Bel pulang berbunyi. Kayla segera memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Langkah Kayla terhenti saat Roby memegang lengannya. Kayla berbalik dan menatap Roby sinis. Roby yang ditatap hanya nyengir lalu melepaskan genggamannya.
"Mau pulang ya?" Tanya Roby sambil tersenyum.
Kayla mendengus. "Mau nginep disini!" Umpatnya dalam hati lalu memutar bola matanya malas.
Kayla tidak menjawab dan berbalik meninggalkan Roby yang kini menatapnya dari belakang.
Sedangkan Keyla yang melihat keduanya telah cengengesan di depan kelas. Bahkan gadis itu tertawa sampai terpingkal-pingkal. Kayla menatap adiknya itu malas lalu menyeret kerah baju Keyla untuk segera pulang. Yang diseretpun hanya diam dan tetap tertawa. Beberapa murid yang mereka lewati dan melewati mereka menatap dengan aneh.
"Berhenti ketawa atau gw masukin peluru gw ke mulut lo!? Atau sekalian sama pistolnya?!" Ancam Kayla begitu keduanya berada di dalam mobil mereka.
Keyla langsung bungkam. Baiklah, tidak bisanya Kayla berbicara dengan kalimat panjang. Biasanya paling banyak hanya enam kata. Keyla akan memasukkannya ke dalam The Guinness Book of Records .
Mobil hitam Kayla pergi meninggalkan halaman sekolah. Dan dari belakang terlihat sebuah mobil hitam yang mengikuti mereka semenjak dari dalam sekolah. Sepertinya itu mobil dari salah satu murid di sana yang mengikuti K bersaudara sampai di depan rumah mereka.
"Roby Marcello Gunawan, usia 17 tahun. Ibunya meninggal waktu dia berusia 10 tahun karena kecelakaan. Ayahnya seorang inspektur polisi di kota ini," ujar Keyla membaca lembaran kertas di tangannya.
"Roby?" Tanya Kayla. Keyla mengangguk.
"Temen sekelas lo yang akhir-akhir ini sering ganggu lo di sekolah," tambah Keyla.
"Pantau aja. Habisi kalo macem-macem," jawab Kayla datar membuat Keyla menghela napasnya berat.
"Pas enam kata," gumam Keyla geram. Kayla kembali sibuk dengan novelnya. "Kay," panggil Keyla.
"Hm?"
"Liat gw bentar," Kayla menoleh menghadap Keyla di sampingnya. "Gw berasa ngomong sama tembok!?" Keyla melempar kertasnya di atas meja lalu pergi menuju kamarnya. Kayla hanya merespon dengan mengangkat bahunya acuh lalu kembali membaca novelnya.
...
"Kay!"
"Oi!"
"KAYY!"
"Jawab kek malah diem aja!" Keyla berlari menuruni tangga sambil meneriaki nama Kayla yang sekarang tengah sibuk menonton acara kartun kesukaannya di ruang keluarga.
Kayla menoleh ke sumber suara. "Habis nelen apa sih lo? Berisik!" Kesalnya.
Keyla mengambil minuman soda dari dalam lemari es dan menuangkannya ke dalam dua gelas bening. Minuman soda itu berwarna merah. Setelahnya Keyla membawa minuman itu ke tempat Kayla berada.
"Tadi granat di lemari gue telen," jawab Keyla asal sembari meletakkan gelas sodanya di meja depan tempat duduknya.
Kayla yang mendengarkan ucapan asal dari adiknya tidak menyahuti, karena sudah menjadi hal biasa baginya. Ia masih memfokuskan matanya pada layar televisi.
"Mau ngapain lo?" Tanya Kayla datar, sungguh terlalu to the point.
Keyla mengambil satu gelas minuman soda itu dan meminumnya. "Lo jutek amat dah, selow napa elah," ia meneguk sedikit minuman soda yang berwarna hampir menyerupai darah itu, bedanya hanya gelembung yang terdapat di dalam sodanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Twins
ФанфикSepasang anak kembar yang tidak menjalani kehidupan dengan semestinya. Masa remaja yang dipenuhi dengan kekejaman. Ambisi untuk balas dendam telah tertanam dalam hidup mereka. Menjadi pembunuh bayaran untuk mencari tahu dalang di balik kasus yang me...