One

330 24 7
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 8 malam. Dua orang gadis terlihat tengah bersantai duduk di depan TV sambil ditemani cemilan dan dua gelas jus jeruk. Salah satu dari mereka terlihat serius memperhatikan layar televisi, sedangkan satu lainnya tengah sibuk mengutak-atik ponsel di tangannya.

"Kay, baca," ucap gadis yang sedari tadi sibuk dengan ponsel menyodorkan ponselnya pada gadis yang dipanggilnya dengan sebutan 'Kay' tadi.

"Hmm..." gumam Kay atau lebih tepatnya Kayla Azahra saat membaca apa yang dimaksud oleh adiknya Keyla Azara. Mereka kembar. Dan mereka menamai diri mereka sendiri dengan sebutan The Death Twins atau TDT.

"Cek?" Tanya Kayla memastikan tanpa melihat ke arah Keyla.

"Udah. Dia istri pengusaha batu bara. Namanya Raina, dia bilang dendam sama pamannya dan dia pingin kita buat habisin pamannya itu," jelas Keyla. Kini Kayla menatap ke arah Keyla dengan tatapan menuntut, seakan penjelasan tadi masih kurang.

"Ok, kayak yang lo baca tadi. Dia nawarin kita bayaran 500 juta kalo berhasil," Keyla menjelaskan lagi.

"Bukan itu maksud gw, bego! Targetnya!" Ujar Kayla sambil menoyor kepala Keyla.

"Bilang dong, lo sekalinya ngomong nyelekit. Target kita ini adalah seorang miliarder. Istrinya adalah adik presiden," kali ini Keyla menjelaskan tentang target mereka.

Kayla tampak berpikir sejenak kemudian berkata, "Atur pertemuan sama klien," lalu gadis itu kembali larut pada tontonannya tadi.

"Dia setuju besok malem jam 11," ucap Keyla setelah beberapa saat fokus pada layar ponselnya. Kayla hanya berdeham menanggapi tanpa berniat untuk memberikan komentar lebih.

...

Keesokan harinya pukul sebelas malam. Di sebuah bangunan tua yang telah lama tidak terpakai. The Death Twins berdiri di atap bangunan tersebut. Mereka mengenakan masker hitam dan pakaian serba hitam. Di balik hoodie yang mereka pakai telah tersimpan berbagai macam senjata api dan pisau.

Tidak lama seorang wanita berusia sekitar 30 tahun berjalan melewati tangga dan menuju ke arah Kayla dan Keyla. Terlihat jelas raut wajah wanita itu adalah tegang. Siapa yang tidak tegang saat akan bertemu dengan pembunuh profesional seperti itu. Wanita itu membawa koper berwarna hitam yang cukup besar bersamanya.

"Kalian.. The Death Twins?" Sapa wanita itu tersenyum ke arah dua gadis yang kini tengah menatapnya dengan tatapan super datar. Tanpa ekspresi. Lagipula mulut dan hidung keduanya tertutup masker hingga tidak terlihat.

"Kalian hanya perlu membunuh pamanku," wanita itu memberikan sebuah foto dan kertas yang berisikan alamat rumah pamannya itu. Key menerimanya. "Aku ingin kematiannya tidak dikenali. Hancurkan wajahnya, aku muak melihatnya," lanjut wanita itu saat tidak mendapat respon dari lawan bicaranya.

"Ngomong-ngomong, dia adik ipar presiden, bukan?" Tanya Keyla tiba-tiba membuat raut wajah wanita itu berubah. Tapi kemudian wanita itu mengangguk mengiyakan. "Kami mau bayaran kami ditambah. Menurutmu akan mudah membunuh orang di dalam pemerintahan? Kami mau 2 miliar."

"Baiklah, aku akan membayar kalian 2 miliar. Tapi untuk sekarang 500 juta untuk uang muka," wanita itu memberikan koper hitam besar itu. "Sisanya akan kuberikan saat kalian selesai."

"Baiklah. Tapi jangan pernah mencoba untuk bermain-main dengan kami. Anda tahu akibatnya. Selama tinggal," Keyla dan Kayla melangkah pergi meninggalkan wanita itu sendirian sambil membawa koper berisi uang yang tadi di bawa wanita itu.

...

