Ayulla baru saja menjejalkan kakinya pada bagian depan rumah, kala suara sang Ibu yang berteriak dari dalam membuat gadis itu berlari masuk hampir mendobrak pintu bobrok yang memisahkan ruang tengah dan kamar. Dengan tergesa ia membuka pintu itu dan melihat Ibunya tengah duduk diatas kasur sambil membawa sebuah amplop coklat di tangannya. Ayulla tidak akan bertanya apa isi amplop itu, andai saja raut sang Ibu tidak menunjukkan kebahagiaan berlipat yang jarang sekali ia lihat berada di wajah Ibunya.
"Ada apa, Bu?" Ia mengambil tempat duduk di samping Ibunya. Sambil sedikit melihat ke arah isi amplop, namun nihil. Ia tak bisa melihat apa-apa. Ibunya tiba-tiba saja menutup amplop dan menggenggam kedua tangannya erat-masih dengan ekspresi bahagianya.
"Kemarilah, duduk disini. Kamu pasti capai setelah bekerja seharian, 'kan? Ibu buatkan teh ya?"
Hati Ayulla menghangat mendengar nada perhatian yang keluar dari mulut sang Ibu. Ia tersenyum, sambil membalas genggaman tangan Ibunya. Hubungan keduanya membaik setelah wanita ini pulang dari rumah sakit. Dalam hati ia mengucapkan syukur pada Tuhan karena telah memberikan penyakit pada Ibunya dulu, karena dengan itulah, perlakuannya terhadap diri Ayulla membaik walau terkadang masih suka seenaknya sendiri. Terdengar jahat memang, tapi apa daya, itulah kenyataannya.
Mulutnya terbuka, akan menjawab pertanyaan itu kala selanjutnya perkataan wanita itu seakan mampu merobek hati Ayulla menjadi butiran-butiran kecil tak kasat mata. Menjatuhkannya hingga ke jurang setelah diterbangkan setinggi langit.
"Ibu ingin kamu berhenti dari semua pekerjaanmu sekarang, Ayulla." Ada nada penekanan di akhir kalimatnya. Seakan menegaskan bahwa Ayulla tak punya pilihan lain selain menuruti keinginan setengah perintah darinya.
"T-Tapi kenapa? Ayulla mati-matian mencari pekerjaan ini demi menghidupi kita berdua, bu. Bahkan gajinya lumayan besar. Bisa untuk cicilan rumah, walaupun tidak besar tapi nyaman untuk kita tempati. Segera, setelah tabungan Ayulla cukup. Kita pasti akan pindah dari rumah ini. Ibu tidak bisa menyuruh Ayulla berhenti dari semua pekerjaan ini sekarang?! Memangnya kita mau makan apa nanti?" Ayulla meradang. Tidak habis pikir dengan pola pikir sang Ibu yang terlalu membingungkan baginya.
"Pokoknya kamu harus berhenti. Besok, Ibu tidak mau lagi melihat kamu bekerja!" Keras kepala. Ayulla tidak butuh itu. Yang ia butuhkan hanyalah penjelasan.
"Tidak. Aku tidak akan berhenti dari semua pekerjaanku. Jelaskan dulu padaku mengapa Ibu ingin aku untuk berhenti?" Ia hampir saja kehilangan kontrol dalam berbicara. Melihat Ibu yang mulai berdiri dengan membawa amplop coklat itu dan berjalan menuju tumpukan pakaian Ayulla yang tertata rapi diatas sebuah meja.
Untuk waktu beberapa menit, Ibu tak membicarakan apapun. Hening, sesaat saja. Karena selanjutnya setelah ia memasukkan pakaian Ayulla ke dalam sebuah tas jinjing besar, Ibu tersenyum lebar menghadapnya. "Karena kita sudah kaya, Ayulla, kaya! Kau tak perlu lagi bekerja dan menabung untuk membeli rumah baru, karena sekarang kita hanya perlu bersiap pergi dari rumah ini menuju istana baru kita! Hahaha..."
Butuh waktu lebih dari satu menit bagi gadis itu untuk mencerna perkataan wanita itu. Ayulla antara sadar dan tidak, saat langkah kakinya bergegas mendekat pada sang Ibu dan segera memeluknya erat. Dengan penuh tangis, ia berujar, "maafkan aku Bu. Tidak bisa menjadi anak yang baik dan mewujudkan semua keinginan Ibu. Tapi tolong, jangan sakit seperti ini!"
Sang Ibu mengurai pelukan itu dengan tergesa, seraya melotot tajam kepada anaknya, "heh! Aku tidak gila! Seenaknya saja mengataiku seperti itu. Kau anak tidak tahu diri, dengar! Kita sudah kaya. Aku hanya memberi tahu mu untuk sadar dan bangkit dari kemiskinan ini. Akhirnya Tuhan menjawab segala do'a ku dengan mudah."
Hubungan keduanya memang membaik, tapi tak serentak perkataan sang Ibu berubah bak sebening mata air setelah sebelumnya kotor layaknya lumpur dalam kubangan tanah.
"Ayulla-" Ia menggoyang-goyangkan amplop coklat di depannya sambil tersenyum lebar.
"Kita kaya! Ini buktinya kalau kamu masih tidak percaya." Ia memberikan amplop itu ke tangan Ayulla. Dan segera gadis itu membukanya.
Disana hanya terdapat sepucuk kertas. Tak berguna, sepertinya. Eh, tunggu dulu. Ayulla tahu ia tak pintar ketika masih sekolah dulu, tapi ia tak sebodoh itu untuk tak mengetahui kertas apa yang sedang ia pegang ini.
Sebuah cek!
Dengan banyak nol tertera di sana.
Ayulla hampir saja pingsan kala mengetahui berapa banyak dollar yang tertulis.
"I-ini?"
"Kita kaya, sudah kukatakan itu padamu sejak tadi." Lantas ia mengangkut tas jinjing berisi banyak pakaian menuju pintu keluar. "Cepat, mobil sudah menjemput kita menuju istana baru!"
Suara sang Ibu tenggelam di pusat pintu keluar.
"Tidak mungkin! 2 milyar dollar?!"
~~~~
Cuma mau ngingetin, kalo setting tempat cerita ini ada di luar negri. Bukan di indo :) jadi pake mata uang dollar yaa...
Jangan lupa kasih bintang dan ketikkan sepatah dua patah kata untuk cerita ini 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Mistake
Narrativa generaleBerawal dari sebuah mimpi buruk penuh kegelapan, Ayulla Saint Disick, rela menuruti keinginan ibu tirinya yang hampir gila untuk menikah dengan saudagar kaya dari negri sebelah, Andrew Hilton. Tua bangka yang selama ini menjalani hidupnya hanya dem...