Dilan yang sedari tadi berharap akan ada kesempatan untuk sekadar membaca sambil duduk di hadapan Mawar, mendadak lemas.
Bukan, bukan karena tadi belum jadi makan siang. Dilan lemas efek dari melihat penampakan yang tiba-tiba muncul di antara mereka. Mona.
"Hai, Dilan. Di sini juga?" Pertanyaan macam apa itu? Bahkan Dilan sangat muak dengan apa yang dilakukan Mona. Dilan tidak habis pikir mengapa bisa ada Mona yang tiba-tiba mengacaukan mood-nya.
"Kalian saling kenal juga?"
"Mawar, Dilan ini populer."
Dilan yang kesal ingin segera pergi dari tempat itu. "Eh, maaf gue duluan, ya!" Dilan bergegas pergi tanpa menoleh sedikit pun. Mawar dan Mona kemudian duduk bersebelahan. Mona tersenyum dalam hati.
Rencana gue berhasil, gumam hati Mona.
***
"Muka lo kenapa ditekuk?"
Dilan bergeming. Ia malah bersedekap. Kebiasaannya saat sedang tak ingin bicara. Dua sahabatnya bahkan sangat hafal. "Udeh biarin ajeh, kayak kaga tahu kebiasaan die," ucap Kevin santai.
"Lo kan tahu gue suka kepo, Vin."
Rio dan Kevin hanya mampu saling melempar isyarat. Mereka tentu tidak ingin mengambil risiko kena semprot jika memaksa ingin tahu. Dilan pasti dalam mode bete tingkat dewa. "Kalian itu mirip emak-emak."
Kevin dan Rio tertawa mendengar kalimat yang Dilan lontarkan. Dilan memang termasuk cowok sensitif, suka baper dan moody. Mereka berdua sangat paham. "Yakin nggak mau cerita?" desak Rio.
"Rio, udeh!" sentak Kevin mengingatkan. Rio mengalah. Ia menuruti anjuran Kevin untuk diam.
"Gue nggak habis pikir sama Mona. Dia kayak niat banget gitu ngintilin gue. Lo bayangin aja, masa tiba-tiba tuh cewek nempel si Mawar."
Rio dan Kevin saling pandang.
"Sebentar ... sebentar ... ini gue belum paham arah pembicaraan lo. Coba jelasin!" kata Rio dengan wajah yang kebingungan. Otaknya sama sekali tidak menemukan benang merah dari cerita cowok jangkung di hadapannya.
"Jujur aja gue tadi ke perpus itu sama sekali nggak berniat nyari Mawar, tapi kebetulan ada dia di sana," papar Dilan sambil membagi tatapan dengan dua orang di hadapannya, "karena ada Mawar, gue berinisiatif nyamperin--"
"Terus pas lo nyamperin Mawar tiba-tiba Mona datang gitu?" potong Kevin sambil menyeringai. Dilan mengangguk. "Ketebak, sih," gumam Kevin.
"Memang ada hubungan apa lo sama Mawar?"
Kevin dan Dilan sama-sama mengarahkan pandangan pada Rio. Dilan menelan ludah. "Ya nggak ada hubungan apa-apa juga," jawabnya sedikit ditekan. Terlihat kegusaran dari raut Dilan.
"Kalau nggak ada hubungan apa-apa, kenapa lo bete begini?" cecar Kevin kemudian.
"Ya sekarang memang nggak ada apa-apa--"
"Entah besok," potong Kevin gemas.
Kedua cowok di hadapan Dilan tergelak, kemudian bertanya, "Jomlo sampai halal, udah nggak berlaku?"
***
Mawar dan Mona sore itu janjian untuk pergi bersama. Sebenarnya Mawar sedikit tidak nyaman, tetapi ia terpaksa menuruti kemauan Mona. Bagi Mawar mengecewakan teman bukan hal baik. Apalagi cewek baik seperti Mona. Di mata Mawar, Mona itu istimewa.
Mona itu cantik dan supel. Bahkan Mawar ingin sekali menjadi sepertinya. Tidak segan-segan keinginan itu ia sampaikan pada Mona.
Mona menjemput Mawar tepat pukul 17:00 WIB. Mengenakan jin biru sedikit belel, kaos putih, dan tidak ketinggalan jaket serta topi yang sama-sama berbahan denim. Rambut panjangnya dikuncir ekor kuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomlo Sampai Halal
RomanceDilan, mahasiswa biasa yang menjalani hari-hari istimewanya sebagai jomlo. Ia adalah pemuda yang aktif berkegiatan, dari bakti sosial sampai menghadiri seminar-seminar. Wajahnya yang tampan tak serta merta menjadikannya punya pasangan seperti teman...