Dengan mantel hitam yang di baliknya tersimpan berbagai macam jenis senjata untuk membunuh korbannya, Kayla dan Keyla berdiri di atas gedung dua lantai untuk mengintai seseorang. Di bawah sana seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahun tengah kebingungan karena mobilnya yang mogok di jalanan yang sangat sepi. Situasi itu memang sengaja dibuat oleh Kayla dan Keyla. Saat melakukan pengintaian sebelumnya, mereka lebih dulu menyabotase mobil target mereka.

"It's show time!" Lirih Keyla yang kegirangan karena mendapat target baru.

Mereka melompat turun dan segera menghampiri laki-laki tersebut yang sekarang sangat terkejut.

"Kalian siapa? Begal atau rampok?" Panik laki-laki itu dengan tubuh gemetar. Tidak ada jawaban dari Kay dan Key.

"Jawab! Kalian siapa dan mau apa!?" Seru Laki-laki itu saat dua orang gadis diri depannya semakin dekat.

"Kami malaikat kematianmu," jawab Keyla yang berdiri di samping laki-laki itu lirih namun masih dapat di dengar oleh targetnya yang kini langsung menegang.

"A-apa? Jangan macam-macam! Aku bisa memasukan kalian ke penjara!" Racau laki-laki namun sama sekali tidak mendapat respon yang berarti dari dua orang di depannya.

Lalu Kayla menodongkan pistol tepat di depan laki-laki itu. Mata laki-laki itu terbelalak. "T-tolong, jangan bunuh aku! A-aku bisa membayar kalian lebih besar!"

"Maaf tuan, tapi kami hanya menerima satu misi. Yaitu membunuhmu," Kayla langsung menarik pelatuknya jengah karena laki-laki di depannya itu terlalu banyak bicara.

Door!! Dorr!!

Terdengar dua kali tembakan. Pria itu langsung jatuh terjengkang ke belakang dan menabrak kap mobilnya. Kemudian Keyla menusukkan pisau yang dari tadi digenggamnya ke wajah targetnya. Pertama, ia mengukir sebuah gambar berbentuk bunga di pipi kanannya. Darah mengalir tetes demi tetes menyusuri pipi laki-laki itu yang kini meringis kesakitan.

"Wah, belom mati ternyata," ujar Keyla sambil terus mengukir di wajah laki-laki itu yang kini telah menangis.

"Lo lama," ucap Kayla malas karena harus menunggu adiknya selesai dengan mainannya.

Dor!! Dor!! Dor!!

Tembakan bertubi-tubi Kayla daratkan tepat di seluruh bagian wajah laki-laki itu hingga kini menjadi tidak berbentuk. Wajahnya telah hancur dan tidak dapat dikenali sekarang.

"Udah," ujar Kayla memasukan kembali pistolnya ke dalam mantel.

"Ck ck, pantes lo gak punya pacar. Dingin amat. Liat tuh taman bunga gw jadi gak keliatan!" Seru Keyla geleng-geleng sambil menunjuk wajah target mereka yang kini sudah tidak bernyawa.

"Bodo," balas Kayla.

"Eh, kayaknya ada yang kelupaan, deh!"

"Apanya?" Tanya Kayla mencincingkan matanya.

"Kita belum ngajak kenalan!" Jawab Keyla yang langsung mendapat toyoran dari kakaknya itu.

"Berisik!" Ujar Kayla lalu menyeret mayat pria itu untuk masuk ke dalam mobil Pria itu sendiri.

Keyla membantu dengan membukakan pintu mobil. Setelah Pria itu mereka letakkan di dalam mobil, keduanya segera menjauh dari mobil itu. Mereka kembali naik ke atas gedung kosong tadi. Dari atas sana Kayla telah mempersiapkan sebuah senjata sniper. Dengan keahlian menembak yang Kayla miliki, dengan mudah gadis itu menembak tangki bensin dari mobil Pria tadi.

DUAR! BOMM!! Mobil itu meledak dan dalam sekejap menjadi abu. Kayla dan Keyla tersenyum bangga melihatnya.

Tbc...

Ada yang nunggu? Nggak? Oh, oke

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada yang nunggu? Nggak? Oh, oke.. im fine

Wkwk, gimana?
Ada yang setuju dilanjut apa gak ini cerita? Kalo setuju ya dikit-dikit dipublish
Kalo gak setuju ya biar kita lanjut di draft aja😅

Jangan lupa vomentnya😉
Happy Read😙

Slm-F.A

The Death TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang