. Dia memegang daguku, mencengkeramnya erat. Aku mendongak.

"Bagaimana kabarmu hari ini, manis?" Dia menyunggingkan senyum smirk miliknya. Dan demi apapun ingin sekali aku menampar wajah itu.

Aku melengos. Peduli setan dengan pertanyaan retoris yang dia lontarkan.

"Apa begitu cara seorang ratu menjawab pertanyaan?"

Plakkk

Satu tamparan mulus mengenai pipiku. Aku bahkan sudah tidak bisa merasakan sakit lagi. Kupandangi dia dengan tenang. Entah aku akan mati malam ini atau tidak, aku tak peduli. Kebencianku sudah teramat tinggi kepada makhluk dihadapanku bernama Lea ini.

"Tak usah takut, sebentar lagi ajal akan menjemputmu dan kau tak perlu khawatir. Arnou akan bersamaku. Kita akan menjadi sepasang kekasih yang serasi."

Cuih!

Tepat sekali. Aku meludahi wajahnya hingga dia bergerak mundur. Kata-katanya sudah keterlaluan.

"Arnou akan selamanya bersamaku. Dan kau, jika kau ini punya kekuasaan, mengapa tak kau ambil saja raja-raja kerajaan lain? Kenapa harus Arnou?" Aku bertanya tanpa jeda.

"Kau ini polos sekali. Jelas aku menginginkan Arnou menjadi milikku. Dia punya kekuatan tak tertandingi. Dan jika kami bersatu dan memiliki keturunan, bayangkan saja betapa hebat kekuatannya nanti." Lea menjawab dengan bangganya.

Lea pergi meninggalkan ruangan. Lengang.

Dalam hati aku hanya bisa berharap secepatnya keluar dari sini.

LunarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang